BAB 6

Reno kebingungan, saat pulang kerja, tak ada siapa-siapa di rumah. Dia mencari Rindu ke mana-mana. Tapi luput, tak ia temukan dimana pun. Reno sempat kebingungan, karena tak biasanya Rindu tak ada di rumah. Karena semenjak kejadian itu, Rindu tak pernah sekalipun keluar rumah. Sehari -hari dia hanya diam di kamar, atau pun melihat acara televisi di ruang keluarga. Tapi hari ini sedikit berbeda.

'Masa sih Rindu ikut Umi kondangan? Tapi kan dia orangnya tak terlalu suka dan betah di keramaian.' Pikir Reno.

Dia sudah bersiap untuk menelepon mertuanya, akan menanyakan keberadaan istrinya, ketika dengan tak sengaja ekor matanya melihat sesuatu seperti ada genangan berwarna merah di kamar mandinya. Lama dia memperhatikan dengan seksama, apa gerangan yang berwarna merah. Seketika jantungnya berdegup kencang, benci dengan pikiran yang terlintas di benaknya. Dia langsung mendobrak pintu kamar mandi yang terkunci dari dalam. Hanya butuh 1 kali tendangan, pintu kamar mandi segera terbuka. Reno terkesiap, lututnya seketika lemas, melihat darah berceceran yang berasal dari perut Rindu yang terkoyak. Wajah Rindu sudah sangat pucat pasi. Ketakutan Reno pun semakin menjadi, tatkala Rindu sudah diam tak bergerak ketika dia berusaha mengguncang tubuh istrinya.

“Gak mungkin, gak mungkin. Ini pasti mimpi” Reno berusaha mencubit bagian tangannya. Terasa sakit. Berarti ini bukan mimpi.

"Astagfirullah, apa yang kamu lakukan Rinduu!!" Jerit Reno frustasi. Kepala Reno terasa pusing dan ingin segera memuntahkan semua isi perutnya, karena dia sangat takut jika melihat darah. Demi istrinya, Reno bisa melawan rasa takutnya terhadap darah. Di kepalanya, hanya di penuhi seribu tanda tanya, kok bisa-bisanya Rindu akan berbuat nekat seperti ini.

“Bangun Rin, BANGUUUNN!! Kamu gak boleh menakuti mas. Kamu pasti lagi bercanda kan?” sekali lagi Reno mengguncang tubuh Rindu dengan sedikit kencang. Tapi tak ada respon apa pun dari Rindu. Tubuh Rindu hanya diam membeku.

Reno seperti tersadar dari mimpi, segera dia berlari keluar untuk mencari pertolongan. Dia berteriak bak orang yang kurang waras. Cara itu sangat tepat, karena tak butuh waktu yang lama, dia sudah menjadi pusat perhatian. Banyak orang yang mendekat, ingin tahu apa yang sebenarnya telah terjadi. Reno berusaha menjelaskan apa yang dia lihat dan ketahui. Setelahnya, dia kembali lagi ke rumah mertuanya dengan di temani oleh 2 orang tetangga di belakangnya. Tetangganya pun tak kalah kaget. Terdengar pekik tertahan yang keluar dari mulut tetangganya. Bahkan mereka terkesima, tak mampu sedikit pun bergerak. Reni mengambil inisiatif sendiri. Reno dengan cepat menggendong Rindu sendirian, dan segera membawa Rindu ke rumah sakit terdekat dengan mobilnya. Pak Soleh tetangganya yang berada di balik kemudi. Reno tak mampu mengendarai mobilnya sendiri. Dia memilih duduk di belakang menemani Rindu dan menopang wajah Rindu di pahanya. Tak di gubris pakaiannya yang sudah berubah menjadi merah, akibat darah istrinya.

Dia tetap memeluk dan menciumi Rindu dalam tangisnya. Tak disangka, Rindu melakukan hal nekat seperti itu.

“Apa yang sebenarnya ada di dalam benakmu sayang, mas sama sekali tak mengerti dengan jalan pikiranmu Rin. Kenapa kamu hanya memendam perasaanmu sendiri saja Rindu? Kenapa kamu tak membagi setiap keluh kesahmu pada suamimu ini? Kalau begini keadaannya, mas seperti menjadi suami yang gagal untukmu Rin.” Gumam Reno.

Perjalanan dari rumah ke rumah sakit, terasa sangat lama. Padahal kalau dalam kondisi yang normal, waktu tempuh hanya memakan waktu sekitar 25 menit saja.

“Pak, tolonglah, sedikit lebih cepat pak jalannya. Ngebut saja pak, istri saya keadaannya gawat pak.” Reno berbicara pada pak Sholeh.

“Ini sudah 100 km/jam pak, saya dari tadi juga sudah ngebut.” Reno diam tak menggubris. Pikirannya kacau. Sekacau penampilannya.

Tiba di rumah sakit dia berlari menuju ruang UGD, sambil membopong tubuh istrinya sendirian. Banyak pasang mata memandangnya, tapi dia tak peduli. Dia hanya peduli dengan keselamatan istrinya.

"DOKTER, CEPAT SELAMATKAN ISTRI SAYAAA" teriak Reno seperti kesetanan, ketika dilihatnya dokter jaga di ruang UGD. Dengan cekatan, dokter dibantu dengan perawat, segera memindahkan Rindu ke bed yang sudah tersedia. Dokter segera memeriksa organ-organ vitalnya. Masih terasa denyut nadinya, walau sudah melemah.

"Sebaiknya bapak tunggu di luar, istri bapak, akan kami tangani." Ujar dokter muda, yang berjaga di UGD.

“Baik dok,” Reno keluar, dan segera dia menghubungi mertuanya. Saking paniknya, dia tak sempat mengabari mereka. Satu kali nelpon, tak diangkat. Reno mencoba berkali kali, akhirnya diangkat juga.

"Assalamualaikum bah, Abah dan Umi cepetan ke rumah sakit Medika sekarang ya."

"Waalaikumsalam, ada apa Ren?"

"Rindu Bah, nanti saja di jelaskan di rumah sakit" Reno langsung menutup saluran telponnya.

Reno mondar mandir, air mata tak henti-henti menetes dari pelupuk matanya. Dia masih tak habis pikir, Rindu nekat.

"Ya Allah, selamatkanlah istri hamba. Hamba tak akan memaafkan diri hamba, kalau seandainya istriku kenapa napa." Doa Reno kala itu. Tak bisa terbayangkan, kalau seandainya, dirinya harus di pisahkan dengan cara seperti ini. Wanita yang sudah dari dulu jadi incarannya, dan baru beberapa bulan ini resmi jadi pendamping hidupnya. Harus berjuang mempertaruhkan nyawanya dalam keadaan seperti ini.

Dia menyesali dirinya sendiri, yang tak becus menjaga istrinya selama 24 jam full.

Seandainya dia berada di samping Rindu, mungkin kejadiannya takkan berakhir seperti ini. Tapi sekarang, tidak ada gunanya terus-terusan menyesali ini. Nasi sudah menjadi bubur. Waktu tak bisa di putar lagi.

Rasanya, kalau bisa biarlah Reno yang menggantikan posisi Rindu sekarang. Bahkan dia pun rela mati demi mengembalikan Rindu ke keadaan yang sehat lagi.

Lama dia menunggu di ruang tunggu. Tapi belum ada juga tanda-tanda pemeriksaan selesai. Dia duduk, kemudian berdiri, duduk lagi, berdiri lagi. Menunggu kepastian, sungguh sangat menyiksa. Berkali-kali dia melihat jam tangannya. Dia sudah beranjak untuk melihat ke dalam ruangan. Tetapi ketika sudah sampai di depan pintunya, dia tak dapat masuk. Pintu itu terkunci. Reno hanya bisa melihat pintu yang di tutup lagi menggunakan korden yang tebal menutupi sebagian besar pintu kacanya. Reno tak bisa melihat segala aktifitas yang dilakukan di balik pintu kaca itu.

Dia hanya bisa pasrah, semoga saja ada keajaiban yang diperlihatkan Tuhan untuk istrinya. Lewat campur tangan-Nya lah yang tak mungkin menjadi mungkin, yang mustahil menjadi nyata. Reno semakin khusyuk berdoa pada yang punya kehidupan. Untuk mengembalikan kehidupan istrinya.

Doa itu pun tak lama kemudian di dengar oleh Tuhan sang Maha Pemberi Kehidupan.

Note: Baru dalam tahap belajar membuat novel. Mohon dengan sangat kritik dan sarannya, sangat saya tunggu.

Dan like dari anda semua, sangat berarti bagiku.

Terima kasih atas segalanya.

Happy reading good people

Terpopuler

Comments

Ayuni Shopp Bks

Ayuni Shopp Bks

Bagus ka ceritanya sedih aku bacanya kasian mas reno

2021-07-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!