Dengan tidak adanya Reno di rumah, Rindu takut, kalau sewaktu-waktu dia tak bisa menahan emosinya pada Anggun. Rindu sangat tersiksa, ditinggal sendirian di rumahnya, hanya di temani anaknya. Di satu sisi, Rindu sayang sekali pada Anggun, tapi di lain sisi, dia juga sangat membenci Anggun. Setiap rengekkan dan ocehannya terdengar sangat memuakkan bagi Rindu. Kadang Rindu sangat ingin menyumpal mulut Anggun dengan kain, supaya dia diam tidak banyak omong. Tapi itu hanya di pikirannya. Dan itu yang membuat Rindu ingin merealitakan semua pikirannya. Rindu sangat penasaran, dan agar dia bisa merasakan kelegaan hatinya.
“Mah, Anggun ingin sarapan bubur ayam buatan mama ya,” kata-kata Anggun langsung membuyarkan lamunan Rindu.
“Anggun ingin apa nak?” Rindu malah balik bertanya, karena barusan, pikirannya sedang kosong.
“Anggun minta di bikinin bubur ayam mah,” kata Anggun mengulangi perkataannya.
Senyum tak lupa Anggun sunggingkan di setiap perkataannya.
“Ya sudah, Anggun tunggu ya, sekarang mama buatin sarapannya.” Kata Rindu seraya bergegas ke dapur untuk membuatkan pesanan anaknya.
Anggun menunggu dengan sabar di ruang tengah sambil bermain bola-bola kecil sendirian. Anggun sudah terbiasa bermain sendiri, karena mama dan papanya tidak pernah mengizinkan dia untuk bermain di luar rumah. Bukan karena orang tuanya tega atau tak mau dia berbaur dengan teman sebayanya. Tapi lebih kepada kekhawatiran Reno dan Rindu dalam menjaga buah hatinya jangan sampai dirinya menjadi bahan olok-olokkan para tetangga yang tahu tentang asal usulnya Anggun. Mereka tak mau kalau sampai Anggun mengetahui asal muasal dirinya. Karena kalau sampai itu terjadi pada anaknya, Reno tak akan segan-segan melaporkan itu semua pada pihak yang berwajib. Anggun yang masih kecil itu, hanya dapat menuruti keinginan orang tuanya. Selama semua keinginan Anggun terpenuhi, Anggun selalu jadi anak yang penurut.
Ia tak pernah sekali pun membangkang ucapan orang tuanya. Reno dan Rindu sangat senang punya anak yang penurut.
Tak lama berselang, bubur yang di minta Anggun pun sudah matang. Rindu berjalan membawa bubur di tangannya menghampiri Anggun yang tengah bermain. Dia menyodorkan buburnya pada Anggun. Setelah di rasa cukup dingin untuk di makan, Anggun segera menyuapkan bubur itu ke dalam mulutnya. Karena dari kecil Anggun sudah di latih untuk harus bisa makan sendiri. Cara makan anak umur 4 tahun ini terbilang sangat rapi. Tak ada satu pun sisa makanan yang mengotori lantai tempat ia duduk. Setelah habis buburnya, Anggun minta minum pada mamanya, yang kebetulan lupa membawa air minumnya. Rindu pun membawa air minum ke hadapan anaknya. Tanpa sengaja, Anggun menyenggol gelas yang berisi air minum itu. Sehingga airnya tumpah membasahi lantai.
“Maaf mah, Anggun tidak sengaja menumpahkan air minum,” Anggun meminta maaf pada Rindu.
“Sudah, gak apa-apa, nanti mama bereskan semuanya. Anggun duduk saja ya, mama mau bawa kain pel dulu. Awas, jangan berdiri atau jalan ya, nanti kamu kepleset."
“Ya mah.” Jawab Anggun sambil menganggukkan kepalanya.
Rindu membawa kain pel ke belakang, dan segera membereskan tumpahan airnya.
Selama mamanya membersihkan bekas tumpahan air, mata Anggun selalu memperhatikan mamanya. Dia ingin membantu mamanya, tapi dia takut di marahi. Jadi dia hanya memilih diam saja.
Waktu beranjak siang. Rindu dan Anggun masih asyik dengan permainan yang mereka ciptakan sendiri. Mereka memainkan segala jenis permainan yang membuat Anggun tak pernah bosan. Dengan memanfaatkan semua mainan dan boneka-boneka Anggun, mereka memainkan permainan rumah-rumahan. Sampai Anggun merasa lelah, dan meminta mamanya untuk mengantarkannya ke kamar, karena Anggun ingin tidur siang. Dia pun segera tidur, di temani mamanya yang berbaring di sampingnya. Setelah Anggun tertidur pulas, Rindu beranjak dari kasurnya, karena dia merasa perutnya lapar. Rindu sekalian akan membuat makan siang untuk dirinya dan Anggun. Karena di saat Anggun bangun, yang pertama di carinya adalah makanan. Rindu sangat mengerti semua kebiasaan Rindu.
Dan tak mau, kalau di saat ia bangun, makanan belum siap.
Namun, baru beberapa saat Rindu memasak makanan, dari dalam kamar, terdengar teriakkan dari anaknya. Rindu bergegas menghampiri anaknya.
“Ada apa Anggun? Kok kamu teriak-teriak?” tanya Rindu.
“Mama kok malah ninggalin Anggun? Anggun kan takut di kamar sendirian mah.” Rajuknya.
“Mama kan mau bikin makan siang buat kita berdua. Kamu tunggu sebentar ya, mama janji, 5 menit lagi selesai,” pinta Rindu pada Anggun.
“Gak mau, pokoknya mama harus temani Anggun bobo sekarang!”
“Gak bisa sayang, nanti masakan mama gosong, itu mama lagi goreng kentang, nanti malah hangus kentangnya.”
Ucap Rindu mulai ngotot.
“Gak mau, pokoknya gak mauuu!” Teriak Anggun malah histeris. Dia masih ingin Rindu berada di sampingnya ketika dia tidur.
“Kamu kenapa sih Anggun, tak biasanya kamu manja kayak gini? Rindu mulai habis kesabarannya.
“Pokoknya Anggun ingin bobo di temani mama, titik!”
Sekarang bukan hanya teriakan, tapi sudah di barengi dengan tangisan Anggun.
Rindu semakin tak tahan dengan tingkah laku anaknya. Baginya, tindakan Anggun sudah di atas wajar. Walau pun untuk orang tua pada umumnya, kelakuan tantrum bagi anak seusia Anggun masih sangat wajar. Dan sewaktu-waktu masih sering terjadi, apabila anak menginginkan sesuatu. Tapi di pikiran Rindu, anaknya sudah sangat tak bisa di tolerir lagi.
“Kamu maunya apa sih? Dari tadi kamu selalu bikin capek mama hah? Dasar anak haram. Nih rasakan akibat perbuatanmu!” Umpat Rindu sambil menghadiahi cubitan di kaki dan tangan Anggun. Anggun yang baru kali ini mendapatkan bentakan dan cubitan di badannya, sangat kaget. Yang di lakukannya hanya menangis kesakitan merasakan panas dan perih di sekitar kaki dan tangannya akibat bekas cubitan itu.
“DIAM!! Jangan menangis! Awas, kalau sampai kamu bilang ke papamu, mama gak akan segan untuk bunuh kamu Anggun!” Ancam Rindu.
Anggun sangat ketakutan, dia tak menyangka, mamanya akan tega menyakiti dia. Padahal selama ini, Anggun sangat menaati setiap perkataan mamanya.
Emosi Rindu sudah tak terbendung lagi. Tubuh ringkih Anggun menjadi sasaran kekejamannya. Rindu mencubiti dan memukul badan Rindu, sebelumnya dia sudah menyumpal mulut Anggun dengan kaos kaki. Setelah puas, baru dia membebaskan Anggun.
Anggun sudah tak mampu menangis lagi. Anak seusia dia, belum mengerti kenapa dia bisa di siksa seperti itu.
“Ampun mah, badan Anggun sakit semua, Anggun janji, gak akan nakal lagi.” Ratapnya.
Rindu tak menggubrisnya. Dia hanya melenggang pergi meninggalkan Anggun yang merintih kesakitan.
Ada kepuasan tersendiri, setelah melihat Anggun tersiksa seperti itu.
Rindu membiarkan anaknya menangis sendirian di kamarnya. Dengan tenang dan tak merasa bersalah sedikit pun, dia melanjutkan memasak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Dian Dglowingshop
ya ampunnnn rindu... kasian anggun rindu
2021-05-08
2
🐈 petit chat 🐈
akibat rasa sakit dan trauma akibat pelaku lucknut, dibully mertua, plus anak yg tantrum berwajah mirip dgn pelaku jadilah pelampiasan emosi bertahun tahun
2021-03-03
4
Khaliqa Iyar
kasian anggun
2020-11-07
0