💐💐💐💐💐💐
Metta mengusap lembut wajah sang suami. "Sayang, bangunlah!!" ucapnya dengan pelan.
"Sayang," ucapnya lagi.
"Haaaaahhh," Henry tersentak. Jantungnya berdegub sangat cepat. Layaknya pelari maraton. Peluhnya bercucuran. Ia melihat sekeliling, kemudian kearah ranjang pasien.
Bukankah seharusnya aku di apartemen lamaku? Lalu ini? Sepertinya aku masih dirumah sakit. Dan... Metta? Kau bangun? Lalu siapa yang dikuburkan? Apakah aku bermimpi lagi?
Lama Henry terdiam. Ia berusaha mengumpulkan kepingan kepingan puzzle. Tentang semua kejadian yang terus berputar di dalam memorinya.
"Sa-sayang kamu bangun? Aku tidak sedang bermimpi?" Henry masih linglung.
"Awwww... Sakit sayang. Kenapa kau mencubitku?" Henry mengusap lengannya.
"Sakit, 'kan?" Henry hanya menganggukkan kepala.
"Iya ini sungguh cubitan semutmu."
"Berarti kau tidak sedang bermimpi." Metta memutar bola matanya malas.
Henry langsung merengkuh tubuh Metta. Ia mendaratkan banyak ciuman di wajah wanita yang akhir-akhir ini membuatnya ketakutan.
Oh Tuhan terima kasih banyak. Ternyata aku hanya bermimpi. Puji syukur tak terkira. Kau telah mengembalikan dia bersamaku.
Aku sangat takut, tak bisa kubayangkan hidup tanpa dirinya. Dengan seorang bayi yang akan kurawat. Aku sangat takut kehilanganya. batin Henry
"Hei, kenapa kau menangis? Dan dimana bayi kita?" Metta merasa heran dengan tingkah suaminya. Bukankah dia seharusnya bahagia?
"Aku sangat bahagia, kau sudah kembali sayang. Aku sangat takut kau pergi. Aku takut kau meninggalkanku dan bayi kita."
"Aku di sini sayang, aku tak akan kemanapun," ucapnya seraya membelai sang suami.
"Ya, kau harus tetap bersamaku."
"Kau belum menjawab pertanyaanku, Sayang. Dimana baby El?"
"Dia di ruangan bayi. Mungkin sedang tertidur," jelas Henry.
"Maafkan aku sayang," Metta berkaca-kaca. Henry melepas pelukan mereka.
"Kenapa kau meminta maaf, hmm? Kau sudah memberiku segalanya. Aku tak butuh apapun, aku hanya ingin dirimu tetap bersamaku." Henry mengusap air mata istrinya yang turun begitu saja.
"Maafkan aku\, dokter mengatakan aku tak dapat memberikan ASI. Aku tak bisa meny*su* baby El\," ucapnya kembali terisak.
"Hssssttt..." Henry menempelkan telunjuk pada bibir pucat istrinya.
"Kau tak perlu cemas\, kita bisa mencari donor ASI. Atau ibu s*s* untuk baby El."
"Tapi aku merasa bersalah."
"Sudahlah kau jangan pikirkan itu. Semua pasti akan baik-baik saja." Henry terus mengecupi tangan istrinya.
"Kau ingin apa sekarang? Minum? Makan? atau kau butuh sesuatu?" Tanyanya beruntun.
Metta hanya tersenyum, ia belum bisa tertawa lepas. Jahitan di perutnya sangat ngilu bahkan untuk sekedar bersin. Obat biusnya mulai menghilang. Kini ia harus berjuang menahan rasa sakit dan perih.
"Aku tak membutuhkan apapun. Aku hanya ingin melihat baby El."
"Baiklah kau tunggu di sini. Aku sendiri yang akan membawanya kemari."
"iya."
"Kau tunggu sebentar sayang. Aku segera kembali," ucap Henry, ia mengecup kening istrinya sebelum meninggalkannya.
Hatinya sangat bahagia. Pada kenyataannya kejadian buruk itu hanya mimpi. Ia keluar ruangan mendapati Arga dan beberapa pengawal. Mereka semua mengangguk hormat.
"Ada yang perlu saya bantu, Tuan?" ucap Arga. Henry menggelengkan kepalanya.
"Dimana dua orang tua itu?" tanyanya.
"Tuan besar dan Nyonya Amel ada di ruangan baby El tuan," jawab Arga.
"Aku akan menemui baby El. Kau tunggulah di sini." ia melenggang begitu saja. Tanpa medengarkan jawaban Arga.
Henry melangkahkan kakinya menuju ruang baby El dirawat. Tetapi kosong. Mommy dan Daddynya juga tak ada di sana. Ia sedikit kesal karena tak menemukan siapapun disana.
"Dimana baby El?" tanyanya saat bertemu Dokter Alvin.
"Mereka di ruang laktasi, Tuan," jawab Dokter Alvin.
"Ruang laktasi?" Henry mengernyitkan kening dalam, merasa heran dengan jawaban Dokter Alvin.
"Ya, Tuan. Tuan kecil El sangat dehidrasi. Ia terus menangis---" Henry memotong ucapan Dokter Alvin yang belum ia selesaikan
"Untuk apa aku membayar mahal kalian? Apa kalian sudah tidak ingin bekerja, hah?" bentaknya.
Henry sangat marah mendengar baby El dehidrasi. Ia mencengkeram kerah leher dokter Alvin.
"Tu-tuan.." Dokter Alvin kesakitan. Henry mencengkeram dengan sangat kuat.
"Hei, anak bodoh, apa yang kau lakukan?" Tuan Abimanyu membantu Dokter Alvin. Ia mendengar keributan di depan ruang laktasi.
Dokter Alvin bernapas lega. Tuan Abimanyu datang disaat yang tepat.
Hahhhh selamat.... Hampir saja aku kehilangan nyawa. Tuan menyebalkan ini selalu saja, ia tak pernah mendengar penjelasan orang lain. Aku jadi curiga, apakah dia benar-benar anak kandung Tuan Abimanyu atau bukan.
Dokter Alvin terus menggerutu, meragukan Henry yang memiliki sikap sangat berbeda dengan sang ayah.
"Kau ini kenapa? Selalu saja main kasar," ucap Tuan Abimanyu, dia sangat kesal melihat kelakuan putranya yang arogan.
"Dia bilang baby El dehidrasi Dad, apa saja yang dilakukan mereka ini? Kita sudah membayar mahal mereka," Henry tak mau disalahkan.
"Kau pasti hanya tau setengahnya saja, Son. Kau harus mendengarkan penjelasan Alvin sampai selesai."
"I-iya Tuan, maksud saya sekarang sudah bisa ditangani. Tuan kecil El sedang meny*su, Maksud saya ada yang bersedia memberikan ASI." ucap Dokter Alvin tergagap. Ia masih takut, bagaimana tidak singa jantan itu, maksudku Tuan Henry menatapnya dengan tatapan tajam.
"Hmm." Henry hanya bergumam.
"Aku harus pergi melihatnya." Henry pergi begitu saja. Tanpa berniat meminta maaf.
"Maafkan dia, Vin. Kau harus terbiasa dengan sikapnya. Kau tahu maksudku?" Tuan Abimanyu menepuk pelan bahu Dokter Alvin.
Baru saja ku katakan. Mereka bagaikan langit dan bumi. Tapi ya sudahlah sultan mah bebas. ucapnya dalam hati.
Flash Back On
Henry membuka ruang laktasi. Dilihatnya baby El sudah tertidur dalam pelukan seorang wanita. Ia hendak memarahinya, Nyonya Amel yang tau gerakan putranya menarik tanganya. Memberi isyarat agar ia tak berbuat gaduh.
"Biarkan dia tidur," ucap Nyonya Amel.
"Tapi Mom." Henry merasa keberatan.
"Ayo kita keluar."
Baby El sudah tertidur pulas. Adel membaringkan bayi itu dengan hati-hati. Kemudian beranjak dari box bayi. Dan berjalan keluar.
"Nyonya.. Terima kasih karena mengizinkan saya, untuk menenangkan baby El." ucap Adel setelah sampai di luar.
"Saya yang seharusnya berterima kasih, kau sudah sangat membantu kami," ucap Nyonya Amel menyunggingkan senyumnya tulus.
"Iya, saya hanya merasa iba padanya. Kalau begitu saya permisi pulang," ucap Adel.
"Nona, siapa namamu?" mendengar itu, Adel mengurungkan niatnya untuk pergi.
"Nama saya Adellia, Nyonya."
"Baiklah ini untukmu," ucap Nyonya Amel seraya menyodorkan selembar cek.
"Mohon maaf, Nyonya. Saya tak pantas menerimanya, saya hanya ingin membantu. Saya ikhlas melakukannya." Adel menolak pemberianya.
Cih jangan sok polos kau Nona, pasti ada tujuan lain kau melakukannya. Dan aku tak akan tinggal diam.
"Tapi ini untuk---"
Adel memotong ucapan Nyonya Amel. "Sekali lagi saya tegaskan, Nyonya. Saya tulus membantu anda. Dan satu lagi. Meskipun saya miskin tetapi tak semuanya bisa dibeli dengan uang." Setelah mengucapkan itu Adel langsung balik badan. Ia pergi sambil menggerutu.
Huhhh mentang- mentang orang kaya. Seenaknya saja. Sedikit sedikit uang. Apa hanya itu yang ada di dalam pikiran mereka?
Kau memang berbeda Adel. Aku bisa melihat tatapan tulus seorang ibu. Aku bisa merasakan ketulusanmu.
"Untung saja Mommy masih di sini. Kalau tidak, Kau pasti sudah membuat keributan. Ayo lihat Metta, Mommy mau bertemu Metta." Nyonya Amel menarik ujung lengan baju Henry.
"Mom, Metta ingin bertemu baby El."
"Iya, nanti saja. Sekarang biarkan ia tertidur." Nyonya Amel meninggalkan baby El bersama perawat dan dokter anak yang menjaganya.
Flash Back Off
TBC
Terima Kasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 204 Episodes
Comments
Reni Meli
maaf,, bisa stiap ucapan yg dihati/ batin ujung y diksih nama,, biar tau spa yg lagi ngebatin
2022-05-17
1
Nani Kusnandi
itu mimpinya Henry metta meninggsl
2021-06-27
1
Nuri Bhawel
tadi katanya meninggal kok ini hidup gimna yang bener yaaa ceritanya
2021-04-23
1