Happy reading
💐💐💐💐💐💐
Sepasang mata itu terus mengawasi keakraban Adel dan Baby El. Hingga tak kuasa buliran bening merembas dari kedua sudut matanya. Ia segera menepisnya. Dan melajukan mobil sportnya menjauh dari kediaman.
Pemilik sepasang mata itu adalah Henry, ia melihat mereka melalui layar ponselnya. Dia sudah menyuruh seseorang, untuk memasang kamera pengintai tersembunyi dibeberapa titik.
Kau terlihat sangat bahagia bersama dengan ibu asuhmu El. Kau juga sangat terurus. Aku salah menilainya selama ini.
Setiap hari Henry akan melintasi mansion keluarganya. Dengan mobil yang berganti setiap harinya. Dia rela berputar sangat jauh karena arah kantor dan mansion berlawanan arah dari apartemen yang ditempatinya. Namun itu tak menyurutkan niatnya.
Tuan Besar mengetahuinya. Tetapi ia memilih diam. Sampai dimana pertahanan Henry itu.
Matahari mulai naik dari peraduannya. Adel segera membawa Baby El masuk. "Haii cucu Oma, udah jalan jalanya?" sapa Nyonya Amel. Ia menggendong cucu tampanya.
Baby El hanya bisa tertawa "Kyaaaa kyaaa,"
Adel datang membawa bubur untuk Baby El. MPASI homemade, Rena yang meraciknya sendiri.
"Mammm mammmm," Baby El mengecapkan mulutnya. Seolah mengerti bahwa itu makanan untuknya.
"Iya sayang ayo kita makan," ucap Adel.
"Biarkan Oma yang suapin," Nyonya Amel ingin mengambil alih. Tetapi baru mengangkat sendok, mulut El terkunci rapat.
"Ya ampun, kenapa masih bayi kau sudah menyebalkan?" gerutu Nyonya Amel. Ia tak melanjutkan niatnya. Dan membiarkan Adel yang menyuapi.
"Aaaa buka mulutnya sayangg..." ucap Adel menyodorkan sendor berisi bubur. Dan 'hap' Baby El langsung melahapnya.
"Hahahaaa dia tahu yang menyuapinya sudah keriput," Tuan Abimanyu menertawakan Nyonya Amel.
"Kau ini, bukankah keriputmu lebih banyak?" Nyonya Amel tak mau kalah. Ia mencubit pipi sang suami.
"Ya ya ya kita sudah keriput."
"Kau saja yang keriput Apa." Nyonya Amel mengeraskan cubitanya.
"Ampun Oma, iya aku keriput," Tuan Abimanyu memegangi pipinya yang memerah.
"Lihatlah Oma dan Apamu itu, sudah jelas mereka itu tua," gumam Adel.
"Adelllll kau mengataiku?" Suara Oma memekakkan telinga.
"Mana ada Nyonya? Saya sedang berbicara dengan baby El," Adel membela diri.
"Huuhhh awas kalau kau berani," Oma mendengus kesal.
"Dia itu masih bayi, belum bisa bicara. Jadi kau jangan mengajari cucuku yang tidak tidak," lanjutnya, kemudian ia pergi menuju ruang olahraga.
Nyonya Amel terus menggerutu, sampai ruang olahraga pelatih senamnya sudah menunggu.
"Njel apa kau punya gerakan khusus, supaya wajahku tetap cantik dan tidak keriput?" tanya Nyonya Amel.
Angela (dibaca Anjela) pelatih senamnya mengernyit. Mengapa Oma satu ini tiba tiba membahas masalah keriput.
Heii nenek, kau itu tidak ingat umur? umurmu lebih dari setengah abad. Tetapi masih tak mau mengakuinya.
"Kenapa diam? Apa kerutan diwajahku benar benar terlihat?" tanya nya lagi.
" Ehh tidak Nyah, Anda masih cantik," ucap Anjel. Ia malas bedebat, apalagi mengenai hal yang dianggap tabu bagi wanita.
...----------------...
Sementara itu, dikantor Tuan Abimanyu sedang mengunjungi Henry. Awalnya hanya membahas pekerjaan. Hingga akhirnya beliau mengutarakan keinginannya.
"Son, minggu depan Daddy harus ke tempat Grandma," ucap Tuan Abimanyu.
" Lalu apa hubunganya denganku?" perasaan Henry tidak enak.
"Tolong kau pulanglah kemansion, tak mungkin aku membiarkan El tanpa pengawasan."
"Kan ada pengaruhnya Dad, disana juga ada banyak orang. Termasuk maid dan pengawal," Henry merasa keberatan.
"Kau belum mengerti juga maksudku? Jangan pura pura son, Aku tau kau tak sebodoh itu," Tuan Abimanyu mulai kesal.
"Dadd, kau bisa menyuruh Arga atau Alvin. Mereka bisa mengawasi El." Henry masih enggan.
"Mereka punya tanggung jawab yang harus dikerjakan."
"Aku juga punya pekerjaan yang menungguku Dad."
"Yah tapi kamu tak boleh melupakan fakta. Bahwa kau 'ayah kandung' nya. Kau Daddy nya. Dan kau yang lebih memiliki tanggung jawab terhadap El," suara Tuan Abimanyu meninggi. Ia sudah lelah terus berdebat dwngan putra bodohnya.
"Baiklah kalau kau menolaknya, akan kuberikan saja El pada pengasuhnya itu. Biarkan dia membawa pergi El jauh dari hidupmu. Tapi, setelah itu kau bukan anaku lagi." Tuan Abimanyu sedikit mengancam.
"Mana bisa begitu Dad?"
"Kenapa tidak? Kau saja bisa setega itu. Berarti Daddy juga harus bisa. Pikirkan itu, kutunggu kau 2 hari lagi." Tuan Abimanyu meninggalkan ruangan Henry dengan wajah kesal.
"Arrrggghhhhhhh," Henry berteriak frustasi. Semua dokumen sudah tersebar, begitupun meja kerjanya yang berantakan. Arga hanya menggeleng saat memasuki ruangan boss nya.
"Maaf Tuan, ada rapat..." Arga tak sempat melanjutkanya. Karena sudah diserobot Henry.
"Batalkan semuanya hari ini aku harus pergi." ucap Henry.
"Berikan kunci mobilmu," seraya menengadahkan tangan kanannya.
"Tapii..."
"Jangan banyak tanya, ayo cepat berikan," Henry dengan nada membentak. Arga pun memberikan kunci mobilnya. Henry segera keluar ruangan dengan terburu buru.
Ada apa dengan singa buas itu? batin Arga.
Henry melajukan mobil dengan kecepatan tinggi. Ia menuju kepemakaman. Ia membeli mawar pink kesukaan Metta.
"Sayanggg aku bawakan kau bunga kesukaanmu," ucap Henry berlutut didepan makam Metta.
"Kau tahu? Cepat atau lambat ini pasti akan terjadi. Tetapi aku belum siap bertemu dengannya." Henry mengusap nisan dihadapannya.
Henry selalu berkunjung kemakam Metta. Bahkan setelah pemakaman selesai hari itu. Ia hanya tidak ingin diketahui orang lain. Untuk itu ia selalu sendiri mengunjungi Metta nya.
Henry selalu meluapkan keluh kesahnya disana. Terkadang tertawa, bahkan menangis seperti orang gila. Semua itu adalah bentuk cintanya terhadap Metta. Istri yang rela mengorbankan nyawanya, demi melahirkan El.
"Kau tau sayaanggg, dia sekarang sudah pandai mengoceh, pipinya bulat, dan sangat tampan. Kau benar dia lebih tampan dariku." Henry menyunggingkan senyum. Seolah dia sedang berbicara dengan Metta dihadapannya.
"Tapi hatiku selalu sakit melihatnya, Aku tak akan sanggup menatap matanya," tiba tiba wajahnya murung. Mengingat mata El, selalu mengingatkanya dengan Metta.
Setelah puas meluapkan isi hatinya, Henry bergegas pergi. Dia sudah mengambil keputusan. Dia akan pergi kemansion utama.
Diperjalanan hatinya tak tenang. Pikirannya berkecamuk. Apa yang akan dia lakukan? Hah sudah seperti mau pengumuman ujian saja.
Untuk pertama kalinya, semenjak El ada disana. Ia harus benar benar menyiapkan hatinya. Memasang wajah seseram mungkin. Bila perlu berdandan seperti badut. Agar El takut melihatnya.
Dengan begitu El tak akan mau bertemu dengannya lagi. "Hahahaaa ide briliant," ucap Henry pada diri sendiri.
Didepan pintu mansion Henry terdiam. Ia masih dilema akan keputusanya. Masuk atau berbalik?
Henry hendak berbalik, namun terlambat. Nyonya Amel sudah lebih dulu menyadari kehadirannya. Mau tak mau ia harus masuk. Ia terus berjalan dengan perasaan tak karuan.
Semoga tak bertemu dengannya. Semoga dia sedang tidur. Semoga dia membenciku setelah melihatku, gumam Henry.
TBC
Dan untuk dukungan like dan komenya ditunggu ya apalagi vote nya. Supaya authornya semakin bersemangat.
TERIMA KASIH
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 204 Episodes
Comments
Nurmalina Gn
haaaah Cemen banget si henry
2022-12-25
0
ganti nama
sebenarnya g mau kasih jempol di episode ini, coz henry ai bodoh masih dg kebodohannya... tapi g enak sama authornya wkwkwk...
semangat thor...
2021-08-20
0
Nalini Nelly
nyesel km.hnery..krn el akan lbh sayang sm adrl dr pd sm km
2021-03-08
2