*Anak Korban Perkosaan*
Part 2
Rindu berjalan sendirian ke tempat angkot itu berada. Tak seperti biasanya, tempat itu sangat sepi. Tak ada satu pun angkot yang berhenti di sana. Rindu menunggu di sana cukup lama. Dari kejauhan terlihat pendar lampu mobil mendekatinya. Tapi itu bukan angkot yang ditunggunya. Mobil itu makin dekat, berhenti tepat di depan tempat Rindu berdiri. Kaca mobil diturunkan. Terlihatlah wajah bosnya yang innocent.
"Ayo masuk Rin, aku antar kamu pulang. Udah malam banget nih. Kasihan kamu sendirian." Ucap Pak Reno.
"Gak usah pak, arah pulang kita kan beda. Saya gak mau ngerepotin bapak. Lagian saya di jemput sama kakak saya kok." Rindu berkilah.
"Ya sudah kalau gak mau. Saya duluan ya, selamat malam." Pamit pak Reno. Mobil itu perlahan berjalan menjauhi Rindu.
Tinggalah Rindu sendirian di tempat itu. Tak terasa waktu berjalan cepat.
'Ini udah hampir tengah malam, kenapa gak ada juga ya angkotnya?' Rindu sangat khawatir dan takut. Mau nelpon abahnya pun, hape nya habis baterai. Yang bisa di lakukannya hanya berdiri menunggu. Siapa tahu ada mobil atau apa pun yang lewat, yang bisa di mintai tolong.
Ada perasaan menyesal, karena telah menolak ajakan Pak Reno. Coba kalau tadi dia menerima ajakan bosnya, mungkin saat ini Rindu sudah berkumpul dengan orang tuanya.
Sia-sia Rindu menunggu begitu lama. Di tengah keputus asaannya, dia melihat ada angkot mendekat dan berhenti tak jauh dari tempatnya berdiri. Buru-buru dia bergegas mendekati angkot. Kebetulan angkot itu searah dengan tujuannya pulang. Tak menyia-nyiakan waktu, Rindu pun naik ke angkot itu. Segera setelah dia naik, angkot pun berjalan lagi. Di dalam angkot dia bukan satu satunya penumpang. Ada 2 penumpang pria berikut dengan sopirnya. Semuanya tampak baik-baik saja. Lama perjalanan, akhirnya Rindu sadar, ini bukan rute jalan yang biasa ia lewati. Karena penasaran ia pun bertanya pada sopirnya.
"Pak, ini kok bukan jalan kearah yang biasanya ya?"
"Iya neng, ini kan udah tengah malam, jadi kedua penumpang ini ingin diantar sampai depan rumahnya" kata sopir sambil menunjuk ke arah belakang. Rindu menoleh ke belakang.
Tetapi dua penumpang di belakangnya itu, malah menyeringai ganas ke arahnya. Rindu hanya bisa menundukkan wajahnya. Rasa takut memenuhi relung hatinya. Tapi untuk berteriak pun tak ada gunanya. Karena angkot melaju dengan kencang. Yang dilakukannya hanyalah berdoa, semoga apa yang dia takutkan tidak benar-benar terjadi.
Sementara kedua penumpang itu, sibuk memperhatikan ke arah Rindu dengan kurang ajar, sambil sesekali mereka cengengesan seakan sedang merencanakan sesuatu. Dan mata liarnya memandang dari atas sampai bawah tubuh Rindu. Rindu benar-benar di landa ketakutan yang amat sangat. Dia tak berani menatap balik dua penumpang itu.
“Stop pak, berhenti di sini saja. Saya mau turun” kata Rindu berusaha mengendalikan suasana hatinya yang ketakutan.
Tapi bukannya berhenti, angkot malah melaju dengan kencang. Pak sopir pun memandang remeh pada Rindu.
“Bukannya belum sampai ke tempat tujuan neng! Sabarlah barang sebentar lagi.” Sopir pun cuma tertawa mengejek.
Rindu merasakan ada yang tidak beres dengan kelakuan si sopir.
“Saya mau turun sekarang pak! Turunkan saya, atau saya akan teriak!” Rindu mengancam sopir itu. Tapi perkataannya tak pernah di gubris oleh sopir itu.
Angkot terus melaju ke jalanan sepi yang sama sekali tidak dikenal oleh Rindu. Angkot itu sudah keluar jalur rute sangat jauh. Kini jalanan sudah bukan aspal yang halus lagi. Tapi lebih ke jalanan yang berbatu. Itu bisa di rasakan oleh Rindu, karena sesekali mobil berguncang. Jalanan di sekitarnya pun gelap gulita, tak ada penerangan satu pun. Suasana itu menambah kegundahan hati Rindu.
Rindu sesekali berusaha menyalakan handphonenya yang habis baterai. Siapa tahu masih bisa nyala barang sebentar. Dia akan menghubungi Abahnya untuk minta tolong. Tetapi handphone itu sama sekali tidak mau menyala.
Rindu putus asa.
***
Rindu semakin ketakutan, tatkala dua laki-laki itu mendekati tempat duduknya. Mobil itu melaju kencang ke sebuah kuburan umum yang lumayan luas, dan berhenti tepat di pintu gerbangnya.
Rindu dibekap dan di seret ke tengah2 kuburan itu. Berusaha teriak pun rasanya sia-sia. Di malam yang sunyi itu, takkan ada yang bakal mendengar teriakannya.
"Baru kali ini kita pesta dengan ditemani cewek cantik dan bahenol bro!" Ujar salah satu lelaki yang menyeret tubuh Rindu.
"Tolong, lepaskan saya. Saya tak kenal kalian. Kasihanilah saya. Saya masih punya masa depan." Rindu meratap.
"Nanti setelah kita puas, baru kita bebasin kamu cantik!" Kata si sopir. Dan di iringi dengan tertawa mengejek.
"Ha ha ha ha ha ... Nikmatilah malam ini cantik. Malam ini akan menjadi malam yang tak bisa kamu lupakan seumur hidupmu!" Ujar si pria ketiga.
"Tolong, TOLONG SAYAAA" teriak Rindu.
"Teriaklah sesuka hatimu. Bahkan setan sekali pun takkan mendengar teriakkanmu itu!"
Tetapi seperti kesetanan, mereka bertiga tidak menggubris teriakan Rindu. Rindu di jambak, ditampar, di siksa sesuka hati mereka, supaya berhenti berteriak. Satu persatu pakaian Rindu di sobek-sobeknya. Rindu sudah sangat kepayahan. Teriak pun rasanya sudah tak mampu. Mereka bertiga tertawa kegirangan manakala korbannya sudah tak berkutik. Mereka bergiliran menggagahi Rindu sampai syahwat mereka tersalurkan. Mereka memperkosa Rindu dengan sangat brutal, dan tidak manusiawi, sampai mereka semua puas. Itu pun tidak hanya sekali dua kali, sampai berkali-kali. Rindu yang sudah payah dan kehabisan tenaga akhirnya pingsan. Mereka pergi entah kemana. Meninggalkan Rindu sendirian di tengah kuburan umum. Rasanya, setan sekalipun tak ingin mendekatinya, risih melihat keadaannya yang sangat memprihatinkan.
Sungguh malang sekali nasib Rindu.
Rindu siuman, dan segera meratapi nasibnya. Dia menangis meraung, kehormatan yang selama ini dia pertahankan, harus ternoda dengan cara setragis ini. Dia teringat orangtuanya di rumah. Pasti mereka sangat khawatir, karena sampai sekarang, Rindu belum pulang.
Setelah pikirannya jernih kembali. Dengan sisa-sisa tenaganya dia beranjak bangun. Dan merapikan baju yang masih menempel di tubuhnya, walaupun sudah koyak sana sini.
Dia berjalan tertatih tatih menyusuri jalan setapak. Siapa tahu ada orang yang bersedia menolongnya. Area vitalnya sangat perih untuk di bawa berjalan. Tapi Rindu harus memaksa kakinya untuk tetap berjalan.
Dari kejauhan, tampaklah sebuah rumah. Rindu segera mengetuk pintu rumah itu. Tak lama berselang muncullah si empunya rumah membuka pintu.
"To-tolong, saya di perkosa" ucap Rindu sebelum kesadarannya hilang kembali.
Warga pun seketika berduyun-duyun keluar dari rumah mereka. Tengah malam buta, seketika gempar. Rindu di tonton oleh puluhan pasang mata.
Mereka berempati dengan keadaan Rindu.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Nafilaaa08
nggak ada otak' tuh preman 😡🤬
2022-03-07
0
mama aca
sadiiiss...!!! 😡😭😭😭😭
2021-07-13
0