ELUIRA 4 - Working Life

Dua bulan sudah aku bekerja di Divisi Charity.

Pada awalnya, mungkin aku terlalu meremehkan pekerjaanku sendiri.

Aku membayangkan pekerjaan itu tidak akan terlalu berat. Hanya menyortir proposal kemudian memilih mana yang akan mendapatkan bantuan. Tapi ternyata tidak sesederhana itu.

Ketika Oscar mengatakan banyak proposal yang datang setiap hari, aku membayangkan hanya 5 atau 6 proposal. But I'm wrong!! Totally wrong.

Dalam sehari aku akan mendapat 10 - 20 proposal, bahkan sekali di hari yang cerah ceria, aku mendapat 23 proposal baru di mejaku. I'm officially death that day.

Segera saja aku tenggelam dalam kesibukan itu. Karena menyortir proposal itu juga bukan hal yang mudah.

Beberapa evaluasi mungkin bisa kami --me and Jovi-- lakukan dengan mudah melalui pencarian sederhana di internet. Tapi kebanyakan kami harus turun ke lapangan untuk melakukan survey langsung ke alamat.

Ini sangat efektif karena hampir 45% proposal yang masuk ternyata palsu.

Aku sangat membenci penipu-penipu itu--come on people, don't you have something better to do? like really?? -- bagaimana tidak!!

Mereka bisa saja merebut hak-hak orang yang memang benar-benar membutuhkan bantuan. Aku sangat benci orang yang berbohong, apalagi dengan tujuan jahat. That's a hateful combo.

Minggu lalu bahkan aku hampir berurusan dengan polisi.

Gara-gara seorang pria yang jelas-jelas membuat proposal palsu --dia mengambil foto anak-anak di sekeliling rumahnya kemudian mengklaim bahwa dia akan membuka panti asuhan baru--.

Ketika kami melakukan survey dia sangat terkejut dengan kedatangan kami. Dia kemudian berteriak-teriak kepada kami untuk menelepon dahulu sebelum datang. Yeah man--We'll do it next time, when we turn into dumb and dumber..duh.

Ketika amarahnya mencapai puncak, dia menampar pipiku dengan keras, untung saja aku hanya mengalami luka memar --dan tidak pingsan--.

Oscar sangat marah ketika menerima laporan Jovi, aku sebenarnya tidak mau repot repot menceritakannya pada Oscar, karena aku tahu hal ini akan berbuntut panjang jika dia tahu . Dan benar, Oscar mengancam melaporkannya kepada polisi.

Beruntung, aku bisa mencegahnya karena laki-laki itu benar-benar mempunyai dua orang anak tanpa ibu. Tapi aku tetap melaporkannya pada dinas sosial. Biar mereka yang memutuskan bagaimana nasib anak-anak itu.

Yah..banyak drama yang terjadi juga di pekerjaan ini.

Aku nyaris menangis parah ketika panti asuhan yang aku datangi, berada dalam kondisi sangat mengenaskan. Anak-anak penghuni panti mengalami kekurangan fasilitas karena banyaknya penghuni, mereka harus bergantian dalam memakai selimut dan tempat tidur.

Jika salah satu dari mereka memakai selimut maka mereka harus rela tidur dibawah, karena anak-anak yang tidak mendapat selimut akan tidur di kasur --yang kumaksud kasur disini bukan kasur yang biasa, tetapi lembaran kain tebal yang dijahit menjadi satu--, belum lagi mereka harus berdesak-desakkan karena terbatasnya tempat.

Pengelola panti asuhan sudah berusaha meminta tambahan batuan pemerintah untuk menambah pembiayaan untuk mereka. Tapi tidak berhasil. Entah apa alasannya.

Ketika kami berjanji untuk memberikan bantuan biaya -- oh hll.. I'm gonna buy a new home for them, a wide one* -- mereka sangat terharu dan menangis bahagia sambil memelukku.

Aku harus berusaha sangat ekstra keras untuk menahan air mata saat itu.

Pekerjaan ini juga membuka pintu baru di kehidupanku. Aku menyadari kalau ternyata selama ini duniaku sangat sempit, dan aku benar-benar tidak peduli bagaimana dengan keadaan sekelilingku.

Ughh.. rasa bersalah menderaku dengan keras karena ini.

Aku juga sudah tidak banyak melamun tentang memory berkabut itu --no time to spare-- .

Tapi terkadang, aku masih bermimpi tentang itu. Aku tidak ingat lagi mimpi itu tentang apa ketika bangun, tapi rasa hampa masih menyertaiku ketika aku terjaga.

Rasa hampa yang sangat menyiksa, karena aku tidak bisa mengingat hal apapun tentang itu. Ini jelas membuatku frustasi.

 

\~\~\~\~\~\~\~\~

 

Untuk bulan ini aku dan Jovi berencana membuat pesta penggalangan dana amal untuk sebuah proyek pembangunan bendungan di negara kecil di benua hitam, sound big right? Yeah.. it is big.

Proyek ini berasal juga berasal dari salah satu proposal. Proposal yang nyaris aku abaikan karena menggunakan bahasa yang tidak aku kenal. Ketika aku berhasil menerjemahkannya, aku sangat terkejut mengetahui isinya.

Negara itu kecil, penduduknya juga tidak banyak jika dibandingkan dengan Inggris.

Tapi karena sistem pemerintahan yang gagal -- I hate politician-- rakyatnya menderita. Selama beberapa tahun, negara itu mengalami kelaparan karena sistem pengelolaan pertanian yang sangat buruk.

Setelah menyelidiki--aku dan Jovi terbang kesana, dan tentu saja sebelum pulang, kami berhenti di beberapa tempat untuk berwisata..he..he-- dan berkonsultasi dengan beberapa ahli, aku akhirnya memutuskan untuk membangun bendungan sehingga bisa membantu pertanian di negara itu untuk jangka panjang.

Aku telah mengirimkan bantuan berupa bahan pangan dan lain-lain. Tapi aku ingin jalan keluar yang lebih permanen untuk mereka.

Aku tahu dengan keuangan divisi ini dan sumbangan dari beberapa donatur --*kebanyakan dari mereka adalah teman-teman Mo*m--dana yang ada masih tak akan menutup biaya proyek itu.

Saat itulah Jovi mempunyai ide brilian untuk mengadakan pesta penggalangan dana.

Hey.. It's a party from Delmor Corp, pasti banyak orang penting-- a.k.a calon donatur--yang mau datang.

Oscar sangat mendukung ide tersebut, bahkan berjanji untuk mengundang secara pribadi rekan-rekan bisnisnya.

Oscar juga mengusulkan agar acara seperti ini digelar setiap tahun, karena bisa menaikkan pamor perusahaan di mata masyarakat.

Pfft.. dasar pengusaha!!

Tapi tak apalah, yang penting aku mendapat banyak dana untuk proposal-proposal itu.

Jika dulu aku bilang dana di divisi ini banyak, maka lupakan. Baru 2 bulan aku disini, sudah hampir seperempat dari dana yang ada aku sumbangkan, mungkin aku terlalu royal dalam memberi sumbangan.

Dan yahh.... dengan banyaknya banyak proposal yang belum terwujud, seharusnya aku bisa mengatur uangnya dengan lebih bijaksana.

Tapi aku tidak akan tega ketika berhadapan langsung dengan orang yang mengajukan proposal. Aku selalu memberi lebih dari yang mereka minta. Karena mereka kadang terlihat sangat mengenaskan.

Aku juga menambah beberapa daftar penerima sumbangan rutin perbulan.

Sebelumnya, hanya ada 10 yayasan penerima sumbangan rutin, tetapi aku meningkatkannya menjadi sekitar 23. Aku menambahkan yayasan kanker di asia tenggara dan juga beberapa panti asuhan di sana.

Aku memang melebarkan wilayah penerimaan sumbangan, sebelumnya Mrs. Olsen kebanyakan hanya menerima proposal dari wilayah Eropa, tetapi aku sadar, bahwa proposal yang dikirimkan ke sini , banyak juga yang berasal dari benua lain.

Aku tidak akan mengabaikannya. Walaupun itu berarti aku akan menjadi sangat sibuk dan lebih banyak bepergian jauh untuk melakukan survey.

Aku akan menikmatinya, karena hal ini sangat membantu untuk mengalihkan pikiranku dari ingatan kacau dan berkabut itu. Karena, semakin ingin aku melupakannya, ingatan itu seolah semakin erat mencengkramku.

Jika lengah, maka mimpi buruk dan rasa sesak selalu menggangu tidur malamku.

Karenanya aku selalu ingin menghabiskan seluruh tenaga untuk bekerja, setidaknya jika sangat lelah, aku akan tertidur lebih nyenyak.

 

\~\~\~\~\~\~\~

 

Jadwalku hari ini, adalah bertemu EO untuk pengadaan pesta amal itu.

I'm not a party people, dari dulu aku sangat jarang menghadiri pesta apapun.

Biasanya hanya Oscar yang diajak oleh Dad, karena memang dia yang nanti akan memimpin perusahaan. Ketika kecil, aku sempat marah karena hal ini, tetapi setelah semakin besar, aku tak lagi peduli.

Apa yang bisa aku nikmati dari kegiatan berdiri dan selalu mencoba tersenyum ramah pada tamu undangan? Lebih baik aku berlatih, begitu pikirku saat itu.

Karena pengetahuanku yang nihil soal pesta, aku akan mengatakan 'iya' kepada EO itu, tentang apapun idenya.

Aku akan menyetujui semuanya.

Ketukan pelan di pintu menyadarkanku, "Ya" jawabku. Kepala berambut gelap itu muncul dan berkata

"Mereka sudah di sini" Aku hanya mengangguk dan segera beranjak menuju ruang meeting di lantai 10 bersama Jovi. Seperti Oscar, aku juga tidak suka dengan kata terlambat.

Sesampainya di sana, aku terkejut, karena menemui Oscar duduk dengan manis di ujung meja.

"Kau ikut meeting ini?" tanyaku heran.

"Tentu saja, kau pikir kenapa Jovi berulang kali menjadwal ulang meeting ini? Aku kesusahan menempatkannya dalam jadwal" jawabnya sambil tersenyum jahil.

"Aku pikir mereka yang memang tiba-tiba ada acara" sahutku sambil cemberut, dan menunjuk dua orang pria yang sedari tadi duduk dan memandang heran kepada kami.

Jovi sedang berusaha menata raut mukanya agar terlihat serius dengan menahan tawanya ketika melihatku cemberut.

Jika tahu Oscar ikut dalam meeting ini, aku tak akan bersusah-susah memikirkan apa yang akan aku lakukan. Aku akan membiarkan Oscar yang memutuskan.

Setelah acara perkenalan dan basa-basi, pegawai dari EO itu mulai menjelaskan apa saja rencana acara, serta apa saja kelengkapan pesta yang akan dibutuhkan.

Sesekali Oscar mengoreksi dan memberikan arahan kepada mereka.

Sedangkan aku---berkata iya, untuk apapun yang mereka usulkan.

Sejujurnya, aku hanya memberikan tidak sampai separuh dari seluruh perhatianku, selama meeting. Aku akan lebih gembira jika tidak tahu dengan detail, apa dan bagaimana pesta itu berlangsung.

Karena setelah mendengar detailnya, aku jadi tahu bahwa menyiapkan sebuah pesta ternyata sangat merepotkan. Belum lagi nanti saat aku harus memilih gaun dengan Charlie, itu akan menjadi pekerjaan panjang dan membosankan.

Mendekati akhir Oscar menyerahkan map yang sedari tadi berada di depannya masing-masing satu untukku dan EO itu. "Ini daftar tamu yang telah saya setujui, saya harap undangan telah terkirim seminggu sebelum acara" kata Oscar.

"Baik, kami mengerti Mr. Delmora" jawab mereka tangkas. Setelah berpamitan mereka meninggalkan ruang meeting itu.

Aku melihat daftar tamu itu dan merasa puas. Nama-nama donatur yang biasa, sudah di setujui oleh Oscar. Aku menyerahkan map itu kepada Jovi. Beberapa detik kemudian Jovi memekik kaget melihat daftar itu.

"Kenapa?" tanyaku dengan tercengang.

"Zenobia Terence? Anda mengundang Zeno?" tanyanya kepada Oscar.

Oscar tersenyum simpul sambil mengangguk. Jovi tiba-tiba bertepuk tangan gembira.

"Siapa dia?" tanyaku dengan heran. Baru kali ini aku melihat Jovi begitu bersemangat bertemu dengan seseorang.

Pertanyaanku sukses menghapus senyum lebar di mulut Jovi.

"Kau hidup di balik batu ya selama ini?" tanyanya jengkel. " Dia adalah aktor super tampan dengan bayaran paling mahal saat ini." tambahnya. "Aku tak percaya dia akan datang ke pesta itu" katanya lagi dengan tatapan memuja di matanya.

"Tentu saja dia harus, film terakhir yang dia bintangi berasal dari studio kita, tidak mungkin dia menolak undangan itu" kata Oscar.

"Kita punya studio film?" tanyaku bodoh.

Tak ada yang menjawab, Oscar hanya beranjak pergi sambil menggeleng tak percaya menatapku. Sedangkan Jovi, menutup mukanya dengan kedua tangan "Ya Tuhan" desisnya lirih.

Aku anggap jawaban itu sebagai iya.

Jovi kemudian memandangku dengan serius dan berkata "Kau perlu mendapat pembelajaran tentang pengetahuan per-artisan, jika tidak, kau akan mempermalukan dirimu sendiri ketika pesta nanti, akan aku masukan dalam jadwalmu nanti. Aku yang akan menjadi gurunya" ucapnya panjang lebar, kemudian beranjak keluar.

"Kau bercanda bukan?" teriakku pada punggungnya.

 

\~\~\~\~\~\~\~

 

Dan tentu saja dia tidak bercanda, selama seminggu sebelum pesta, dia mencekoki ku dengan hal-hal apapun berkaitan dengan selebriti yang akan hadir di pesta itu,

Siapa saja mereka, apa saja lagu/film yang mereka buat, lengkap dengan keterangan siapa mantan siapa, dan siapa berselingkuh dengan siapa, rumit sekali kisah percintaan mereka.

Eeuuww.. Setelah pelajaran itu, ingin rasanya aku mencuci otakku agar bersih kembali, karena kisah hidup mereka, membuatku merasa seolah aku adalah malaikat.

Aku tidak pernah menyangka kehidupan seperti itu ada. Hampir semua hal yang Jovi ceritakan adalah hal baru untukku. Aku menemui dunia yang baru, dan heran selama ini aku tidak menyadarinya.

Benar kata Jovi, aku hidup di balik batu selama ini.

Aku takjub sekaligus jijik dengan berlikunya kisah percintaan beberapa artis yang di ceritakan Jovi. Bagaimana bisa seseorang melakukan semua itu dalam hidupnya? Tidakkah mereka lelah? Hanya mendengarnya saja sudah cukup membuatku penat.

Aku sendiri tak pernah punya pengalaman apapun soal percintaan --berlatih balet, makan, tidur-- .Ada beberapa pernyataan cinta nekat dari partner baletku dulu. Tapi aku tidak tertarik. Saat itu hanya Ballet yang ada di pikiranku.

Setelah aku mendengar pelajaran dari Jovi, Aku mulai merasa kalau itu tidak normal.

Dua puluh tiga tahun tanpa pernah jatuh cinta?? Oke.. sekarang itu terdengar agak menyedihkan. Aku tidak akan mengulang kalimat itu lagi.

Aku sungguh heran kenapa tayangan gosip mendapatkan rating yang tinggi di TV, aku tak melihatnya secara langsung pun telah merasa mual.

Seperti sekarang ini, Jovi memberikan deretan panjang daftar hal apa saja yang tak boleh aku bicarakan ketika aku bertemu.... Emmm... Ms. Someone.

Aku benar-benar buruk dalam hal ini. Aku sudah tidak lagi mengingat namanya, aku hanya bisa mengingat tak lebih dari separuh dari apa yang Jovi ajarkan. Padahal pestanya adalah 2 hari lagi.

"Tak bisakah aku melewatkan ini? Aku akan gila jika membaca satu kata perceraian lagi" ujarku dengan kekesalan yang maksimal. Aku memang lebih peduli dengan kehidupan orang lain sekarang, but not like this. This is too much.

Aku memijat keningku pelan, kepalaku berdenyut tidak nyaman sedari tadi.

Jovi menarik nafas panjang melihatku. Dia menarik kertas yang ada di tanganku dan mulai memeriksanya.

"Kau tahu, aku akan membuang penjelasan tentang para selebriti. Tapi aku mohon, kau setidaknya bisa mengingat beberapa hal tentang para pengusaha yang ada di sini. Karena mereka adalah tamu yang lebih penting" ucapnya dengan penuh simpati.

"Oh.. yes, please. Itu adalah kabar paling menggembirakan yang aku dengar sepanjang minggu ini" jawabku.

Kehidupan para pengusaha memang tak kalah rumit karena mengandung informasi tentang perebutan kekuasaan, akuisisi dan lain-lain.

Tapi paling tidak, aku akan membaca lebih sedikit tentang perselingkuhan dan perceraian. Aku lelah membaca tentang hal itu.

"Kau tidak apa-apa? Kau terlihat sedikit pucat" tanya Jovi, sambil memandangku dengan seksama. "Jangan khawatir, aku tak apa. Aku hanya kurang tidur karena mimpi buruk tadi malam" jawabku sambil mengibaskan tangan.

Jovi mengangguk, kemudian kembali menumpahkan perhatian pada kertas di tangannya.

Aku memang sering bermimpi buruk belakangan ini. Mimpi buruk yang menggantikan mimpi gelisah karena ingatan berkabutku.

Mimpi buruk itu, selalu membuatku terbangun, dan yang paling menyebalkan, aku juga sama sekali tidak bisa mengingat apa sebenarnya yang terjadi di mimpi itu, padahal aku selalu terbangun dengan hati hancur.

Beberapa kali aku menangis karena mimpi itu. Terdengar aneh, tapi itulah yang terjadi.

Aku menangis karena mimpi buruk yang tidak aku ingat. Aku harus berusaha keras menenangkan diri setelahnya. Karena itu waktu tidurku menjadi terganggu.

"Bagaimana kalau kita makan burger siang ini?" seruku dengan bersemangat.

Makanan yang lezat adalah pengalih perhatian yang sangat manjur. Setelah kunjungan pertamaku dulu, gerai burger pilihan Jovi menjadi tempat favorit kami. Kami sering menghabiskan waktu makan siang di sana.

"Setuju!!" seru Jovi, dengan tak kalah bersemangat. Dia membanting kertas yang sedang di periksanya.

"Membaca narasi tentang kehidupan orang lain membuatku frustasi dan lapar" katanya sambil berdiri.

Tanpa membuang waktu, aku berdiri kemudian meraih ponselku dari meja.

Tapi ada sesuatu yang salah!

Aku tidak bisa menemukan ponsel, karena tiba-tiba saja keadaan sekelilingku menjadi gelap, seolah ada seseorang yang mematikan lampu. Kemudian aku sadar, gumpalan itu---

"Jovi!!" aku berbisik lirih sebelum kegelapan total menelanku....

 

 

\~\~\~\~\~\~\~\~\~

 

 

Langit-langit ruangan kantor adalah yang pertama aku lihat saat aku membuka mata.

Otakku juga masih bisa mengingat dengan baik, apa yang terjadi sebelum aku pingsan.

Syukurlah. Aku tak bisa membayangkan jika harus kehilangan beberapa hal dari ingatanku lagi.

 

"Lui" suara Oscar membuatku berpaling.

"Morning!" sapanya seolah aku baru saja tertidur.

Aku tersenyum mendengarnya. "Good morning, berapa lama aku pingsan?" tanyaku sambil bangun dari sofa tempatku berbaring dengan mudah.

"Hanya sekitar 3 jam" jawab Oscar.

Dia mengambil kotak kayu kecil yang tergeletak di meja, dan memasukkannya ke saku jas. Tebakanku kotak itu berisi vial obat.

Jika aku pingsan, beberapa mili obat harus disuntikkan ke tubuhku -- Aku tak tahu obat apa itu, dr. Alva pernah menjelaskan padaku, tapi aku dengan sengaja melupakannya-- obat ini diresepkan oleh dr. Alva agar aku sadar kembali.

"Kau membuat Jovi sangat ketakutan! Apa yang terjadi sebenarnya?" tanyanya, sambil menunjuk Jovi yang berdiri sedikit jauh di belakang Oscar.

Matanya memandangku dengan penuh kelegaan, dan aku bisa melihat sisa air mata di sana.

Ck... aku membuatnya khawatir. Aku melambaikan tanganku untuk menenangkannya. Jovi tersenyum kecil melihatnya.

Tangan Oscar bergerak merapikan rambutku yang sedikit berantakan. "Apakah semua persiapan pesta membuatmu terlalu lelah?" tambahnya. Oh tidak!!

"Tentu saja tidak!!" Jawabku dengan cepat. Aku tidak mau jika nanti Oscar akan melarangku bekerja karena dia mengira aku pingsan karena terlalu lelah.

"Aku hanya kurang tidur Oscar, aku bermimpi buruk tadi malam. Dan setelahnya aku tak bisa tidur lagi. Karena itu aku pusing tadi" jelasku, dengan jujur. Oscar memandangku dengan seksama. "Mimpi buruk tentang apa?"

"Itu dia, aku sama sekali tak bisa mengingatnya setelah bangun" gerutuku dengan kesal. Aku mengira jika Oscar akan menertawakan hal yang aku anggap bodoh ini. Tapi ternyata tidak, jawabanku malah membuatnya mengerutkan kening, dan terdiam berpikir.

"Hmm.., baiklah. Tapi untuk sisa hari ini aku ingin kau pulang dan beristirahat. Jovi akan menyelesaikan sisa pekerjaan di sini" perintahnya dengan tegas. Di belakangnya Jovi menangguk dengan kencang. Nada suara seperti itu, hanya berarti satu. Aku tidak bisa membantahnya bahkan jika merengek. Maka aku hanya mengangguk.

Oscar tersenyum puas kemudian bangkit dari duduknya. "Aku akan memanggil Alex untuk mengantarmu" ucapnya, sambil berjalan keluar dari ruanganku.

Begitu Oscar lenyap dari pandangan. Sesuatu menubrukku dengan keras. Itu Jovi, dia nyaris meremasku dalam pelukannya.

"Aku takut sekali tadi, kau tiba-tiba saja terjatuh" ucapnya dengan terburu-buru. "Maafkan aku" Aku bisa melihat di matanya, dia benar-benar khawatir dengan keadaanku.

"Tak apa, itu bukan salahmu. Tapi kau benar-benar tak ingat tentang mimpi burukmu itu?" tanyanya dengan nada penasarannya yang khas.

Aku menggeleng pelan.

"Sudahlah!! Kau mungkin hanya terlalu lelah kemarin, sehingga kau bermimpi buruk. Sekarang kau lebih baik bersiap, Alex pasti sebentar lagi akan datang" ujar Jovi mencoba mengalihkan perhatianku.

Tapi ada satu hal yang tak aku katakan pada Oscar dan Jovi. Mimpi burukku tidak hanya terjadi tadi malam. Jika hanya tadi malam, mungkin kepalaku masih bisa bertahan. Tapi mimpi buruk itu sudah berlangsung selama beberapa minggu.

Biasanya aku bisa tertidur lebih nyenyak setelah berolahraga -- berenang malam--karena aku akan sangat letih sehingga tertidur tanpa mimpi.

Tapi jika aku melewatkannya karena sesuatu, bisa dipastikan aku akan bermimpi buruk. Rupanya aku harus menjadwalkan olahraga itu dengan rutin sekarang. Jika aku pingsan lagi, aku ragu Oscar akan tetap mengijinkan aku bekerja.

Baiklah, jika seperti itu... aku akan berenang setiap hari, tekadku.

Terpopuler

Comments

Titik Wulandari

Titik Wulandari

aku memang menunggu cerita ini tamat dulu karena paling gak tahan dgn rasa penasaran

2020-10-05

1

L A

L A

iya ....sejauh ini ceritanya seru ...beda dg yg sering aku baca

2020-07-04

2

Win_dha88

Win_dha88

cerita ny Bagus thor...
tp knp yg like sedikit ya?
Aq suka semua karyamu thor...
Beres baca Blue Light di sambung dgn ini...

2020-05-14

2

lihat semua
Episodes
1 ELUIRA 1 - Wake up While Losing Something
2 ELUIRA 2-Bored to death
3 ELUIRA 3 - First Day at Work
4 ELUIRA 4 - Working Life
5 ELUIRA 5 - Party and a Wolf
6 ELUIRA 6 - Mysteri of number 6
7 Eluira 7- Date or Not
8 Eliura 8- Suprisingly, Almost Perfect
9 Eluira 9- Torn
10 Eluira 10 - Enough of It
11 Eluira 11 - Who??
12 INTERVAL - Someone Who Has Been Lost
13 David 1- Trapped
14 David 2 - Old Friend
15 David 3 - Old Man and a Fox
16 David 4 - Coup d'Etat
17 David 5 - I hate You, But......
18 David 6 - Truth---and It Hurt
19 David 7 - More Ugly Truth
20 David 8 - Myth and Mate
21 David 9 - Biggest Trash in the Universe
22 David 10 - Knowing Your Enemy and Your Destiny
23 David 11 - Funeral
24 David 12 - Story Continued
25 David 13 - Not as Seen
26 David 14 - Quest Starts
27 David 15 - Dead End Ahead
28 David 16 - Painful
29 David 17 - That Perfect Creature is Not Mine Anymore
30 David 18 - Crushed Plan
31 David 19 - Beautiful Pain
32 INTERVAL - Something You Need to Find
33 Us 1 - Plain and Plan
34 Us 2 - Second Heart Beat and Uncounted
35 Us 3 - Lunch and More
36 Us 4 - Storm and Waiting
37 Us 5 - First and Not
38 Us 6 - Anger and Lie
39 Us 7 - Tricked and Make Sense
40 Us 8 - Found and Black
41 Us 9 - Nightmare and Decision
42 Us 10 - Home and Away
43 Us 11- Monster and Bitter
44 Us 12- Scared and Understanding
45 Us 13 - Rotten and Knowing
46 Us 14 - Matter and Unexpected
47 Us 15 - Brother and Spy
48 Us - 16 New Feel and New Friend
49 Us 17 - Traitor and Releived
50 Us 18 - Punish and Truce
51 Us 19 - Dinner and Trial
52 Us 20 - Prepare and Spa Day
53 Us 21 - Brawl and Awestruck
54 Us 22 - Just Us and a Shadow
55 Us 23 - Truth and Happiness
56 Us 24 - Date and What?!
57 Us 25 - Question and Sleep
58 Us 26 - Fixing and Proper Proposal
59 Us 27 - Dinner and Announcement
60 Us 28 - Eyes and Resolve
61 Us 29 - Cute Day and Assignment
62 Us 30 - Invulnerable and Anxious
63 Us 31 - Guest and Rehearsal
64 Us 32 - Wedding and Happy ?
65 INTERVAL - Something You Need to Remember
66 Again 1 - Blue Light Wings
67 Again 2 - Compliance
68 Again 3 - Ally Encounter
69 Again 4 - Muscle Show
70 Again 5 - New Entity
71 Again 6 - Answered Question
72 Again 7 - Strategy
73 Again 8 - Remembrance
74 Again 9 - Just Us
75 Again 10 - Ice Cold
76 Again 11 - Awaken
77 Again 12 - Bond
78 Again 13 - Land of Snow
79 Again 14 - Super Hero but Not
80 Again 15 - Bloodshed
81 Again 16 -Lost and Grieve
82 Again 17 - Blue Flower
83 Again 18 - Fairway Rock
84 Again 19 - Before We Part Ways
85 Again 20 - Festival
86 EPILOG
Episodes

Updated 86 Episodes

1
ELUIRA 1 - Wake up While Losing Something
2
ELUIRA 2-Bored to death
3
ELUIRA 3 - First Day at Work
4
ELUIRA 4 - Working Life
5
ELUIRA 5 - Party and a Wolf
6
ELUIRA 6 - Mysteri of number 6
7
Eluira 7- Date or Not
8
Eliura 8- Suprisingly, Almost Perfect
9
Eluira 9- Torn
10
Eluira 10 - Enough of It
11
Eluira 11 - Who??
12
INTERVAL - Someone Who Has Been Lost
13
David 1- Trapped
14
David 2 - Old Friend
15
David 3 - Old Man and a Fox
16
David 4 - Coup d'Etat
17
David 5 - I hate You, But......
18
David 6 - Truth---and It Hurt
19
David 7 - More Ugly Truth
20
David 8 - Myth and Mate
21
David 9 - Biggest Trash in the Universe
22
David 10 - Knowing Your Enemy and Your Destiny
23
David 11 - Funeral
24
David 12 - Story Continued
25
David 13 - Not as Seen
26
David 14 - Quest Starts
27
David 15 - Dead End Ahead
28
David 16 - Painful
29
David 17 - That Perfect Creature is Not Mine Anymore
30
David 18 - Crushed Plan
31
David 19 - Beautiful Pain
32
INTERVAL - Something You Need to Find
33
Us 1 - Plain and Plan
34
Us 2 - Second Heart Beat and Uncounted
35
Us 3 - Lunch and More
36
Us 4 - Storm and Waiting
37
Us 5 - First and Not
38
Us 6 - Anger and Lie
39
Us 7 - Tricked and Make Sense
40
Us 8 - Found and Black
41
Us 9 - Nightmare and Decision
42
Us 10 - Home and Away
43
Us 11- Monster and Bitter
44
Us 12- Scared and Understanding
45
Us 13 - Rotten and Knowing
46
Us 14 - Matter and Unexpected
47
Us 15 - Brother and Spy
48
Us - 16 New Feel and New Friend
49
Us 17 - Traitor and Releived
50
Us 18 - Punish and Truce
51
Us 19 - Dinner and Trial
52
Us 20 - Prepare and Spa Day
53
Us 21 - Brawl and Awestruck
54
Us 22 - Just Us and a Shadow
55
Us 23 - Truth and Happiness
56
Us 24 - Date and What?!
57
Us 25 - Question and Sleep
58
Us 26 - Fixing and Proper Proposal
59
Us 27 - Dinner and Announcement
60
Us 28 - Eyes and Resolve
61
Us 29 - Cute Day and Assignment
62
Us 30 - Invulnerable and Anxious
63
Us 31 - Guest and Rehearsal
64
Us 32 - Wedding and Happy ?
65
INTERVAL - Something You Need to Remember
66
Again 1 - Blue Light Wings
67
Again 2 - Compliance
68
Again 3 - Ally Encounter
69
Again 4 - Muscle Show
70
Again 5 - New Entity
71
Again 6 - Answered Question
72
Again 7 - Strategy
73
Again 8 - Remembrance
74
Again 9 - Just Us
75
Again 10 - Ice Cold
76
Again 11 - Awaken
77
Again 12 - Bond
78
Again 13 - Land of Snow
79
Again 14 - Super Hero but Not
80
Again 15 - Bloodshed
81
Again 16 -Lost and Grieve
82
Again 17 - Blue Flower
83
Again 18 - Fairway Rock
84
Again 19 - Before We Part Ways
85
Again 20 - Festival
86
EPILOG

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!