"Apa yang terjadi dengan Rindu nak? Apa dia sakit, atau jatuh?" Umi langsung memberondong dengan banyak pertanyaan, ketika sampai di rumah sakit. Reno tak tahu harus berkata apa. Takut kalau Abah dan Uminya syok mendengar penjelasan Reno. Reno hanya bisa memandang kosong ke arah di depannya.
Sebelum Reno menjawab pertanyaan Umi, dokter sudah keburu membuka pintu UGD. Dengan wajah yang terlihat sangat kelelahan, tapi beliau masih bisa menutupinya dengan senyum bijaksana.
"Keluarga ibu Rindu?
"Iya dok, saya suaminya. Bagaimana kondisi istri saya dok? Apakah semuanya baik-baik saja?" Reno segera memberondong dokter itu dengan berbagai pertanyaan. Dokter itu tersenyum simpul.
"Mohon bapak segera tanda tangani surat pernyataan ya pak, kami akan segera melakukan operasi laparotomi, untuk melihat seberapa jauh luka sobek yang menembus perut pasien. Mudah-mudahan luka yang di derita tidaklah terlalu dalam. Sehingga tak ada organ yang harus diangkat." Jelas dokter memberi keterangan tentang keadaan Rindu.
"Baik dok, lakukan yang terbaik untuk istri saya," jawab Reno antusias.
"Mari, silahkan ikut saya ke bagian administrasi pak, ada beberapa berkas yang harus bapak tanda tangani. Ini sesuai prosedur rumah sakit ini pak." ajak perawat yang ada disamping dokter.
Reno mengikuti perawat itu dari belakang dengan langkah gontai. Namun ada sedikit harapan untuk memperjuangkan kesembuhan Rindu.
Setelah semua prosedur rumah sakit selesai, Rindu segera di pindahkan ke ruang operasi. Reno masih sempat melihat istrinya, sebelum tim dokter membawanya ke meja operasi. Dia melihat istrinya, seperti sedang tidur pulas. Hanya perbedaannya, kali ini Rindu di pasang berbagai alat medis di tubuhnya. Proses pembedahan itu membutuhkan waktu kurang lebih 4 jam. Ketika dokter bedah membuka pintu ruang operasi, tampak wajah sang dokter tersenyum puas dengan hasil kerja kerasnya. Alhamdulillah nyawa Rindu masih bisa di selamatkan, luka sobekannya tidak terlalu dalam. Dan tidak mengenai organ-organ vital yang ada di tubuh Rindu. Karena pisau yang tak terlalu tajam.
Selesai di operasi Rindu di pindahkan ke ruang perawatan di kelas VIP. Orangtua Rindu syok, mendengar penuturan Reno tentang aksi nekatnya Rindu. Tapi di balik itu semua mereka juga bersyukur, Rindu bisa melewati masa kritisnya.
Kesadaran Rindu berangsur angsur membaik. Di tandakan dengan kedutan di tangan kirinya. Dia pun secara perlahan sudah mampu membuka matanya. Pertama kali yang dilihat ketika kedua matanya terbuka sempurna, adalah wajah suaminya. Reno segera memeluk Rindu, ketika menyadari istrinya sudah siuman. Dia senang sekali Rindu sudah sadar dari efek biusannya, setelah sempat beberapa waktu yang lalu Reno sempat takut kehilangan dia.
"Apa yang sakit sayang?"
Rindu tidak menjawab, hanya tangannya saja yang menunjuk ke arah perutnya.
Reno keluar untuk memberi tahukan kedua mertuanya bahwa Rindu sudah sadar. Tak membuang waktu yang lama, mereka pun masuk ke ruangan dimana Rindu berada.
"Alhamdulillah anak abah udah sadar. Jangan membuat khawatir semua orang ya Rin, jangan berbuat nekat. Ingat kita punya Allah, mengadulah padanya, saat kita kehilangan pegangan. Insyaallah Allah akan beri jalan keluarnya." Abah bicara panjang lebar sambil tak henti-hentinya berdzikir dan menciumi anak perempuannya.
"Maafin Rindu bah." Rindu menangis di samping Uminya.
"Iya abah dan Umi maafin. Tapi janji ya, jangan buat kita semua takut lagi."
"Ya sudah, berhubung kamu udah sadar, Abah dan Umi pulang dulu ya, kasihan suamimu pakai baju yang banyak darahnya. Nanti kita kesini lagi sambil bawa baju ganti buatmu dan suamimu," kata Umi.
"Iya mi, hati hati di jalan," jawab Rindu dan Reno hampir bersamaan.
“Umi yakin, kamu bisa melewati ini semua. Kamu yang kuat ya, yang tegar menghadapi kehidupan ini. Allah tak akan memberikan ujian pada hamba-Nya sesuai kemampuannya. Allah memberikan cobaan ini padamu, karena Allah yakin, kamu bisa menghadapinya. Terus dekatkan diri kepada Allah ya nak! Umi sangat senang bisa melihat kalian berdua bersatu. Rasanya Umi sudah bisa melepas tanggung jawab Umi dan Abah sepenuhnya dalam menjaga dan mendidikmu. Umi percaya, Reno seorang suami yang sangat bertanggung jawab.” Umi tak biasanya bicara panjang lebar seperti itu pada Rindu. Sesaat Rindu hanya bisa tertegun, seolah ada yang tidak beres. Tapi Rindu pun tak memperpanjang pikirannya. Dia meresapi setiap perkataan Uminya. Dan bertekad akan membuka hatinya untuk suaminya.
Setelah mereka berdua pamit, seorang suster masuk ke ruangan Rindu, dan memanggil Reno untuk menemui tim dokter.
"Kamu gak apa-apa kan mas tinggal sebentar?" Ucap Reno meminta izin.
"Iya gak apa apa mas" jawabnya.
Reno segera menemui dokter. Dokter di temani dengan seorang psikiater menjelaskan bahwa Rindu depresi berat dengan kehamilannya. Maka dia memilih bagian perut untuk mengakhiri hidupnya. Dokter pun bilang, bahwa untuk kasus kehamilan akibat perkosaan di bolehkan, apabila pihak yang bersangkutan ingin melakukan aborsi. Yang di sebut abortus provokatus. Dan korban berhak melakukannya. Reno bingung harus menjawab apa, walaupun dia tahu Rindu sangat tersiksa dengan kehamilannya, tapi di sisi lain dia tak punya hak memutuskan sebelah pihak.
"Baik dok, penjelasannya sudah saya mengerti. Tapi saya harus menanyakan keinginan istri saya dulu. Walau bagaimana pun, embrio itu tetap darah dagingnya."
"Baik, saya tunggu keputusannya. Tapi jangan terlalu lama, karena semakin lama, semakin besar resikonya. Anda mengerti?" Tanya dokter.
"Ya, saya mengerti dok.
Reno berlalu dari ruang dokter menuju ruangan tempat Rindu dirawat.
***
Di lain tempat, orangtua Rindu sedang berbincang sambil mengendarai motornya. Abahnya Rindu mungkin tak fokus pada jalanan di depannya, sehingga tak mengetahui ada truk kontanainer dari arah berlawanan. Tabrakan pun tak dapat dihindari. Motor yang di kendarainya rusak parah, termasuk pengendaranya. Korban segera di larikan ke rumah sakit. Namun naas, nyawa orangtua Rindu tak dapat di selamatkan, karena luka parah di kepala dan dada mereka.
***
Telpon Reno berdering berkali-kali. Reno terlambat mengangkatnya, karena dia berada di kamar mandi. Setelah tahu, bahwa telpon itu berasal dari nomor hape mertuanya, dia segera menelpon balik.
"Assalamualaikum Umi, ma-," Reno tak mampu meneruskan percakapannya, karena terdengar suara asing yang memberitahukan bahwa mertuanya kecelakaan.
Dunia seakan runtuh, Reno syok, tatapannya kosong. Lututnya lemas. Peristiwa tragedi bertubi-tubi, mampu menggoyahkan ketegaran Reno.
Reno segera berlari keruang jenazah, karena kebetulan almarhum mertuanya di bawa kerumah sakit yang sama.
Dia menyaksikan sendiri, bagaimana kondisi jenazah kedua mertuanya. Terdapat luka menganga di bagian kepalanya. Tetapi wajah mereka seolah-olah tersenyum. Reno tak sanggup berlama-lama di ruangan itu. Dia tak tega.
"Innalilahi wa inna ilaihi rojiun," hanya kata itu yang mampu terucap dari bibir Reno.
Dia terkulai lemah.
Note: Bagaimana kisah selanjutnya?
Mohon kritik dan sarannya ya, karena masih dalam tahap belajar.
Jangan lupa like, koment dan share cerita ini sebanyak-banyaknya ya.
Terima kasih banyak para pembaca yang budiman.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Nafilaaa08
Masya Allah Reno kamu memang suami yg best
2022-03-07
0