Happy Reading
💐💐💐💐💐💐💐
Sesuai keinginan Ama, Henry memijat kakinya hingga tertidur. Henry menarik sudut bibirnya keatas. Ia sangat bahagia, bisa bertemu lagi dengan Ama. Bahkan ikut menikmati hasil jerih payah Daddy dan dirinya.
"I love you, Ama." Henry mengecup pipi Ama.
"Thanks Ama, thank you for everything you gave me." Henry mengusap lembut tangan Ama. Kemudian menyelimutinya.
Henry pergi ke kamar miliknya, dilantai dua. Namun ia menghentikan langkahnya, saat melihat kamar disebelahnya.
Henry melangkah masuk, kamar yang ia dan Metta siapkan untuk bayi mereka. Lebih tepatnya Metta yang menyiapkan. Henry hanya membantu sedikit.
Dia memandangi setiap sudut kamar itu, ia duduk ditepi ranjang bayi. Mengusapnya pelan, memainkan kerincigan milik El. Henry tersenyum, lucu sekali rasanya memainkan kerincingan.
Henry teringat dengan setiap ucapan Ama. Ia terus berpikir, apakah tindakanya menjauhi El adalah benar, atau malah sebaliknya.
"Maafkan Daddy, El, kau tak seharusnya menjadi korban keegoisan ku," gumam Henry.
Henry beralih keranjang besar disamping kanannya. Seharusnya Metta yang berada disana, membayangkan itu Henry teringat Adel.
Tanpa rasa canggung Adel setiap saat bersama El, menyanyanginya, menimang, mencurahkan semua kasih sayang seorang ibu dengan tulus.
Henry terus mengusap bantal, dimana Adel biasanya tertidur disana. Bahkan aroma tubuhnya masih ada disana, bercampur wangi minyak telon El.
Akh, kenapa aku jadi memikirkan wanita itu? Ini tidak boleh, aku tak boleh membiarkannya. Dia boleh mengambil hati El. Tetapi tidak denganku, aku tak boleh memberinya celah.
Tanpa sadar Henry terlelap disana. Henry tertidur dengan pulas, sangat nyaman. Lama ia tak merasakan tidur senyaman ini, setelah kepergian Metta, istrinya.
Dibalik pintu, Tuan Abimanyu tak mengalihkan pandangannya. Sedari tadi ia melihat semua tingkah Henry. Awalnya ingin menemui Henry, tetapi sungguh pemandangan tak terduga yang ia dapati.
Maafkan Daddy Son, daddy bahkan tak bisa melihat tumbuh kembangmu. Aku selalu sibuk dengan duniaku, aku selalu mengabaikanmu. Bahkan untuk sekedar bermain bersamamu, aku pikir dengan memberikanmu yang kau mau, itu sudah cukup.
Ternyata Daddy salah Son, uang tak dapat membeli kebahagiaan. Dan juga tak akan bisa mengembalikan waktu yang telah lalu.
Ku mohon padamu son, kau harus tegar, kau harus segera sadar. El sangat membutuhkanmu, aku tak ingin cucuku mengalami hal yang sama denganmu dulu. Cukup Daddy yang melakukan kesalahan Son. Jangan sampai kau menyesal seperti Daddy.
Tuan Abimanyu mengusap airmatanya, yang tanpa permisi mengalir begitu saja. Setiap kali mengingat Henry kecil, yang selalu berbuat ulah. Hanya untuk mendapat perhatian darinya. Dia menutup pintu kamar El. Membiarkan putranya tertidur disana.
"Daddd..." Nyonya Amel menyusul suaminya.
"Pelankan suaramu Mom, ayo kita istirahat kekamar. Aku sangat lelah" Tuan Abimanyu memeluk pinggang istrinya. Membawanya kekamar milik mereka.
Tuan Abimanyu tak ingin mengaggu Henry, biarlah dia merenungi semua sikapnya. Dia akan terus mengingatkan Henry, agar bisa mendekatkan dirinya pada El.
...----------------...
Tiga hari sudah Adel menginap dirumah sakit, bersama baby El. Pagi ini seharusnya ia dan El sudah diperbolehkan pulang.
Selang infus Adel sudah dilepas sejak kemarin, namun Nyonya Amel yang memaksanya, untuk menginap lagi. Agar memastikan kondisinya benar benar pulih.
Setelah dilakukan pemeriksaan, mereka berdua boleh pulang. Rasanya sangat bahagia, sudah seperti penjara. Hanya berbaring dan duduk.
"Yeah, kita pulang sayang" ucap Adel pada baby El.
Baby El hanya menanggapi dengan ocehannya. Adel mencubit gemas pipi gembul El, menghadiahkan ciuman diwajah bayi tampan itu.
"Anda sudah siap, Nona," ucap Arga. Dia ditugaskan menjemput Adel. Karena Henry ada rapat penting bersama Tuan Abimanyu. Nyonya Amel sengaja tak datang kerumah sakit hari ini. Ia memilih menunggu dirumah bersama grandma.
"Ah ya, ayo kita pulang," Adel seraya tersenyum.
Nona, simpanlah senyumanmu itu, atau aku akan semakin mengagumimu. ~ batin Arga.
Arga membiarkan Adel berjalan didepan, dengan baby El dalam gendongannya. "Tolong kau mengemudi yang benar Tuan," ucap dokter Wulan.
"Tanpa kau perintah, saya pasti melakukannya, Nona," jawab Arga dengan muka datarnya.
"Rena akan ikut denganmu," ucap dokter Alvin. "Tetapi dia akan menyusul kesana, saat ini dia masih ada tugas disini," lanjutnya.
"Kami pamit pulang dok, terima kasih sudah merawat kami," ucap Adel.
"Itu sudah menjadi tugas kami," jawab dokter Alvin. Mereka menundukkan kepala sebagai bentuk hormat.
Adel dan Arga berjalan beriringan, meninggalkan rumah sakit. Diikuti beberapa pengawal dibelakang mereka.
Di dalam perjalanan pulang, Arga selalu melirik Adel, melalui kaca mobil. Ia sangat kagum dengan sosok Adel, penyanyang dan keibuan.
Ada apa denganku? Hanya melihatnya, membuat hatiku menghangat. Perasaan apa ini? Aneh sekali. ~ batin Arga.
30 menit perjalanan, mereka sampai di mansion mewah Tuan Abimanyu. Nyonya Amel segera menyambut cucu kesayangannya.
Nyonya Amel merentangkan tangannya, tak sabar rasanya menimang cucu tampannya. Namun kekecewaan yang ia dapati. Ternyata Baby El tertidur dengan imutnya. Adel membawa Baby El ke kamarnya, dan menaruhnya di box bayi. Ia kembali turun kelantai satu. Atas permintaan Nyonya Amel.
"Adel, perkenalkan ini Grandma," ucap Nyonya Amel memperkenalkan Grandma.
"Dan Grandma ini Adel" Nyonya Amel melirik Adel.
Mereka berdua berjabat tangan, Adel mencium punggung tangan Ama. Grandma sangat kagum padanya. Grandma mengusap pucuk kepala Adel. Dia sangat terharu dengan sikap Grandma padanya. Matanya berkaca kaca.
"Hei kau menangis?" tanya Ama, yang mengetahui perubahan raut wajah Adel.
"Tidak grandma, Adel hanya terharu," ucapnya.
"Panggil aku Ama, seperti Henry," ucap Grandma.
"Tapii Gran.." Adel terdiam, ia merasa semakin terharu. Ia tak kuasa menahan air matanya. Keluarga ini menerimanya, layaknya anggota keluarga. Padahal ia sadar akan posisinya, hanya sebagai pengasuh El. Tak ada hubungan apapun selain itu.
"I-iya Ama," ucap Adel, ia menghapus air matanya dengan punggung tangannya.
"Apa aku membuatmu sedih?" tanya Grandma.
Adel hanya menggelengkan kepalanya pelan. Ia tak ingin banyak bicara, atau airmatanya akan semakin tumpah. Nyonya Amel merangkul bahu Adel, ia berusaha menenangkan Adel.
"Apa kau tak malu dengan Ansel hah?" tanya Nyonya Amel.
"I-iya Nyonya," jawab Adel.
"Kau memanggilnya Nyonya?" tanya Grandma.
"Tentu saja Mam, apa dia juga harus memanggilku Mommy?" Nyonya Amel mengernyit.
"Yah, itu lebih baik," jawab Grandma. Nyonya Amel membelalakkan matanya, ia tak habis pikir dengan tingah ibu mertuanya ini.
"Maaf Ama, itu terlihat tidak sopan," jawab Adel.
"Terserah kalian saja, lalu dimana cicitku itu?"
"Maaf Ama, baby El sedang tidur dikamarnya," ucap Adel.
"Baiklah, aku akan kesana untuk melihatnya," Ama hendak berdiri.
"Mari saya antarkan Ama," ucap Adel.
Adel memapah Ama, mereka menaiki lift di bagian samping mansion. Yang terhubung langsung kelantai dua, tepatnya disamping kamar El.
TBC
Up kedua hari ini, terima kasih yang bersedia mampir dinovelku ini.
Terima kasih atas semua dukungannya.
Jangan lupa like dan komen, serta vote
TERIMA KASIH
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 204 Episodes
Comments
Nurmalina Gn
Arga semoga nanti nya kau tak patah hati
2022-12-26
0
Baiti Sinaga
oooh ama...... 🤗😘
2021-06-27
1
Sulastry Hutabarat
Arga buat Adel saja thor....kalau Adel nggak mau buat aku aja....🤣🤣🤣🤣
2021-04-27
2