Setelah beberapa saat menjadi pusat perhatian, akhirnya ada salah seorang warga yang berinisiatif untuk membawa Rindu ke kantor polisi terdekat. Dengan mengendarai sepeda motor, Rindu diantar beberapa warga yang kasihan melihat kondisi Rindu yang sudah sadar dari pingsannya sungguh sangat memprihatinkan.
Dengan hanya memakai baju yang sobek sana sini, dan ditutup oleh sarung yang di pinjamkan salah seorang warga, Rindu tiba di kantor polisi.
Segera setelah itu Rindu membuat laporan tentang dirinya yang jadi korban perkosaan orang yang tak dikenalnya. Dia menceritakan kronologi kejadian itu dari awal sampai akhir tak ada yang terlewat. Sesekali dia menangis tersedu dan kadang dia berteriak histeris. Dia tak mampu membayangkan kembali kejadian itu. Menceritakan kembali perkosaan itu, seperti membuka kembali luka yang tak berdarah itu.
Kalau seandainya badannya itu bukan barang bukti satu-satunya, dia akan segera membersihkan kotoran-kotoran bekas para manusia biadab itu sebersih mungkin. Rindu tak mau, ada jejak yang tertinggal dari para pelaku itu. Tetapi hal itu sungguh mustahil untuk saat ini. Dia harus melakukan serangkaian test untuk memperkuat laporannya. Untung dia masih mengingat nomor polisi angkot yang membawa Rindu ke tempat terkutuk itu. Hal itu bisa mempercepat polisi untuk meringkus para pelaku pemerkosa Rindu. Dan dia pun tak lupa menjelaskan ciri-ciri para pelaku.
Setelah selesai acara interogasi di kantor polisi, Rindu diantar ke rumah sakit untuk menjalani visum. Dia kembali menjalani serangkaian pemeriksaan dan sesi tanya jawab lagi. Kali ini dokter dan suster yang menanyainya, untuk laporan riwayat korban katanya. Terpaksa Rindu harus menceritakannya kembali.
Korban pemerkosaan seperti diperkosa dan di permalukan berkali kali di hadapan orang yang tak di kenalnya. Setiap petugas dengan seenaknya melolosi setiap pakaian yang dipakai Rindu. Rindu harus menahan rasa malu dan getir yang sedemikian rupa. Tapi dia sadar, ini konsekuensi yang harus diterimanya, kalau dia mau para pelaku itu di tangkap secepatnya.
Setelah selesai proses laporan dan lain-lain, pihak rumah sakit mengharuskan Rindu untuk rawat inap. Luka di sekujur tubuh dan area vital Rindu, di khawatirkan akan infeksi kalau hanya di rawat jalan. Dan juga kejiwaan Rindu harus di observasi terlebih dahulu. Tak lupa pihak rumah sakit menghubungi keluarga Rindu untuk segera datang ke rumah sakit tempat Rindu dirawat.
************
Tak membutuhkan waktu yang lama, akhirnya orangtua dan kakak Rindu datang. Mereka sangat terpukul melihat keadaan Rindu. Terdapat luka memar dimana-mana. Ada luka bekas cakaran juga. Tapi yang membuat keluarganya itu terpukul, adalah luka yang berada di dalam hati mereka. Luka moral dan mental yang sangat sulit untuk di sembuhkan. Abahnya langsung memeluk Rindu, tapi diluar kendali, tiba-tiba Rindu menangkis tangan abahnya, dan berteriak histeris. Ya, dia trauma.
"Jangan dekati akuuuuuuu ... Pergi kalian semua!!" Teriak Rindu histeris.
"Ini abah Rin, ya Allah, siapa yang tega melakukan semua ini pada anakku?". Abah tak kuasa menahan tangisannya.
Apalagi Uminya, sudah sedari tadi jatuh pingsan demi melihat anak perempuan kesayangannya terbaring tak berdaya.
Para dokter dan perawat yang mendengar teriakkan dari dalam kamar Rindu, segera menghampiri ruangan Rindu. Mereka sempat kewalahan dengan amukan Rindu yang di luar kendali. Dengan terpaksa, dokter menyuntikkan obat penenang ke dalam infusan Rindu. Perlahan Rindu berhasil di tenangkan.
Rindu dirawat di ruang isolasi khusus pasien kejiwaan, karena dia depresi, dan trauma pasca perkosaan itu. Dia seolah tak mengenal orang di sekitarnya. Yang dilakukannya hanya diam tertegun dan berteriak histeris apabila ada orang yang mencoba mendekatinya.
"Lakukan yang terbaik untuk anak saya dok!" Pinta abahnya suatu saat. Abah sudah tidak tahan melihat penderitaan anak gadis satu-satunya.
"Tim kita akan berusaha secara maksimal pak, mohon bantuan doanya dari pihak keluarganya. Psikis dan mental Rindu sangat terpuruk pak, jadi usahakan seminimal mungkin, jangan ada yang mengungkit tentang kejadian itu lagi." Dokter menjelaskan panjang lebar.
Satu persatu sanak saudara, dan teman-teman Rindu datang menjenguknya. Siapa tahu, hal itu bisa mempercepat pemulihan Rindu. Tapi tak ada kemajuan sama sekali. Rindu tetap bergeming dalam diamnya. Hingga Abahnya pun memutuskan untuk membawa pulang Rindu ke rumah mereka. Karena sudah terlalu lama Rindu di rawat dan tidak membuahkan hasil apa-apa. Mereka berharap suasana di rumah sendiri akan memperbaiki kondisi trauma Rindu.
Seminggu kemudian para pemerkosa Rindu berhasil di bekuk oleh polisi. Berkat kerjasama tim kepolisian, para pelaku tak berkutik, dan di bekuk setelah menghadiahi sebuah timah panas di kaki para terduga pelaku pemerkosaan.
Mau tak mau Rindu harus kembali ke kantor polisi untuk membuat keterangan lagi supaya kesaksian yang bertujuan untuk memberatkan para tersangka. Karena Rindu lah satu-satunya saksi kunci dalam kasus itu. Dengan sekuat tenaga Rindu ditemani oleh keluarga dan pengacaranya mendatangi kantor polisi.
Di sana, Rindu harus bertatap muka lagi dengan para pelaku. Rasa jijik kembali menghinggapi pikiran Rindu, manakala harus melihat kembali para pelaku yang seperti tidak ada rasa penyesalan sedikit pun. Tapi Rindu harus kuat. Demi keadilan buat dirinya.
Berkat kelihaian kuasa hukumnya, akhirnya para tersangka di tahan. Dengan hukuman maksimal 12 tahun penjara. Tapi itu masih belum berakhir. Semua vonis harus di selesaikan di meja hijau. Rindu dan keluarganya untuk sementara bisa bernafas lega, telah mencapai titik terang akar permasalahan itu.
Sidang demi sidang pun berjalan dengan cukup alot. Hal ini di karenakan para tersangka itu rela membayar seorang pengacara handal, yang membela mereka mati-matian.
Walau pun dia tahu, yang di belanya itu orang yang bersalah. Dengan serangkaian persidangan yang berkali-kali, akhirnya vonis hakim menjatuhkan hukuman pada para tersangka selama 6 tahun penjara berikut mereka harus membayar denda masing-masing sepuluh juta kepada pihak korban yang di rugikan.
Awalnya, pihak keluarga Rindu ingin mengajukan banding, demi keadilan hak anaknya. Tetapi melihat kondisi Rindu yang tidak memungkinkan lagi, dengan sangat terpaksa, keluarga pun harus merelakan para tersangka itu dihukum ringan. Memang keadilan pada saat ini masih bisa di bayar dengan uang. Siapa yang berduit, itu yang akan mereka bela habis-habisan. Dan rakyat kecil seperti keluarga Rindu yang harus menanggung semuanya. Ini menjadi sebuah aib tersendiri bagi keluarga yang di kenal sebagai keluarga religius.
Dengan para tersangka di hukum karena perbuatannya itu pun bisa sedikit mengobati perasaan keluarganya.
Untuk saat ini, fokus keluarga hanya pada kondisi kejiwaan Rindu. Mereka sama sekali tak ridho, anaknya menjadi seperti ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments