BAB 9

Gunung es yang mengelilingi kehidupan rumah tangga Reno dan Rindu pun perlahan-lahan meleleh. Semua berkat kegigihan Reno yang sangat piawai mengendalikan bahtera rumah tangganya. Seperti pepatah, ‘kerasnya batu karang, dapat hancur karena ombak.’

Sejak saat itu hubungan Rindu dan Reno sedikit demi sedikit mencair. Rindu bisa menerima Reno sebagai suaminya. Dan berperilaku selayaknya seorang istri. Rindu mulai memperhatikan segala kebiasaan Reno sehari-hari. Mulai dari menyiapkan sarapan dan lain lainnya sekarang Rindu yang handle. Dalam hati Rindu, dia bertekad untuk membalas semua kebaikan suaminya padanya. Sebaliknya Reno sangat bahagia, buah kesabarannya dapat berbuah manis.

Pagi hari saat Rindu menyiapkan sarapan di meja makan, Reno tak kuasa menahan hasrat keinginannya untuk memeluk Rindu dari belakang. Awalnya Rindu terlonjak kaget, seakan ingin menghindari tangan nakal itu. Tapi selanjutnya ia biarkan tangan itu berada di pinggangnya. Dia memejamkan mata, menikmati setiap sentuhan yang di buat oleh suaminya. Ketika dia membuka mata, tanpa sadar, Reno sudah berada di hadapannya. Mata mereka beradu. Tapi tak lama, Rindu tersipu malu, menundukkan wajahnya, menghindari tatapan lelaki itu.

“Makan dulu mas, nasi goreng kesukaan kamu udah matang nih” ucapnya, mengalihkan perhatian suaminya.

“Siap sayang, kamu makan sekalian ya, temani mas.” Rindu mengangguk sebagai tanda setuju.

Acara makan di selingi dengan obrolan ringan. Rindu membuka obrolan.

“Mas, boleh tanya sesuatu gak?”

“Tanya apa? Boleh lah, masa gak boleh,” jawab Reno sambil tersenyum.

“Tapi janji ya, gak boleh tersinggung” ucap Rindu lagi.

“Iya.” Jawabnya singkat.

“Mas, dulu kenapa sih, kok sampai rela menikahiku? Padahal mas tahu kan, keadaanku seperti apa? Jangan bilang kalau mas menikahiku hanya karena kasihan dengan nasibku.” Tanya Rindu sambil tertunduk. Nafsu makannya seketika menghilang. Dia hanya mengaduk-aduk isi dari piring itu. Sambil sesekali matanya mencuri pandang ke arah Reno.

Reno menghela nafas dalam.

“Benar kamu ingin tahu?”

“Heeh ...”

“Baiklah, mas akan cerita.” Reno berdehem.

“Kamu tahu sendiri kan, kalau sifat mas dulu, jauh dari kata sempurna. Mas suka gonta ganti pacar. Bahkan cap playboy pun melekat pada diri mas. Tapi semenjak mas pertama kali bertemu kamu, mas seakan menemukan jati diri mas yang sesungguhnya. Mas sadar, jalan yang selama ini mas tempuh itu keliru. Makanya mas berjanji pada diri mas sendiri. Kalau misalkan suatu saat kamu mau menjadi pendamping mas, mas akan merubah semua sifat jelek mas, demi mendapatkan kamu. Tapi jalan mas untuk mendapatkan kamu itu ternyata sulit sekali. Kamu berusaha menghindari mas, setelah tahu, kalau mas menyukaimu. Dan saat itu mas semakin tertantang. Hingga mas tahu, kamu lain dari cewek yang lain. Mas tahu dari Sari temanmu, kamu tak pernah sekalipun berpacaran. Bahkan kamu selalu keberatan, apabila ada lelaki yang mendekatimu. Mas berniat langsung menemui orang tuamu, tepat di saat malam kejadian naas itu. Kamu ingat kan, kalau waktu itu, mas keukeuh ingin mengantarkanmu pulang?? Dan kamu pun dengan sifatmu yang keras kepala tetap menolak ajakan mas. Saat itu, tekad mas sudah bulat, mau di terima atau gak nya, mas akan melamarmu pada orang tuamu. Tapi sikapmu membuat mas kembali segan.

Bodohnya mas, justru mas membiarkanmu pulang sendirian. Harusnya mas sadar, kalau sudah terlalu larut, untuk membiarkanmu menunggu angkot sendirian.

Maafkan mas sayang ... Mas sangat ***** sekali. Seandainya mas memaksamu untuk ikut mas malam itu, mungkin kejadian itu tak akan pernah terjadi. Mas menyesal Rin. Mas sangat menyayangimu. Mas tak mau kehilanganmu.” Reno tak mampu menahan emosi yang selama ini berusaha di tutupinya itu. Dia menangis di hadapan Rindu. Semua beban berat yang selama ini berusaha untuk dia pendam sendiri, akhirnya hari itu terkuak sudah. Reno merasa sangat ringan, setelah mengeluarkan semua isi hatinya.

Rindu tak mampu mengucapkan sepatah kata pun. Dia sangat takjub tak menyangka kalau suaminya itu benar-benar menyayanginya. Rindu semakin respect pada suaminya itu. Rindu menggenggam erat tangan Reno.

“Menyesalkah mas, sudah menikahiku?”

“Gak ada rasa sesal sedikit pun Rin, justru mas senang sekali, sudah bisa menjadi bagian dari hidupmu.” Mata Reno berbinar.

“Walaupun keadaanku seperti ini?” kata Rindu lagi.

“Apa pun yang terjadi dalam hidupmu, mas menerimamu apa adanya Rindu Adilla. Dan kamu harus percaya itu.”

“Iya mas, aku percaya. Terima kasih mas, sudah mau menjadi pelindungku, dan menjadi bagian dari hidupku. Maafkan aku belum bisa jadi istri yang sempurna buat mas.”

“Tak perlulah kamu berterima kasih, sayang. Itu sudah menjadi kewajibanku. Walaupun nyawa taruhannya, mas rela sayang, demi melindungimu. Ya sudah, mas berangkat kerja dulu ya, sudah siang.”

“Iya mas, hati-hati ya”

“Ya sayang, kamu juga hati-hati di rumah ya, jaga diri dan jaga calon dedeknya ya” kata Reno sambil mengelus perut buncit Rindu. Kali ini tak ada kekakuan lagi di antara mereka. Rindu mencium punggung tangan Reno sebagai tanda bakti pada suaminya, dan Reno pun mencium kening Rindu. Pagi itu terasa istimewa bagi kedua insan itu. Bibir mereka pun selalu menyunggingkan senyum. Dan wajah mereka memancarkan kebahagiaan yang tak bisa di beli dengan apa pun di dunia ini. Sungguh hari yang menyenangkan.

Reno pun seakan mendapatkan suntikan semangat. Sepanjang hari hatinya selalu berbunga-bunga. Tak sabar dia menanti jam pulang. Seperti anak remaja yang sedang merasakan kasmaran.

Rindu pun begitu. Kini dia seperti mendapatkan kehidupannya kembali. Sangat bersemangat menyongsong hari esok yang lebih cerah. Dia bahkan sudah dapat menerima kehamilannya. Di elus-elusnya, perut yang sudah mulai buncit itu. Sesekali mengajak bicara perutnya sendiri. Bibirnya selalu tersenyum. Ingatannya kembali ke masa dimana Reno selalu memberi perhatian lebih padanya, dibandingkan pada karyawan yang lain. Dan Rindu selalu menampiknya. Perasaan cinta perlahan-lahan tumbuh di hatinya. Untuk pertama kalinya, dia pun merasakan hal yang sama. Takut kehilangan sosok seorang Reno. Reno sangat berkharisma. Mampu menggantikan sosok Abah dalam hidupnya. Suami yang sangat bertanggung jawab dan mampu membawa Rindu ke arah yang lebih baik lagi.

Inshaa Allah bersama menuju jannah nya Allah.

Di balik kepahitan hidupnya, Rindu baru saja mengecap manisnya hidup dan ketenangan jiwanya. Reno mampu menjadi oase kehidupan Rindu yang pernah tersesat di lembah kenistaan. Mungkin, kalau dulu Rindu bersikeras menolak Reno dan di saat itu pula Reno menyerah dalam mempertahankan cintanya. Cerita kehidupannya akan berbeda.

Dan dia juga harus mengucapkan rasa terima kasihnya pada Abah dan Umi yang telah merestui pinangan Reno.

Abah dan Umi??

Dia kembali teringat pada mendiang orang tuanya. Ada rasa sakit yang teramat sangat di hati Rindu. Hati Rindu remuk redam mengingat semua jasa orang tuanya. Dia belum bisa membahagiakan dan membalas semua jasa orang tua semasa hidupnya. Bahkan di akhir hidupnya Abah dan Umi, mereka harus menelan pil pahit yang di sebabkan kejadian yang memilukan.

Terpopuler

Comments

Putri Dani Aisyah

Putri Dani Aisyah

Thor sedih bangett ini ceritanya 😕Ampe mewek aku😭

2021-06-14

1

Dhea Rahmayanti

Dhea Rahmayanti

aku terhura😭😭😭😭😭😭😭😭

2021-02-20

0

Inspirasî

Inspirasî

baper banget deh😭
gue suka cerita x thor

2020-10-28

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!