Aku membuka mata dan tetap menemukan kegelapan.
Dengan cepat pupil mataku menyesuaikan lebarnya dengan sempurna. Memberiku pandangan jernih walaupun cahaya yang ada sangat terbatas.
Aku terbaring di ruangan yang tidak aku kenal. '
Dimana aku?. Jelas bukan di kamarku sendiri, karena aroma di ruangan ini sangat asing.
Aku menghirup udara sekali lagi dengan lebih dalam, dan aroma yang sangat akrab menyerbu indera penciumanku bagai ombak. Aroma pohon maple dan tanah basah.
F*ck!! umpatku dalam hati, aku tahu dengan pasti dimana aku berada.
Aku mengejapkan mataku berkali-kali untuk mengumpulkan kesadaranku secara menyeluruh, kemudian mencoba bangkit. Dan segera rasa sakit menyerang kepalaku tanpa ampun.
Sial... obat apa yang di berikan padaku? Walaupun aku sudah sadar, efeknya belum juga hilang.
Membatalkan niatku untuk bangkit, aku kembali menutup mata dan berpikir.
Bagaimana awalnya mulanya, hingga aku bisa berakhir di tempat, yang berjarak sekitar 4800 km dari rumahku di LA?
Yeah... I remember now.
Mereka menembak punggungku berkali-kali, di parkiran bawah tanah apartemenku.
Pembokong br*ngs*k!!
Entah berapa banyak ramuan yang mereka minum, sehingga membuatku sama sekali tidak bisa mencium kehadiran mereka di parkiran itu.
Aku sangat percaya diri dengan kemampuan hidungku. Perlu banyak dosis ramuan, yang harus diminum secara konstan selama beberapa hari untuk mengelabuhi hidungku.
Dan tentu saja memerlukan tekad yang luar biasa, karena ramuan itu mempunyai rasa dan bau, seperti campuran antara jus bunga bangkai, lumpur selokan, ingus skunk* dan keju busuk.
Aku sepenuh hati berharap bukan itu bahan pembuatnya, karena aku pernah meminumnya dulu. Aku harus membunuh syaraf penciumanku dengan sekuat tenaga, sebelum bisa menelannya.
Aku mencoba meraba punggung tempat peluru bius itu menancap. Luka itu memang sudah sembuh. Tapi rasa jengkel karena berhasil dijebak dengan gampang tidak akan mudah hilang.
Aku kemudian memaksakan tubuh untuk bangkit, tanpa peduli dengan rasa sakit di kepala Tapi kemudian, aku terjatuh dengan keras di samping tempat tidur. Rasa sakit itu benar-benar seperti membelah kepalaku.
Akan aku cabik siapa saja yang telah menembakku, jika aku keluar dari sini, batinku dengan geram.
Melawan rasa nyeri itu, aku berhasil berdiri tegak kemudian melihat sekeliling kamar. Kamar ini memiliki sedikit cahaya yang berasal sepetak atap yang terbuat dari kaca di atasku.
Taburan bintang yang terlihat dari kaca itu, memberi tahu jika saat ini adalah malam.
Ruangan ini dilengkapi dengan dua pintu kayu kokoh, pintu yang lebih kecil untuk kamar mandi kurasa, dan satu pintu besar yang tebal, dengan lubang persegi berjeruji di bagian bawah.
Tempat tidurnya sederhana terbuat dari kayu, tidak lupa sebuah lemari kayu terongok di sudut ruangan.
Dengan semua bahan kayu yang ada di sekitar, semakin meyakinkan, jika memang aku sedang berada di pack Orang Tua itu.
Dengan mendengus kesal, aku berjalan menghampiri pintu yang lebih besar dan memutar kenopnya, yang tentu saja terkunci.
Apa yang aku harapkan? Dia tidak akan bersusah-susah membawaku ke sini, jika aku bisa pergi lagi dengan mudah.
BUG!.....BUG!......BUG!!!!!
Aku menggedor pintu dengan sekuat tenaga.
"Buka!!" Perintahku dengan suara tegas.
Tidak terdengar suara menjawab dari balik pintu. Tapi aku bisa mendengar dengan jelas hembusan nafas dari dua orang, yang terpacu karena mendengar suara dan gedoran pintu dariku. Tidak mungkin Orang Tua itu meninggalkan aku tanpa penjagaan.
"Buka" Ulangku, dengan suara lebih keras.
"Ma-- ma--af, Sc..."
"Jangan memanggilku dengan sebutan itu" Potongku dengan bentakan kasar, sebelum dia menyelesaikan kalimatnya. Aku sangat membenci panggilan itu.
"Maafkan kami, Sc.. Tuan" kata suara itu kemudian.
"Alpha melarang kami untuk membuka pintu ini dengan alasan apapun" lanjutnya, dengan suara gemetar juga.
"Alpha my *ss" umpatku dengan kencang mendengar jawaban itu. Aku melayangkan tendangan dengan sekuat tenaga ke pintu kayu itu.
BRUAAKKKK!! CLANG!!
Pintu itu tidak bergeming.
**!!
Dari suara dentingan yang terdengar dari hasil tendangan tadi, aku rasa dia sudah menambahkan palang besi di depan pintu. Pintu itu tidak akan terbuka, walaupun aku menabraknya dengan wujud serigala.
Mungkin akan terbuka jika aku berusaha dengan paksaan. Tapi tidak akan berguna, karena suara se-berisik itu, akan mengundang *warrior** penjaga dan berarti akan ada pertumpahan darah.
Aku memang ingin lari, tapi tetap tidak ingin menimbulkan keributan yang tidak perlu. Terutama aku tidak ingin jika para *Elder** ikut turun tangan. Orang Tua itu saja sudah cukup merepotkan.
"Dimana dia?" tanyaku, pada penjaga pintu.
"Maaf tuan, saya tidak tahu soal itu" Suara yang menjawab sekarang berbeda dengan yang tadi, yang ini terdengar lebih tua dan lebih mantap.
"Sudah berapa lama aku berada di sini?" tanyaku dengan suara lebih tenang.
"Maafkan kami, tuan. Tapi kami baru ditugaskan berjaga di sini tadi sore. Kami tidak tahu sudah berapa lama tuan ada di sini. " Jawabnya.
"Dasar tidak berguna" makiku dengan kesal. Aku menghampiri tempat tidur kemudian duduk.
Kesempatanku untuk kabur dari tempat ini adalah nol. Satu-satunya jalan, aku harus menunggu Orang Tua itu menemuiku. Setelah itu, baru aku akan mencari jalan agar bisa segera keluar dari rumah sial ini.
Sudah berapa lama aku di sini? batinku.
Aku ada janji untuk bertemu dengan Bee hari jumat minggu ini. Aku sudah sangat menantikan pertemuan hari itu, karena sudah sebulan lebih aku tidak bertemu dengannya. Bee pulang ke London selama beberapa saat untuk mengurus dokumen.
Aku seharusnya menemaninya ke London. Tapi jadwal kerjaku yang telah terisi penuh selama lima bulan ke depan, tidak memberiku waktu untuk bepergian sejauh itu, apalagi dalam waktu yang lama.
Justin akan meneriakkan sejuta makian yang dia tahu, jika aku mencoba meminta liburan lagi padanya.
Bee.. aku harap bisa keluar dari rumah ini sebelum hari jumat dan menemuimu nanti. Hanya memikirkanmu saja membuat dadaku terasa hangat. I miss you like crazy, girl.
Aku merindukan tawa hangat dan aroma manis berupa campuran kopi dan cokelat yang selalu tercium dari tubuhnya.
Mata biru gelapnya yang dalam, selalu berhasil menyihirku dengan pesona yang tanpa akhir, rambut sewarna madu keemasan yang membingkai sempurna wajah eloknya. Belum lagi bibir merahnya yang membuatku mabuk setiap kali aku melumatnya.
She's perfect in every way.
D*mn!!--- membayangkan semua hal tentangnya semakin menambah beban dalam hatiku. Ingin sekali aku mendobrak pintu itu tanpa peduli resiko apapun, dan lari menemuinya.
Aku bangkit dari ranjang dengan frustasi dan menghampiri pintu itu lagi. "Tidak bisakah kalian memberitahu Orang Tua itu kalau aku sudah sadar dan suruh dia kesini?"
"Maaf tuan, tapi Alpha sedang tidak berada di tempat. Alpha dan Zhena sedang berkunjung ke Monath. Mereka berangkat dua hari yang lalu" Jawabnya dengan suara enggan.
What the...??
Pria tua itu menangkapku, dan sekarang meninggalkanku begitu saja tanpa menemuiku?
Sejuta makian yang tersangkut di tenggorokanku, urung aku suarakan. Tidak ada gunanya, hanya akan membuat penjaga itu semakin kalut.
"Uncle Egon? Dia ada bukan? Aku ingin menemuinya" Tidak mungkin dia ikut pergi juga.
"Baik tuan, akan saya sampaikan" kata salah satu penjaga. Kemudian aku dengar mereka berunding dalam bisikan untuk memutuskan siapa yang akan melapor.
Menemui Egon bukan hal yang mudah. Dia memang lebih ramah daripada Orang Tua itu. Tapi jika kau menganggunya di saat yang tidak tepat, bisa dipastikan akibatnya tidak akan indah.
Aku berbaring di ranjang itu lagi untuk menunggu. Aku harus tahu apa yang diinginkan pria tua itu. Aku sudah mengatakan dengan jelas, jika aku tidak ingin berhubungan dengan hal apapun yang berkaitan dengannya, maupun tempat ini.
Dia sudah membiarkanku --aku yakin dia sengaja membiarkanku, karena dengan kemampuannya, dia sebenarnya bisa dengan mudah menyeretku pulang, seperti sekarang-- hidup sendiri selama hampir 8 tahun. Dan karena pembiaran itu, aku mengira pesan yang aku sampaikan saat kepergianku sudah cukup jelas. Yaitu aku tidak ingin memiliki hubungan apapun lagi dengannya.
Tidak setelah apa yang dilakukannya terhadap ibuku. Melihat dia dan wanita yang licik seperti rubah itu bersama, membuatku muak.
Wanita rubah itu memang tidak pernah bersikap buruk padaku, tapi sikap lembut keibuannya malah membuatku mendidih sekarang. Dia bersikap seperti itu hanya karena ingin menutupi perangai buruknya saja. Pada akhirnya dialah yang membuat Ibuku meninggal.
Aku tidak akan pernah memaafkan perbuatan mereka. Tidak dulu, tidak sekarang, tidak pula nanti.
Suara kaki yang berlari mendekat ke pintu, membawaku sadar dari lamunan yang menjijikkan itu. Aku bangkit dan mendekat kembali ke pintu.
"Ma---af tuan..." Suara itu terdengar gemetar.
"Beta Egon berkata, jika Alpha telah melarangnya untuk menemui anda. Jadi dia tidak bisa ke sini"
BRAAAAKKKKKK!!!!!!!!
Sekali lagi, aku menendang pintu itu lagi dengan kesal. Orang Tua itu ingin membuatku mati karena bosan sepertinya. Dengan hati berat, aku berbaring kembali di ranjang dan menatap kosong ke langit-langit kamar.
Maafkan aku Bee, aku tidak akan bisa menemuimu sesuai janji, batinku dengan getir.
Aku tidak yakin orang tua itu akan kembali sebelum hari jumat. Kunjungan ke Monath biasanya akan berlangsung selama berhari-hari. Jika hitungan hariku masih benar, maka dia akan kembali setelah jumat, karena lusa adalah jumat.
Terbayangkan di anganku bagaimana wajah cemberut Bee --wajah cemberut yang sempurna, karena bibirnya yang merah akan semakin memukau-- ketika nanti dia tahu, aku tidak menepati janji. Bee sangat membenci orang yang ingkar janji.
Dia akan marah dan mendiamkanku lagi kali ini.
Hhhhh.... Akan lebih mudah jika Bee marah dan mengomel padaku, tapi tidak akan semudah itu. Saat marah, tidak satu kata pun keluar dari mulutnya. Dan ini malah lebih menyiksa dari pada omelannya. Paling tidak aku bisa mendengar suaranya jika dia mengomel.
Aku bergidik ketika mengingat bagaimana Bee mendiamkanku selama lebih dari 3 minggu gara-gara wanita ular tidak tahu malu itu.
Kebodohanku gagal menangkap, jika sikap diamnya --ini baru pertama kalinya terjadi-- itu adalah amarah. Hal itu membuatku nyaris kehilangan Bee. Membayangkan jika aku benar-benar kehilangan Bee saja\, sudah cukup membuat jantungku mengerut pedih.
Lamunan itu dengan sukses membuatku lebih frustasi. Aku harus segera keluar agar bisa menemui Bee, atau paling tidak, aku harus mengirim kabar, aku tidak bisa menemuinya dalam waktu dekat ini.
Dia akan sangat khawatir, jika tidak mendengar kabar apa pun dariku selama berhari-hari. Setidaknya aku berharap El akan memberikan.....
El?.... sial!!!.
Ingatanku tentang El langsung membuatku panik. Eldred!!
Bagaimana keadaannya? Apakah dia juga tertangkap dan diseret kesini? Jika memang iya, ini akan menjadi lebih buruk untuknya. Aku mungkin hanya akan dikurung, tapi tidak dengan El. Mereka tidak akan berhenti dengan hanya mengurungnya.
Kembali ke sini saja sebenarnya sudah cukup menyiksanya. Apalagi ditambah dengan kesalahan tertangkap setelah kabur, entah hukuman tambahan apalagi yang sekarang dia terima.
Ini semua salahku, batinku dengan penuh sesal.
Seharusnya aku menyuruhnya tetap tinggal, saat dia meminta untuk membawanya, ketika aku kabur dari sini.
Tapi El adalah teman yang berharga untukku, dan aku tahu apa saja yang telah dia lalui di pack ini. El memang tidak berasal dari keluarga *gentry* di pack ini, dia hanya omega** biasa.
Tetapi dia pintar, dan merupakan petarung yang tangguh, sehingga membuatnya menonjol pada saat dia mengenyam pendidikan di akademi. Itu pula yang membuatnya dikirim ke sekolah manusia bersamaku dulu.
Tapi otak dengki anak-anak gentry pack ini, membuat hidupnya sengsara. Belum lagi keadaan keluarganya yang kacau.
Aku bisa mengerti kenapa dia ingin ikut denganku saat itu. Tapi sekarang, aku rasa bully-an itu tidak akan terlalu buruk jika dibandingkan hukuman yang akan diterimanya karena kabur dari pack. .
Kabur dari pack merupakan kesalahan besar, karena kau berarti telah berkhianat dan tidak mematuhi perintah Alpha. Sebagian besar pelarian pack jika tidak mati, strata-nya akan diturunkan menjadi omega tingkat paling rendah.
Dan El, sudah berada di tingkat omega rendah sebelum ini. Satu-satunya hukuman yang tersisa hanya...
Membayangkan apa yang terjadi kepada El membuat kepalaku kembali berdenyut sakit. Aku harap dia berhasil kabur, dan tidak ikut tertangkap.
Aku sekarang benar-benar murka. Tidak hanya telah mengganggu jadwal kerjaku, Orang Tua itu juga sudah membuatku kehilangan kesempatan untuk bertemu dengan Bee, belum lagi rasa khawatirku terhadap El. Dia seharusnya membiarkan aku sendiri saja.
Aku akan menolak apapun yang dia katakan dan dia minta padaku.
Akan aku tunjukkan, bahwa menyeretku kesini bukan berarti apapun yang direncanakannya akan berhasil, karena aku akan mencegahnya untuk berhasil dengan sekuat tenaga. Apapun rencana itu.
*Elder : Para tetua pack yang sangat dihormati
*Skunk : Hewan sejenis rubah yang mengeluarkan bau busuk sebagai pertahanan diri
* Gentry : bangsawan/ orang dengan kedudukan tinggi
*Warrior : pasukan werewolf
*Omega : Strata paling rendah dalam pack
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Luzi
serrruuuuuuu
2022-10-14
0
yumin kwan
bee adl lui, iya kan? david pacarnya lui. yg jd pertanyaan, lui kok ga ingat david??? what happened???
2021-11-09
0
Win_dha88
ini cerita ttg werewolf...
biasa ny novel yg lain bercerita ttg pencarian Mate dr seorang Alpha dlm Pack...
tp cerita ini berbeda...
saya suka...
2020-05-14
1