Sudah jatuh tertimpa tangga. Itulah pepatah yang dapat menggambarkan perasaan Rindu dan keluarganya.
Sejak kejadian tragis 2 bulan yang lalu, Rindu sudah tak mendapatkan tamu bulanannya lagi. Rindu semakin terpuruk, kala mengetahui bahwa dirinya sudah berbadan dua. Orangtuanya pun bingung, mau minta tanggung jawab sama siapa. Berita tentang Rindu hamil, sudah tersebar kemana-mana. Mereka sangat malu apabila tak sengaja bertemu dengan tetangga. Walaupun para tetangga sudah sangat mengerti tentang peristiwa yang terjadi pada Rindu, tetap saja, namanya hamil tak ada suami akan menjadi bahan obrolan yang sangat menarik bagi para orang-orang yang nyinyir. Apalagi yang hamilnya itu, adalah anak seorang tokoh masyarakat yang di segani. Uminya Rindu sampai tak berani keluar rumah selama berhari-hari.
Disaat genting seperti itu, datanglah seorang lelaki ke kediaman mereka. Tak lain dan tak bukan, dia adalah pak Reno, atasannya Rindu. Awalnya orangtua Rindu, menganggap kalau maksud kedatangan Reno hanya ingin menjenguk Rindu seperti teman-teman yang lainnya. Mereka menyambut hangat kedatangan Reno sebagai atasannya Rindu. Suatu kebanggaan tersendiri bagi keluarga ini, apabila atasannya langsung sampai meluangkan waktunya untuk sekedar menjenguk karyawannya. Mereka sangat bersimpati pada Reno.
"Maksud saya datang kesini, saya mau bertanggung jawab dengan kehamilannya Rindu." Dia tak berbasa basi langsung ke pokok permasalahannya.
"Tapi bapak tahu kan, kalau anak yang di kandung Rindu itu, bukanlah anak anda?" Abah terkejut, dan sedikit tak mengerti kemana arah tujuan ucapan Reno barusan.
"Izinkan saya menikahi Rindu pak, saya merasa bersalah. Andai saja waktu itu saya memaksa Rindu untuk pulang bareng saya, mungkin kejadian takkan terjadi." Ucap Reno yang tiba-tiba menangis terisak penuh penyesalan.
"Janganlah karena rasa bersalahmu, kamu mengorbankan masa depanmu Nak, dengan menikahi anak saya. Jalanmu masih panjang. Kamu bisa mendapatkan gadis mana saja yang kamu suka."
Walaupun dalam hati Abahnya ada rasa senang, karena anaknya akan segera punya pasangan yang tanggung jawab, tapi di sisi lain, hatinya sungguh tidak rela, ada orang yang mau tanggung jawab atas apa yang tidak dia lakukan. Pikirannya terus menimbang-nimbang, bagaimana cara dia menghadapi orang yang sudah punya niat baik pada anak perempuannya.
"Tapi saya sangat mencintai dan menyayangi Rindu pak, dari sebelum kejadian ini pun saya berniat melamarnya. Saya ikhlas dunia akhirat pak, akan menerima Rindu apa pun kekurangannya." Reno bersungguh sungguh. Sambil meminta restu orang tua Rindu.
Semua orang yang ada di sana, terharu mendengar kesungguhan hati Reno. Sama halnya dengan Rindu. Dia menangis tergugu, tak sedikitpun terbayangkan, kalo atasannya mau menikahinya, walaupun dirinya sudah kotor sekalipun. Dia merasa malu sendiri, karena sejak pertama, dia sudah salah sangka menilai seorang Reno hanya dari sudut pandang orang saja.
Tak menunggu waktu yang lama, akad nikah pun dilangsungkan seminggu kemudian, dengan sederhana. Hanya kedua belah pihak keluarga saja yang hadir. Dengan mahar 10 juta rupiah, Rindu akhirnya sah menjadi nyonya Reno Utama.
Tetapi, timbul masalah di malam pertamanya. Ketika Reno memegang bahu Rindu, dan akan mencium kening Rindu, tiba-tiba Rindu histeris dan meronta, malam jahanam itu terbayang lagi olehnya. Dalam pikirannya, bukan Reno tetapi para pelaku itu. Rindu merasa tertekan. Di malam pertama, yang seharusnya indah bagi kedua insan manusia itu, akhirnya rusak dengan suara raungan Rindu yang mengamuk sambil melempari Reno, dengan apa saja yang ada di dekatnya. Reno yang dengan tiba-tiba tak menyangka akan mendapatkan serangan dari Rindu, tak mampu mengelak, ketika sebuah vas bunga terlempar tepat di depan wajahnya. Yang mengakibatkan pelipis Reno terluka. Reno terhuyung ke belakang, dengan memegangi kepalanya.
Mendengar suara gaduh dari kamar anaknya, kedua mertua Reno berlari ke arah kamar Rindu. Alangkah terkejutnya mereka, setelah tahu bahwa menantunya terluka. Rindu yang sudah hilang kendali, tak mampu di tenangkan oleh ayahnya sekali pun. Tak ada jalan lain, mereka membiarkan Rindu berada di kamarnya. Dan mereka pun mengunci Rindu dari luar, karena khawatir Rindu akan kabur dari rumah, dan malah meresahkan warga yang lain.
Di luar kamar ibu mertuanya mengobati luka yang di derita Reno. Walau pun hanya luka kecil, tapi takutnya ada serpihan beling yang tertinggal.
“Maafkan anak kami ya nak Reno. Umi sangat malu sama kamu.”
“Tak apa Umi, saya sangat mengerti kok dengan keadaan Rindu. Saya seharusnya tak terburu-buru mendekatinya. Saya yang harus minta maaf pada kalian.”
“Tak perlu minta maaf nak, karena itu sudah menjadi kewajibanmu. Dan sudah sah menurut hukum dan agama. Umi dan Abi tak punya wewenang lagi atas Rindu.”
Selesai mengobati Reno, Abi dan Umi kembali lagi ke kamar mereka. Tinggal Reno sendirian yang berada di ruang keluarga. Akhirnya setelah lama termenung, Reno memilih tidur di sofa pada malam itu. Karena takut mengganggu Rindu lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Khaliqa Iyar
bAca ya novel perdanaku. sangat menguras emosi dan air mata. mohon kritik smdan sarannya bagi para readers
2020-10-24
1