BAB 11

Rindu sangat bahagia menyambut buah hatinya. Dirinya tak menyangka dapat melahirkan anak yang selama ini tak dia inginkan. Dan untuk yang pertama kalinya, dia tak mau terpisah lagi dari anaknya. Sama seperti Reno, dia jatuh hati pada bayinya. Air mata keharuan tak dapat ia bendung lagi. Tangis kebahagiaan Rindu tumpah saat mendengar suaminya mengadzani anaknya. Sungguh miris, walau pun mereka berdua menikah, anak yang di lahirkan Rindu, bukanlah anak Reno. Tapi perlakuan Reno pada bayinya, seolah-olah dia adalah ayah kandung anak itu. Dan Rindu berdoa, semoga anaknya menuruni sifat Reno, yang berbudi luhur dan bertanggung jawab. Sesaat dia melamun, mengingat kembali mendiang kedua orang tuanya. Air mata semakin tumpah ruah membasahi wajah hitam manisnya. Dia tak sadar, sedari tadi suaminya memperhatikannya.

“Kok kamu sedih sayang? Mas perhatikan dari tadi. Kamu kenapa? Ada yang salah?” ucap Reno sambil memangku bayi.

“Gak apa-apa Mas, aku hanya terharu melihat bayi mungil itu. Coba kalau misalkan abah dan umi masih ada, mungkin mereka sangat senang bertemu dengan cucu pertamanya.” Ucap Rindu berusaha tegar.

“Gak baik yang, terus mengingat orang yang sudah meninggal, harusnya kita selalu mendoakan mereka. Bukannya sedih. Mereka akan tersiksa di alam kubur, kalau tahu, keluarganya belum ikhlas dengan kepergian mereka. Yuk, kita sama-sama berdoa, buat orang tua kita. Walaupun mas hanya menantu, tapi mas merasa, mereka sama orang tua mas juga.” Reno mengatakan itu, matanya sedikit berlinang.

“Aku ingat kata-kata mendiang Abah dan Umi mas, tak pernah ku sangka, kalau nasihat itu adalah nasihat terakhir dari orang tuaku mas. Aku sedih mas, belum bisa membanggakan mereka. Dan belum bisa membalas kebaikan mereka semua.” Rindu tergugu menangis

“Sudahlah sayang, gak usah di sesali. Mas percaya, mereka pasti senang, melihat anaknya sekarang sudah sehat lagi, di tambah sekarang mereka udah punya cucu yang tak kalah cantik dari ibunya.” Ucap Reno

“Dan punya menantu yang baik dan sholeh juga seperti mas Reno.” Rindu menambahkan.

“Itu bonusnya sayang!” Reno terkikik geli.

“Ayo mas, biar mas yang pimpin doanya. Tapi siniin dulu dedek bayinya, aku juga ingin dong, memeluk dan menciumnya. Perasaan dari tadi mas terus yang menciuminya.” Ucap Rindu sambil tersenyum.

“Nah, gitu dong, senyum. Mas senang banget liat kamu tersenyum Yang. Senyummu bisa mengalihkan dunia mas.” Reno terkekeh.

“Ihhhh Mas gombal deh! Siniin bayinya.” Rindu memberengut sambil tertawa bahagia. Dia beruntung bersuamikan Reno yang sangat penyabar.

Reno pun menyerahkan bayi itu pada ibunya. Sambil tangannya iseng menjawil pipi Rindu, yang di matanya terlihat sangat menggemaskan, apalagi kalau lagi cemberut seperti itu. Rindu pun melengos malu menikmati candaan Reno padanya. Rindu meraih bayi itu dan menempatkan di dadanya. Dia merasakan degup jantungnya bersatu dengan degup jantung bayi itu. Lama, dia tak melepaskan pelukannya. Sampai suara Reno mengejutkannya.

“Cantik ya anak kita Yang, mirip banget sama kamu yang.” Mata Reno berbinar melihat bayi itu.

“Mau di kasih nama siapa anak kita Yang?” ucap Reno lagi.

“Mas saja yang namain nya ya, aku bingung mau kasih nama apa.”

Reno berpikir sesaat

“Gimana kalau namanya Anggun Cantika? Sesuai dengan wajahnya, yang cantik?”

“Bagus banget Mas namanya. Aku setuju Mas, namanya Anggun Cantika.” Rindu mengulang lagi nama itu.

“Ya udah mas, mas keluar dulu, aku mau mengASIhi bayinya. Aku malu dilihatin kamu terus.” Rindu merajuk.

“Oke mas keluar, susuin sampai kenyang ya, biar cepat gede dedeknya.” Ucapnya sambil melangkah keluar.

Besok harinya Rindu sudah di perbolehkan pulang ke rumahnya. Karena kondisinya sudah pulih. Dan bayinya dalam keadaan sehat.

Babak baru dalam kehidupan Rindu di mulai. Sekarang statusnya sudah berubah jadi ibu muda. Sebagai ibu muda, yang belum ada pengalaman apa pun dalam mengurus bayi, Rindy terlihat sedikit kerepotan. Siklus tidurnya pun tidak teratur. Tengah malam di saat dirinya sudah mengantuk, tiba-tiba bayinya terbangun dan menangis. Entah karena pipis, atau pun sekedar ingin menyusu. Reno mempunyai peran penting, dan selalu ikut andil dengan memperingan pekerjaan Rindu. Tengah malam, di saat semua orang terlelap, dia bersedia bangun hanya untuk mengganti popok bayinya. Dia tak pernah membangunkan istrinya, kecuali jika anaknya menangis minta ASI. Baru Reno menyerahkan bayinya pada Rindu. Rindu sangat tertolong, dengan adanya Reno.

Urusan cuci mencuci, sebelum berangkat kerja, pagi buta Reno sudah bergulat dengan cucian baju yang menumpuk. Kadang kalau dia telat bangunnya, Rindu yang mengerjakan. Pokoknya selalu ada kerja sama di setiap pekerjaan. Mereka menjadi tim yang solid untuk mengurus semua pekerjaan. Tak ada istilah babyblues saat pertama menjadi ibu. Selalu ada sosok Reno di belakangnya, yang selalu mendukung.

Anggun tumbuh menjadi anak yang sehat. Berkat didikan dan pola asuh dari orang tuanya. Di usianya yang baru menginjak satu tahun, Anggun terbilang cepat pertumbuhannya. Dia sudah bisa berjalan selangkah dua langkah. Badannya yang gemuk dan pipi yang merona merah, membuat anak itu menjadi pusat perhatian siapa saja yang melihatnya. Dari hari ke hari Reno dan Rindu semakin menyayanginya. Kehidupan rumah tangga mereka pun sudah sempurna. Pun dengan kehidupan finansialnya. Rumah peninggalan orang tua Rindu, mereka renovasi menjadi rumah dua tingkat. Dan untuk mengobati kesepian Rindu di kala Reno harus menemui klien di luar kota, maka seorang ART pun di pilih untuk bekerja di rumahnya. Rindu sangat mengagumi sifat perhatian suaminya itu. Bukan pada dirinya saja, tapi pada anaknya pun, Reno sangat mengutamakan sekali. Apa saja yang diinginkan Anggun, akan segera Reno penuhi. Itu yang menjadikan Anggun sedikit manja apabila Reno ada di rumah.

“Mam, pam lang” teriak Anggun yang baru belajar ngomong. Maksudnya dia bertanya kapan papa pulang?.

“Sebentar lagi papa pulangnya sayang. Sekarang Anggun mandi dulu ya, nanti kalau papa pulang, Anggun udah cantik dan wangi.” Ucap Rindu dengan sabar.

Tak lama kemudian, mobil Reno terdengar mendekat.

“Hoyeeee pam lang!” Anggun kegirangan.

Dia segera manghampiri papanya yang baru membuka pintu, seraya mengulurkan tangannya tanda bahwa dia ingin di gendong. Reno segera menggendong Anggun sambil menciuminya.

Rindu pun mendekati Reno sambil tak lupa mencium tangan suaminya.

“Sini Anggunnya sama mama dulu, kasian papanya masih cape. Biar istirahat dulu papanya ya sayang.”

Anggung menggelengkan kepala. Dia makin erat bergelayut di pangkuan Reno.

“Biarin ma, sini Anggunnya, papa bawain sesuatu buat Anggun dan mama. Kita makan sama-sama ya.” Sambil tangannya menyodorkan sebuah bungkusan plastik yang berisi martabak keju kesukaan mereka.

Refleks Anggung mencium pipi papanya sambil teriak “Acik maacih pam” Reno tertawa mendengar suara Anggun yang cadel.

“sama-sama sayang.” Kata Reno.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!