BAB 17

Makin hari, perilaku Anggun semakin menggemaskan. Dia menjadi anak yang periang dan cerdas. Ini adalah tahun keempat dia berada di dunia ini. Dengan kulit putih dan rambut yang lurus serta mata yang sipit, Anggun mampu memukau siapa saja yang memandangnya. Sangat berbanding terbalik dengan kulit Rindu yang sawo matang. Tetapi ada satu hal yang membuat Rindu menjadi sedih, dan sedikit takut apabila di dekat Anggun. Wajah Anggun sama persis dengan salah satu pelaku pemerkosa Rindu. Tapi Rindu tidak tahu siapa namanya. Sorot mata Anggun yang begitu tajam saat dia memandang, membuat Rindu mengingat kembali kejadian yang dia coba untuk lupakan. Padahal Anggun hanya seorang anak kecil yang masih polos dan tidak tahu apa-apa. Itu yang membuat Rindu sedapat mungkin untuk menghindari tatapan mata anaknya. Rindu mulai enggan apabila dia harus berduaan di rumah hanya bersama Anggun. Kasih sayang yang dulu tercurah semua pada anaknya, perlahan mulai pudar. Rindu selalu berpikir, bahwa yang di depannya bukanlah anaknya, melainkan sosok pelaku yang telah menanamkan benih di perutnya. Bahkan berkali-kali dia harus mengucek matanya, guna meyakinkan penglihatannya. Karena perlahan tetapi pasti wajah itu mulai menghantui pikirannya kembali. Muncul halusinasi dalam pikiran Rindu untuk melenyapkan Anggun. Tetapi sampai saat ini dia masih bisa mengendalikannya. Rindu masih bisa berpikir jernih melalui naluri keibuannya. Apa bila tiba-tiba rasa ingin melenyapkan Anggun muncul, Rindu akan segera mengalihkan perhatiannya dengan meninggalkan anaknya dengan Reno atau pengasuhnya. Rindu akan pergi ke mana saja yang penting bisa menenangkan hatinya. Sampai saat ini tak ada seorang pun yang tahu dan sadar, termasuk Reno suaminya, perihal kelainan yang di idap Rindu. Dia selalu bersikap setenang mungkin untuk menutupi semua ketidaknormalannya. Rindu selalu berusaha tampak normal di mata orang sekitarnya. Rindu tak mau di cap sebagai orang yang tidak waras untuk yang kedua kalinya. Rindu selalu berusaha untuk menunjukkan kasih sayang dan perhatiannya pada Anggun.

Hingga pada suatu saat, ketika Reno akan melakukan tugas ke luar kota, dan secara kebetulan pembantu di rumahnya secara tiba-tiba tidak masuk kerja dengan alasan akan pergi mengantar dan menjaga anaknya yang sedang sakit untuk berobat. Rindu mau tidak mau harus berduaan di rumah hanya bersama Anggun. Rindu merasa gelisah. Dan kegelisahan itu terlihat oleh suaminya.

“Kamu kenapa sayang? Kok dari tadi mas lihat kamu bengong tidak karuan? Sebenarnya apa yang kamu pikirkan sayang? Ngomong sama mas ya," tanya Reno.

“Ah, tidak apa-apa mas. Mungkin hanya perasaan mas saja. Aku hanya berpikir, kalau mas tidak ada, pasti rumah akan sepi. Dan tak ada yang mengajak Anggun main petak umpet.” Jawab Rindu.

“Ini kan bukan tugas mas yang pertama Rin, mas meninggalkan kalian di rumah. Untuk sementara, biar kamu saja dulu ya, yang ajak main Anggun. Biasanya juga, setiap mas pergi tugas, kamu selalu merestui mas. Tumben hari ini kamu aneh seperti ini? Apa mas batalin saja perjalanan ini, biar di ganti sama yang lain? Bagaimana menurutmu?” Reno bertanya kembali pada istrinya.

“Gak usah mas, gak usah di batalin tugasnya. Aku gak apa-apa kok. Lagian juga gak enak kan sama atasan mas, kalau ngebatalin acara yang sudah di persiapkan jauh-jauh hari. Mas kerja kan juga demi masa depan kita sekeluarga. Aku mendukung semua kegiatan mas kok. Aku izinin mas selalu mengabdi pada tempat kerja mas. Gak usah pikirin aku mas, pikiranku hanya sedang kalut saja, nanti juga baikkan sendiri. Sebaiknya aku segera berbenah semua kebutuhan mas untuk besok hari.” Ucap Rindu

“Benar, kamu gak apa-apa mas tinggal?” Rindu hanya mengangguk sebagai jawabannya.

Tak tahu harus jawab apa pada suaminya.

“Ya sudah, mas janji, sesudah beres semua tugasnya, mas akan segera pulang. Mas akan skip acara temu kangen sesama karyawan kantornya.”

“Benar ya mas?!” tampak air muka Rindu berubah ceria.

Rindu sangat senang, mendengar penuturan suaminya.

“Iya sayang, janji. Ya sudah, kita ke kamar, beresin semua keperluan mas selama di sana. Mas bantuin yuk!”

Ajak Reno.

Mereka pun berlalu ke kamarnya. Di kamar, Rindu memasukkan baju-baju dan bahan-bahan presentasi Reno ke dalam koper. Rencananya Reno akan tugas selama 3 hari di luar kota. Reno pun tak kalah sibuknya, dia kembali membuka laptop untuk menyelesaikan laporan keuangan di kantornya. Karena atasannya membutuhkan laporannya pada esok harinya. Mereka larut dalam kegiatan masing-masing. Sedangkan Anggun sudah tidur pulas. Karena hari sudah larut malam. Selesai berbenah, suami istri itu langsung tidur dengan membawa pikirannya masing-masing.

Pagi harinya, Reno sudah bersiap untuk berangkat. Mobil jemputan kantornya datang sebelum pukul 6, karena Reno dan kawan-kawannya akan terbang pukul 8 pagi, jadi mereka harus tiba di bandara minimal 1 jam sebelum jadwal keberangkatan mereka. Rindu tak sempat membuatkan suaminya sarapan. Reno hanya sarapan dengan satu tangkup roti tawar dan seteguk teh manis hangat.

Dia menolak, saat Rindu menawarkan akan memasak nasi goreng kesukaannya.

Reno segera pamitan pada anak dan istrinya.

“Hati-hati ya mas di jalannya. Aku doakan semoga selamat sampai tujuan. Jangan lupa makan yang teratur, dan istirahat yang cukup.” Pesan Rindu.

“Iya, mas akan ingat semua pesanmu. Kamu juga di rumah jaga diri baik-baik ya, jaga juga Anggun, jangan sampai meleng. Mas akan segera pulang setelah tugas mas selesai.” Reno mengecup kepala Rindu. Dan Rindu mencium punggung tangan Reno.

Reno mendekati Anggun yang berdiri di samping mamanya. Reno mengangkat Anggun ke pangkuannya. Reno mencium pipi kira dan kanan Anggun. Seolah tak mau berpisah dengan anak kesayangannya.

Anggun tersenyum manis menyambut rentangan kedua tangan papanya.

“Papa kerja dulu ya nak, Anggun di sini tunggu ya sama mamah. Jangan nakal ya, jangan bikin mamah capek ya. Anggun kan anak pintar?!”

“Iya papa, jangan lama-lama ya kerjanya. Nanti Anggun kangen. Kalau papa pulang, nanti Anggun beliin oleh-oleh ya.” Kata Anggun.

“Iya pasti! Nanti kalau papa pulang, papa beliin Anggun mainan baru ya, Anggun pengen apa?”

“Aku ingin barbie ya pah,”

Reno hanya mengangguk.

“Horeeee, Anggun mau di belikan barbie. Makasih ya pah, papa baik deh.” Anggun mencium pipi papanya saking senangnya.

Reno dan Rindu tersenyum dengan tingkah laku anaknya.

“Papa berangkat dulu ya, kasihan orang-orang sudah menunggu.” Reno menurunkan Anggun.

“Assalamualaikum”

“Waalaikum salam warahmatullahi wabarokatuh” jawab Rindu dan Anggun serempak.

Reno pergi dengan melambaikan tangan.

Setelah Reno pergi, Anggun dan Rindu masuk ke dalam rumahnya, tak lupa mengunci lagi pintu rumahnya.

Note: Mohon maaf, untuk beberapa hari kemarin author sangat sibuk dengan tugas menjaga anak-anak yang sakit semuanya. Jadi update novel ini sedikit terbengkalai.

Mohon, untuk terus dukung novelku dengan like dan koment ya, jangan lupa vote juga ya.

Terima kasih

Terpopuler

Comments

🌹💐ꋪ꒤ꇙꂵ꒐ꋊ꒐ ꋪꄲꇙꏂ 🌼🌹

🌹💐ꋪ꒤ꇙꂵ꒐ꋊ꒐ ꋪꄲꇙꏂ 🌼🌹

semangat ya thor... masih setia membaca tp ak ga pernah komen

2021-01-04

0

Khaliqa Iyar

Khaliqa Iyar

yuk, ikuti terus ceritanya ya. Makin kesini kan semakin banyak kejutan yang tak terduga. jangan lupa untuk selalu like, koment, dan tambahkan ke favorit biar tetap terus mengikuti alur ceritanya ya.
dukung aku juga dengan cara vote karyaku.

2020-11-07

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!