Happy Reading
💐💐💐💐💐💐💐
Sementara itu Henry pergi ke kafe yang ada diseberang rumah sakit. Awalnya dia hanya ingin menjauh dari Ansell. Tetapi ia juga memesan makanan untuk mengisi perutnya. Ia melewatkan sarapan paginya, bahkan sekarang sudah hampir makan siang.
Henry sedang memainkan gawainya, sambil menunggu pesanannya datang.
"Henry," sapa seorang wanita, penampilanya seperti model, dengan baju ketat yang memeperlihatkan bentuk tubuhnya.
Henry mendongakkan kepalanya. Ia sedikit melirik pada wanita yang duduk dihadapannya.
"Hmmmm.." Henry hanya berdehem. Ia malas meladeni wanita ini.
"Kau apa kabar? Sudah lama kita tak bertemu," ucap wanita itu, sok arab.
"Seperti yang kau lihat," jawab Henry, tanpa mengalihkan pandanganya dari benda pipih ditangannya.
Kenapa aku harus bertemu wanita belalang macam dia? Lebih baik aku melihat pengasuh El yang menyebalkan itu. Tunggu, kenapa aku malah memikirkan wanita menyebalkan itu. Ucap Henry dalam hati.
Dia tidak pernah berubah, sikapnya yang dingin membuatku semakin penasaran. Metta kau sangat beruntung, bisa dicintai laki laki macam dia. Tampan, gayanya cool, dengan harta berlimpah ruah, layaknya musim pisang yang tak ada habisnya. ~ batin wanita itu.
"Aku harus pergi Han," Henry hendak berdiri, namun tangannya dicekal Hani.
Yah, wanita itu adalah Hani, sahabat Metta, mantan sahabat lebih tepatnya. Dulu Metta dan Hani adalah sahabat baik, namun Hani menjauhi Metta setelah tau ia menikah dengan Henry. Hani memilih menjadi desainer diluar negeri, agar bisa menghindari Metta.
Henry sendiri tak pernah menganggap masalah besar. Selama itu tak menyangkut hidupnya. Meskipun Metta sering mengeluh, ia tak punya teman dekat lain selain Hani.
"Maaf Henry, Ma-maksudku Tuan Henry," Hani ketakutan, mendapatkan tatapan tajam Henry. Seolah ingin menelannya hidul hidup.
"Tolong lepaskan tangan kotormu itu," ucap Henry.
Hani tak menyadari tangannya yang masih mencekal Henry.
"Maaf Tuan, tetapi tangan saya bersih. Bahkan sudah memakai hand sanitizer," ucap Hani. Henry pergi begitu saja, ia tak menghiraukan Hani yang masih mengoceh.
"Silahkan Nona," ucap seorang pelayan, setelah kepergian Henry.
"Tapi saya tidak memesan apapun," elak Hani.
"Tetapi Tuan yang duduk disini yang memesannya, dan ini jumlah yang harus Anda bayarkan," ucap pelayan itu, menyodorkan bill pada Hani.
Sia***, aku hanya duduk disini. Ditinggalkan Henry, dan sekarang harus membayar tagihan ini? Benar benar sial.
Hani terus menggerutu. Bukanya untung malah buntung. Ia pun terpaksa mengeluarkan kartu kreditnya.
Semoga masih cukup, ahhh jatah kesalonku harus hilang, hanya untuk membayar makanan macam ini. Tunggu saja Henry, kau harus menggantinya.
"Silahkan Nona, selamat menikmati," pelayan itu kembali menyerahkan kartu kreditnya.
"Hmmmpt..." kata Hani mendengus, ia sangat kesal. Namun sayang, jika harus melewatkan makanan mahalnya.
Sebenarnya ini buakanlah sesuatu yang wah baginya. Namun karena kondisi keuangannya sat ini, membuatnya harus menghemat sebisa mungkin.
Henry adalah peluang yang sangat bagus, untuk menjadi ladang uangnya. Ia pasti akan mendapatkanya, apapun caranya. Karena ia tak bisa terus menerus hidup seperti ini. Ia akan menggunakan cara liciknya.
Henry kembali kerumah sakit, ia masih kesal karena bertemu Hani.
"Henry," sapa seseorang.
Henry merasa tak asing dengan suara ini. Wanita yang sempat memporak porandakan hidupnya.
Henry tertegun melihat wanita dihadapannya. Bagaimana tidak? Penampilannya jauh berbeda, dengan terakhir kali mereka bertemu. Dulu penampilannya tak jauh dari kata glamour, tetali lihat sekarang. Ia hanya menggunakan dress biru, tas jinjing dan sepatu murahan.
Tak ada perhiasan apapun menempel pada tubuhnya. Hanya cincin yang melingkar dijari manisnya.
"Kau apa kabar?" tanya wanita itu. Henry masih mengamatinya dari ujung kepala, hingga ujung kaki.
"Kau Gaby?" tanya Henry penuh selidik.
"Yah, aku Gaby," jawabnya.
"Bagaimana bisa?" tanya Henry dengan kening berkerut.
"Panjang ceritanya."
"Ayo kita mengobrol diluar saja." Henry mengajaknya keluar rumah sakit. Namun, ia tak kembali kekafe yang tadi. Melainkan yang berada tak jauh disamping rumah sakit.
Henry memarkirkan mobil mewahnya. Walaupun jarak restoran dan rumah sakit hanya 10 menit, Henry tak berniat berjalan kaki.
Ternyata kau sudah sangat berubah sekarang, aku menyesal telah meninggalkanmu.
Mereka berjalan berdampingan, menuju ruang VIP. Namun, semua itu tak lepas dari pengawasan Arga. Dia ingin kembali dari rumah sakit, namun saat memasuki loby, ia tak sengaja melihat Henry mengobrol dengan seseorang.
Arga segera mengikutinya, terlebih Henry pergi dengan mantan kekasihnya. Sebelum pernikahannya dengan Metta. Namun Arga tak bisa terus mengikuti mereka yang masuk ruang VIP restoran.
"Silahkan Tuan, Nona." ucap Arga yang sekarang menyamar menjadi pelayan restoran.
"Silahkan dipilih, ini menunya," ucapnya lagi.
"Aku ingin moccacino creamy late, kau ingin apa?" tanya Henry, melirik Gaby.
"Aku ingin hot geentea," ucap Gaby.
"Ada yang lain Tuan, ini ada menu spesial dari kami," ucap Arga memberi saran. Ia menyodorkan menu makanan dengan olahan seafood. Kesukaan Tuan Henry.
"Yah kau pilihkan saja, menu terbaikmu," ucap Henry datar.
"Baik Tuan, saya akan segera kembali," Arga meninggalkan mereka. Ia menyelipkan alat penyadap di buku menu, yang sengaja ia tinggalkan di sudut ruangan.
Maafkan saya Tuan, saya hanya tak ingin melihat Anda kembali terpuruk untuk kesekian kalinya.
"Bagaimana?" ucap keduanya bersamaan.
"Kau bicaralah dulu," ucap Henry.
"Ku dengar kau sudah menikah. Kau pasti sekarang sangat bahagia," ucap Gaby.
"Yah kau benar, aku sangat bahagia," ucap Henry berbohong.
"Aku turut senang," ucap Gaby dengan wajah masam.
"Kau sendiri? Apakah suami mu sangat mencintaimu sepertiku dulu?" ucap Henry, ia sengaja menyindir.
"Aku tak seberuntung wanitamu, awalnya aku sangat bahagia. Ternyata aku salah memilih suami. Dia sangat kejam padaku, dia selalu menyiksaku," ucap Gaby sendu.
"Dan aku sangat menyesal, karena telah meninggalkan laki laki baik sepertimu," Gaby memasang wajah sesedih mungkin.
Menyesal katamu? Heiii Nona Ular, penyesalanmu sudah terlambat. Dan aku tak akan membiarkan siapapun, mengacaukan hidup Tuan ku~batin Arga.
"Kau tau Hon? Dia selalu menyiksaku, bahkan aku hanya dijadikan budak nafsunya saja."
"Itukan pilihanmu," ucap Henry datar. Jauh dilubuk batinya, ia sangat kasihan melihat wanita yang dulu dicintainya.
"Yah kau benar, aku wanita yang bodoh," Gaby merendah. Itu bukanlah Gaby, namun demi mendapatkan Henry kembali, rasanya tak masalah baginya sedikit menurunkan egonya.
Tetapi sebisa mungkin ia tak boleh goyah. Ia sudah menutup hatinya, setelah kepergian Metta. Ia menyadari, bahwa ia tak boleh mencintai seseorang berlebihan. Karena hatinya sendiri yang akan terluka.
"Lalu apa yang kau lakukan dirumah sakit?" tanya Henry.
"Aku baru saja kehilangan bayiku, aku hanya check up untuk bekas lukaku," ucap Gaby matanya berkaca kaca. Ia memang sangat kehilangan, kehilangan bayi yang bahkan belum sempat lahir kedunia.
*T**BC*
Hari ini up lagi, menggantikan kemaren.
TERUS DUKUNG AUTHOR YAAA READERS
KLIK JEMPOLNYA, KOMEN DAN VOTE
TERIMA KASIH
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 204 Episodes
Comments
Muhardi
mantan nya byk
2023-10-02
0
ganti nama
klo isteri masih hidup tuh dua wanita hani dan gabby bakal disebut pelakor lha ini bininya dah mati apa namanya ya...
wkwkwk
asal komen thor
2021-08-20
0
Mega Sari
bau"nya ada yg mau pdkt nihhh😰😰
2021-04-05
0