Ketika turun sarapan Ara melihat seorang pria yang sangat tampan sedang duduk di meja makan, Ara tidak mengenali siapa pemuda itu, dilihat dari wajahnya ia masih sangat muda, ia langsung tersenyum begitu melihat kedatangan Ara.
“Selamat pagi kakak ipar," perkenalkan aku Maxim pria paling tampan abad ini," ucapnya sambil bangkit dan mengulurkan tangannya, Ara keget ketika pemuda itu memanggilnya kakak ipar, tetapi berusaha bersikap tenang, ia menyambut salaman Maxim dengan melempar senyum ramah, Maxim mencium tangan Ara lembut, Neal yang baru turun menatap tajam kepada adiknya itu, Maxim sekilas melirik kepada Neal.
“Kakak sepertinya kakak ipar melayanimu dengan sangat baik," sapa Maxim kembali mendudukan tubuhnya. Tak ada jawaban dari Neal ia hanya membalas perkataan Maxim dengan tatapan tajam lalu mendudukan tubuhnya disamping Ara.
Belum hilang keterkejutan Ara seorang gadis cantik tiba - tiba datang dengan berlari kecil menuju meja makan lalu mendudukan tubuhnya di samping Maxim, ia menyengir
sambil memperlihatkan giginya yang putih rapi.
“Anak perawan tidak boleh bangun kesiangan," tegur Maxim sambil menyentil kening Jessy.
“Kecuali kakak... karena mereka Pengantin baru." Lalu keduaanya cekikikan, namun seketika menghentikan tawanya melihat Neal menatapnya dengan menautkan alis matanya dan tatapan dingin kakaknya seperti akan membuat mereka membeku.
“Kalian masih kecil jangan ikut campur urusan orang dewasa," seru Neal dingin menghentikaan kunyahannya. Ara hanya diam sambil memakan sarapannya.
“kakak ipar bikinin kami keponakan yang lucu-lucu ya," ucap Jessy sambil mengambil makanannya. Ara langsung tersedak mendengar ucapan Jesy, dengan cepat ia meraih gelas di depannya dan meminumnya sampai habis.
" Bagaimana bisa dua bocah ini berbicara seperti itu," guman Ara dalam hati.
Setelah menghabiskan makanannya Neal segera bangkit dari kursinya, tanpa bersuara ia meninggalkan meja makan, Mark yang sudah menunggunya langsung mengikuti langkah Neal dari belakang, begitu tubuh Neal menghilang dari ruang makan, Maxim dan Jesy segera bangun dan berpindah duduk di samping Ara keduanya mengapit kakak iparnya itu dan terlihat asik menatap dan memeperhatikan wajah Ara dengan saksama.
“Kenapa kalian bisa mirip begini ya...seperti saudara kembarsaja, aku juga pengen bertemu dengan orang yang bisa mirip seperti ini dengan ku," ungkap Jessy polos sambil terus menatap Ara.
“Wajah seperti kamu cukup satu saja, yang ini aja sudah membuat orang-orang malas melihatnya," seru Maxim tersenyum mengejek adiknya itu.
“Max…! Teriak Jesy marah.
“Kalian ini kenapa, cepat habiskan sarapan kalian," ucap Ara segera bangkit dari kursinya lalu pergi meninggalkan meja makan.
“Apakah kakak sudah pernah bertemu dengan Kakak Anara?" Tanya Jessy. Mendengar pertanyaan Jessy Ara mengentikan langkahnya.
*****
Maxim dan Jessy adalah adiknya Neal, mereka berdua itu saudara kembar, sekarang sedang menyelesaikan kuliahnya di Amerika, mereka pulang karena liburan kuliah musim panas, usia mereka dua puluh tahun, beda Sembilan tahun dengan Neal sedangkan dengan Ara berbeda empat tahun.
Mereka sedang duduk bersantai di karpet tebal di ruang perpustakaan, Jessy menceritakan tentang kisah cinta kakaknya dengan Anara, Ara menyimak setiap perkataan Jessy dengan baik.
“Kakak tidak marah aku bercerita inikan? " tanya Jessy cemas begitu ia selesai bercerita. Karena sedari tadi Ara hanya diam .
“Tentu saja tidak Jessy, aku tidak punya alasan untuk marah," ucap Ara lembut.
“Tapi sekarang kakak kan istriya kak Neal," sahut Jessy.
“Ini hanya sementara, setelah Anara sudah bangun tugasku akan segera selesai, aku akan pergi itulah perjanjian yang telah kami sepakati," ucap Ara pelan.
“Tapi bagaimana kalau Kak Anara tidak bangun?" tanya Jessy , Ara sangat kaget mendengar pertanyaan Jessy karena itu tidak pernah terpikir olehnya. Maxim langsung memukul lengan Jessy dengan buku yang di pegangnya, sehingga membuat Jessy mengaduh kesakitan.
Jessy yang tidak terima di pukul oleh Maxim segera membalasnya, namun dengan cepat Max kabur, sehingga keduanya saling kejar - kejaran, mulut Jessy tidak henti memaki - maki saudara kembarnya itu, ia semakin kesal melihat Max yang begitu lihay mengindar membuat Jesy kesal dan mulai menagis, dengan cepat Ara menghampiri Jessy dan memeluk adik iparnya itu.
“Sudah jangan menangis," ucap Ara lembut mengusap punggung Jessy pelan.
“Anak kecil manja, bisanya cuma menangis," ejek Max.
“Aku akan mengaduhkanmu pada kakak!" Seru Jessy marah.
“Silakah saja aku tidak takut," sahut Maxim sambil menjulurkan lidahnya kepada Jessy yang membuat Jessy semakin kesal dan merengek dalam pelukan Ara.
Ara hanya menggelekan kepalanya melihat tingkah kekanak-kanakan kedua adik iparnya itu.
“Max sudah jangan mengoda Jessy," ucap Ara lembut.
"Iya..iya," ucap Maxim menidurkan tubuhnya di sofa, kesempatan itu langsung dipergunakan Jessy untuk membalas Max, ia langsung menduduki perut Maxim dan mencubitinya membuat Max mengaduh kesakitan.
“Kalau kalian tidak berhenti aku keluar saja!" seru Ara mulai kesal.
Mendengar ucapan Ara seketika Jessy menghentikan tingkahnya ia pun segera turun dari perut saudara kembarnya itu lalu duduk disampingnya, Ara mengambil buku yang tadi sempat diambilnya lalu mulai membaca bukunya, sedangkan Jessy dan Maxim sibuk dengan ponselnya.
“Kakak ipar, bagaiman kalau kita jalan-jalan keluar atau pergi ke Mall kita shooping," ajak Jessy sambil meletaknya ponselnya, Ara
sejenak menatap Jesy,
“Ayolah kakak, aku ingin sekali melakukannya karena aku belum pernah pergi belanja dengan kakak perempuan," rengek Jessy turun dari sofa lalu menarik-narik tangan Ara.
Sebenarnya Ara sangat ingin melakukannya karena selama tinggal di sini dia pergi kemana-mana selalu dengan Peter.
“Tapi bagaimana dengan Neal, apakah dia mengijinkan aku pergi dengan kalian," sahut Ara ragu.
“Tenang saja biar aku yang akan bicara dengan kakak," ucap Jessy lalu segera mengambil ponselnya, lalu segera menghubungi Neal.
“Hallo, ada apa Jessy menelpon kakak?" Tanya Neal heran.
“Kakak bolehkan aku membawa kakak ipar keluar? " Tanya Jesy penuh harap.
Lama tak tak terdengar suara Neal.
“Kakak!"
“Kalian pergi berdua saja?" Tanya Neal akhirnya.
“Tidak, Max akan menemani kami," ucap Jessy, mendengar namanya disebut Max melirik Jessy dengan melototkan matanya pada Jessy.
"Kalau kalian pergi bersama dengan Max kakak akan ijinkan, jangan lama-lama kalau sudah selesai segera pulang!"
"Terima kasih kakak, Jessy sayang kakak," ucap Jesy lalu segera mengakhiri panggilannya.
“Beres kakak ipar, kakak sudah memberi ijin," ucap Jesy tersenyum senang.
“Max, tolong temani kita ya," bujuk Jessy sambil menatap sendu saudara kembarnya itu.
“Tidak... aku malas!" sahut Max tanpa mengalihkan pandanganya dari ponselnya.
“Masa kamu tega sama kakak ipar, kalau kami pergi tanpamu kakak tidak memberi ijin untuk keluar," rayu Jessy dengan memelas. Walaupun sering menjahili Jessy tapi ia tetap tidak tega bila sudah mendengar suara
memelas saudara kembarnya itu, apalagi ini juga demi kakak iparnya.
“Baiklah... jangan lama-lama berdandan, aku tidak suka menunggu lama!" Seru Max akhirnya.
Jessy berteriak kegirangan dan segera mengajak Ara keluar dari pustaka untuk berganti pakaian mereka, Ara mengikuti langkah Jessy sambil tersenyum melihat tingkah manjanya.
.
.
.
.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
Fransiska Ida Toruan
beruntung Ara biarpun semua sdh tau yg sebenarnya tp mrk tetep baik dan sopan sama Ara termasuk adik adiknya Neil
2021-01-15
0
KaiRA🎉PUCUK~SQUAD🌱🐛🌱🐛🥀🐛
keluarga yg penuh kasih sayang,🥰🥰
2021-01-02
0
Moonlight
gx sabar nunggu neal buchin
2020-12-22
1