Neal meengalihkan pandangannya dari dokumen yang dibacanya, menatap Ara yang berjalan dibelakang sekretarisnya, kemudian sekretaris Neal mohon pamit sambil melirik sekilas pada Ara yang berdiri di sampingnya. Neal pun bangkit dari kursinya dan berjalan menghampiri Ara yang masih diam mematung, “Kenapa masih berdiri!" Seru Neal sambil menatap Ara tajam.
“Iya,"jawab Ara sambil tersenyum sumbang dan mendudukan tubuhnya di sofa, Neal pun mengikuti Ara dan mendudukan tubuhnya di samping Ara.
“Mana pesananku?" Tanya Neal, Ara pun mengangkat minuman yang dibawahnya karena masih dipegangnya.
"Ini.... Ara sambil mengelurakan kopi itu dalam kantong yang ditentangnya tadi, kemudian menyerahkan pada Neal.
“Aku tidak menyukai ace americano," seru Neal kesal sambil menatap Ara dingin sedingin minuman yang sedang dipegangnya.
“Tadi kau bilang terserah," sahut Ara pelan sambil mengerucutkan bibirnya, ekspresi Ara yang seperti itu membuat Neal menyembunyikan senyumnya.”Kalau kau tidak menyukainya buat ku saja," lanjut Ara sambil meraih minuman itu ditangan Neal, tapi dengan cepat Neal menepisnya.
“Kau membelikan untukku, mana boleh kau ambil kembali," ujar Neal beranjak bangkit dari sofa dan kembali ke meja kerjanya.
“Ya sudah, aku akan segera pulang karena sudah mengantarkan minumanmu," ucap Ara sambil menatap punggung Neal, seketika Neal membalikkan tubuhnya dan menatap Ara tajam, sehingga membuat Ara menelan ludahnya melihat wajah Neal yang begitu garang saat menatapnya.
“Siapa yang mengijinkan kau pulang, tunggulah disini sampai aku selesai, kita pulang bersama!" seru Neal menahan kesal, Ara tak berani membantah takut nanti dimarahi oleh Neal karena ia sekarang sudah sangat jarang
dimarahi oleh Neal, sikap Neal yang sangat jauh berbeda dengan saat diawal pernikahan mereka.
“Kenapa diam, kau tetap ingin pulang?" Tanya Neal karena ia melihat Ara hanya terbengong menatapnya. Ara dengan cepat mengelengkan kepalanya,”Ti-dak... aku akan menungguimu disini," sahut Ara cepat dan sedikit
terbatah. Neal tersenyum senang mendengar ucapan Ara dan segera melanjutkan langkahnya yang sempat tertahan.
Neal memandang Ara sambil meminum kopi yang dibelikan Ara tadi, Ara yang sibuk dengan ponselnya tidak menyadari Neal yang sedang menatapnya, Neal memeperhatikan ponsel Ara, “lihatlah ponselnya, sudah kadaluarsa masih saja disimpannya kenapa ia tidak mengantinya dengan yang terbaru, apa kata dunia kalau tahu ponsel seorang istri Neal Radislav penguasa separuh tambang minyak di Rusia tapi istrinya memiliki ponsel yang sudah kadaluarsa."
“Kenapa tidak menganti ponselmu kau ingin membuat malu suami dan orang tuamu, kau punya keluarga dan suami kaya raya tapi lihat ponselmu," ucap Neal tersenyum mengejek, Ara mengangkat kepalanya sambil menatap Neal, ”apakah sebuah ponsel bisa menentukan kaya dan miskin seseorang," seru Ara kesal, bagaiamana pun ponsel itu dibelinya dengan hasil keringatnya sendiri dan ia susah payah menabung untuk mendapatkannya,
“Ponselmu sudah kadaluarsa Ara," seru Neal ingin memancing kemarahan Ara karena ia belum pernah sekalipun melihat wanita itu marah,
“ini ponsel bukan makanan mana ada kadaluarsa, sekalipun kadaluarsa aku tidak peduli!" seru Ara marah, seketika Ara langsung menutup mulutnya karena tersadar dengan siapa ia berbicara sekarang.
“Maaf.. aku tidak bermaksud seperti itu," ucap Ara dengan suara memelas sambil menundukkan kepalanya, Neal mengangkat dagu Ara hingga membuat Ara kaget karena tidak tahu kalau pria itu sudah berdiri saja didepannya.
"Kau sudah berani memarahiku!," seru Neal menatap Ara tajam, namun dengan cepat Ara menggelengkan kepalanya, "sorry...mana mungkin aku berani memarahimu," ucap Ara memelas sambil menatap Neal takut.
Neal memperhatikan wajah Ara, pandangan mereka saling bertemu, hening menyelimuti mereka berdua, mata Neal melirik bibir Ara yang sedikit terbuka, ia segera melepaskan tangannya dari dagu Ara, dan kembali kebalik meja
kerjanya,
“Nanti aku akan mengantinya dengan yang terbaru," ucap Ara pelan, tapi tak ada jawaban dari Neal karena pria itu sibuk dengan setumpuk dokumen dimejanya.
Ara pun tak ingin menggangu Neal, bosan dengan ponselnya ia mengambil beberapa majalah yang ada diatas meja, Ara membolak-balik majalah itu, tapi itu membuatnya semakin pusing karena ia tidak mengerti dengan majalah yang isinya hanya seputar bisnis sungguh sedikit pun tidak menarik bagi Ara, bosan menyerangnya dan rasa kantuk mulai menyerangnya, ia pun segera membaringkan tubuhnya disofa.
Neal tidak tau sudah berapa lama ia sibuk dengan dokumen yang sedang dipelajarinya, sampai ia terlupa kalau Ara ada disana, ia pun segera mengalihkan pandangannya begitu teringat dengan gadis itu, dan ternyata Ara sudah tertidur begitu nyenyak disofa. Neal mendengus kecil melihat pemandangan yang ada didepannya, gaun yang dikenakan Ara terangkat sehingga mempertontokan kaki jenjang dan mulusnya.
“Bagaimana dia bisa tidur seperti itu, bagaimana pun aku ini seorang lelaki normal," dengus Neal kesal beranjak bangun dari kursinya dan segera mengambil jasnya yang tergantung, ia pun berjalan mendekati Ara, baru saja ia melangkah terdengar kentukan pintu dan daun pintu pun segera terbuka.
“Berhenti Mark dan menghadap kembali ke pintu!" teriak Neal yang membuat Mark kaget , reflek memutar tubuhnya, Neal dengan cepat berjalan menghampiri Ara dan menyelimutnya dengan jasnya, dan memerintahkan Mark untuk memutar kembali tubuhnya, Mark yang tidak paham dengan kondisi yang sedang terjadi hanya menuruti perintah Neal, dan begitu ia melirik ke sofa, semua pertanyaan dikepala Mark terjawab sudah, tapi satu pertanyaan masih bergelayut dikepalanya, namun dengan cepat ditepisnya kembali, ia pun mengikuti langkah Neal kemeja kerjanya.
****
Ara mengucek matanya menyesesuaikan dengan cahaya yang membuat matanya silau, ia mendudukan tubuhnya disofa, matanya tertuju pada jas Neal yang menyelimuti kakinya, ia sambil melirik pada Neal, “ Sudah bangun," Seru Neal. Ara hanya mengangguk pelan sambil memperhatikan Neal yang berjalan ke arahnya, Ara menelan ludah melihat Neal yang berjalan sambil menggulung lengan kemejanya sebatas siku, dasinya yang sudah terlonggar dengan beberapa kancing kemejanya yang terbuka, sungguh pemandangan didepannya menghinoptis Ara, Neal terlihat begitu seksi dengan penampilan sedikit berantakan seperti itu,
“Kenapa menatapku seperti itu!" seru Neal yang sudah berdiri di depan Ara dengan mengangkat sedikit sudut bibirnya.
“Ti-dak apa - apa," sahut Ara gugup sambil kembali menelan ludahnya yang terasa begitu susah, Neal membuang senyum tipis melihat Ara salah tingkah. Keadaan itu membuat Neal tertarik untuk kembali menggodanya, ia membungkukkan tubuhnya dan mendekatkan wajahnya. Ara menahan napasnya karena jarak wajahnya tidak sampai sejengkal dengan jarak wajah Neal, sehingga ia dapat merasakan hembusan panas napas Neal di wajahnya yang membuatnya merinding.
..
.
.
.
.
..
.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
Emmaniez
Aku ikutan berdebar sama kaya Ara🥰
2021-10-24
0
nobita
aku jg ikutan merinding kok Niel membayangkan wajahmu dekat dg Ara... wkwkwk
2021-07-21
0
🦇
nantik ara nya hamil ya pas anara udah sadar☺️
2021-05-09
0