Benar Benar Pergi

Happy reading...

💐💐💐💐💐💐

Nyonya Amel dan Henry saling membisu, menatap punggung Adel yang semakin mengilang.

"Kau tahu, Son? Baru kali ini Mommy melihat orang yang menolak uang."

"Ah, Mom itu hanya akal-akalan dia saja."

"Tapi dia berbeda, Son."

"Kebanyakan wanita itu menyukai uang, Mom. Mungkin dia sedang bermain tarik ulur untuk meminta lebih."

Henry pergi begitu saja, meninggalkan Mommy Amel yang masih berkutat dengan pikirannya. Ia melanjutkan niatnya untuk membawa Baby El pada Metta.

"Hei, Anak Bodoh, mau kau apakan Baby El?" Nyonya Amel memicingkan matanya.

"Mom, kau jangan lupa, dia ini anaku," jawab Henry santai.

"Kau tahu dia baru saja tertidur. Sedari tadi dia menangis. Jangan kau ganggu dia," Nyonya Amel memelintir telinga Henry.

"Aww ... Ampun, Mom. Kenapa kau suka sekali dengan telingaku? Lagi pula aku sudah jadi Daddy. Apa kata El kalau tahu Omanya galak?" Bukanya melepas Nyonya Amel semakin memelintirnya.

"Kau ini emang sudah jadi Daddy, tapi kelakuanmu masih seperti bayi."

"Mom ... Metta merindukan El," papar Henry, barulah Mommy Amel melepaskan telinga Henry yang terlihat memerah.

"Kalau begitu biar Mommy yang bawa dia."

"Tapi Mom, aku juga ingin menggendongnya."

"Mommy atau tidak sama sekali?"

Henry menghela nafas panjang, dia pasti tidak akan pernah menang melawan ibu negara. "Hah, baiklah," desahnya.

Mereka berjalan beriringan, diikuti dokter anak El yang membawa box bayi. Pengawal yang berjaga membukakan pintu mereka. Di dalam ruangan, Metta nampak tertidur diranjang pasien.

"Biarkan dia istirahat, kau mandilah dan ganti pakaianmu! Biar Mommy disini menjaga mereka," pinta Mommy Amel.

Melihat kondisi metta membaik dan Baby El tertidur pulas, Henry pun mengiyakan perintah ibunya. Ia juga butuh istirahat dan akhirnya memutuskan pulang ke rumah bersama Arga.

Sebenarnya Henry sangat berat meninggalkan mereka, tetapi dia tidak dapat memaksakan diri karena sudah 2 hari ini, dia hanya tertidur untuk waktu yang singkat.

Sampai di rumah, Henry langsung membersihkan diri. Ia sangat bahagia, sebentar lagi rumah ini akan ramai dengan tangisan Baby El. Dikamar mandi Henry terus besenandung.

Selesai dengan ritual mandinya, ia pun terlelap diatas ranjang tanpa memudarkan senyum di wajahnya. Rasanya sudah tidak sabar untuk memboyong istri dan anaknya pulang.

Sementara itu di rumah sakit, setelah kepergian Henry, Metta terbangun. Ia tak mendapati siapa pun di sana. Hanya box bayi, dimana putranya terbaring dengan gemasnya.

Metta memaksa untuk bangun. Nyonya Amel yang baru datang langsung membantunya.

"Shhh ... perih sekali Mom," eluh Metta.

"Kau jangan banyak bergerak dulu, Sayang. Kenapa kau gak tekan tombol darurat?" Nyonya Amel mengomeli menantunya yang memaksakan diri.

"Maaf, Mom. Aku hanya ingin melihat Baby El," elak Metta membela diri.

"Biar Mommy bantu." Nyonya Amel segera memindahkan Baby El. Ia menaruhnya dalam dekapan Metta.

"Hai, Sayang ... maafkan Mommy ya," bisiknya seraya mengecup wajah putranya.

Baby El yang merasa terusik menangis. Metta panik, ia berusaha menenangkan Baby El dengan menahan sakit bekas luka sayatan.

Saat bersamaan, suster yang baru saja masuk segera mengambil alih Baby El. Membawanya keluar ruang perawatan untuk menenangkanya.

Nyonya Amel pun ikut panik, tatkala melihat bercak darah di baju Metta. Ditambah menantunya semakin kesakitan. Wanita paruh baya itu memutuskan untuk memanggil dokter.

Dokter Alvin masuk dengan tergesa, diikuti dokter anestesi yang hendak memeriksa kondisi Metta dan beberapa perawat. Mereka segera bertindak dan meminta Nyonya Amel menunggu di luar.

Nyonya Amel menghubungi Tuan Abimanyu. Di sana Tuan Abimanyu sedang memimpin rapat, beliau yang menggantikan Henry selama kondisi Metta belum membaik. Nyonya Amel pun menghubungi Arga supaya menjemput Henry.

Di mansion Henry masih tertidur, ia kembali bermimpi tentang Metta. Didalam mimpinya Metta dan dirinya, memakai pakaian serba putih. Metta meninggalkan Henry yang memeluk Baby El. Kali ini ia tak sehisteris mimpinya yang lalu. Metta terus melambaikan tangannya. Hingga bayanganya ditelan cahaya putih menyilaukan.

"Sayanggg ...." Henry terlonjak. Ia bangun dalam posisi duduk. Diluar kamar Arga masih mengetuk pintu.

"Haish, siapa yang berani mengganggu tidurku?" gerutu Henry. Dia segera bangun dan membukakan pintu, tampaklah Arga dengan wajah panik.

"Heu ada apa denganmu? Kenapa wajahmu jelek sekali hahaha ...."

Astaga, Tuan masih sempat kau menertawai wajahku. Kau harus tau beritanya dulu. Aku yakin kau tak akan bisa tertawa.

"Emm ... itu ...."

"Amm ... emm ... ada apa cepat katakan," sentak Henry tak sabar menunggu.

"Anda harus kerumah sakit sekarang ...."

"Baiklah tunggu sebentar!" Tanpa menunggu Arga menyelesaikan kalimatnya, Henry sudah pergi bersiap-siap.

Beberapa menit berlalu, kini mereka sudah berada didalam mobil.

"Kau ini kenapa lelet sekali, hah? Biar aku yang menyetir." Tak ingin berdebat Arga bertukar posisi. Kini Henry yang mengemudikan mobilnya. Ia seperti pembalap profesional. Salip kanan, salip kiri, gas poll.

*Tuhan, jangan dulu kau ambil nyawaku. Aku masih ingin menikah, masih ingin membahagiakan keluargaku, masih ini berkeliling dunia. A*h, bagaimana dengan cicilqn mobilku?

Jarak yang biasa mereka tempuh dalam 45 menit. Karena Henry yang menyetir menjadi 25 menit.

Arga masih mengatur naasnya. Sementara Henry sudah tak terlihat lagi batang hidungnya. Pikiran Henry kacau, hanya kondisi Metta yang terus membayanginya.

Bugh!

Dua orang bertabrakan dan terhuyung, bahkan orang yang Henry tabrak hampir saja terjatuh.

"Hei, di mana matamu, hah! Apa kau gak melihat jalan?" Henry memaki seorang wanita yang berusaha menahan sang ibu.

"Tuan, kau saja yang jalan tidak hati-hati. Masih menyalahkan orang lain? Kami sudah berada di pinggiran koridor," bela wanita itu.

"Ah, sudahlah!" Henry berlalu begitu saja, tanpa ada niat meminta maaf.

"Dasar menyebalkan, dia yang salah tapi menyalahkan orang lain, dasar arogan, gak berperasaan. Awas saja, hidupnya tidak akan bahagia," Adel memaki laki-laki yang hampir membuatnya celaka.

"Sudahlah, Nak. Ibu gak apa-apa, kok. Ayo kita keruangan dokter. Sebentar lagi jam prakteknya habis," bujuk ibu paruh baya yang bersama wanita itu.

Henry tiba di depan ruangan Metta, peluh bercucuran karena ia berjalan seperti orang berlari.

"Mom, apa yang terjadi? Bukankah tadi baik-baik saja," tanya Henry.

"Maafkan Mommy, Son, tadi Mommy ke toilet sebentar, dan bla bla bla ...." Mommy pun menceritakan semuanya. sampai terakhir ia melihat bercak darah di baju Metta.

"Kenapa kau keras kepala sekali, Sayang?" Henry menyugar rambutnya kebelakang.

Tak lama Tuan Abimanyu datang bersama Arga. Nyonya Amel merasa bersalah karena meninggalkan Metta. Ia terus saja menangis dalam pelukan suaminya.

Mereka menunggu sangat lama. Hingga 1 jam, dokter Alvin beserta timnya keluar dengan wajah masam.

Henry segera menerobos masuk. Ia melihat Metta sudah ditutupi kain putih. Henry malah tersenyum.

"Sayang, bercandamu kelewatan," ucapanya. Ia mengira Metta hanya tertidur.

"Sayang," panggil Henry lagi.

Hening.

Tidak ada jawaban.

"Kau jangan membuatku takut."

Henry mengguncang tubuh Metta. Merasa dipermainkan, ia membuka penutup kain itu. Wajah metta sangat pucat. Bahkan alat medis sudah dilepaskan.

"Nggak mungkin! ini pasti mimpi. Yah, aku pasti sedang bermimpi."

Henry kembali keluar. Nyonya Amel tak sadarkan diri. Tuan Besar bersimpuh memeluk tubuh istrinya. Arga dan semua pengawal menundukkan kepala.

"Alvin, ini pasti mimpikan, katakan padaku! Ini semua hanya mimpi. Coba kau bangunkan aku!" Henry terus mengguncang lengan Dokter Alvin membuat semua orang yang melihat merasa iba.

"Henry dengarkan aku, dia sudah benar-benar pergi!" lirih dokter Alvin memegang kedua bahu bos sekaligus sahabatnya.

Henry beralih ke Tuan Abimanyu. "Dad, bilang padaku, apa yang dikatan Alvin bohong. Dia sedang menipuku."

"Son, dia memang sudah pergi," ujar Tuan Besar memeluk putranya.

Arga berusaha memapah Henry. Membawanya duduk dikursi tunggu. Air mata tampak berderai dari kedua sudut matanya.

"Henry tolong dengarkan aku, dia mengalami robekan pada jahitan pasca caesar, hal itu menyebabkan pendarahan hebat pada rahimnya. Terlebih hb-nya sangat rendah dan ..." Dokter Alvin menghela nafas panjang.

"Dan gangguan ginjal yang dialaminya, memperburuk keadaanya. Kami sudah melakukan semua yang terbaik, tapi Tuhan berkehendak lain."

Henry masih terus berfikir. Kilas balik pada kepingan puzzle yang dialaminya. Mimpi-mimpinya selama ini adalah pertanda. Metta akhirnya pergi. Benar-benar pergi dari hidupnya.

Yang Henry sesalkan, mengapa baru sekarang dia mengetauhinya. Mengetahui penyakit ginjal yang dideritanya. Semua sudah terlambat. Metta pergi bersama kesakitan yang ia rasakan.

***

Henry masih berlutut. Punggungnya semakin bergetar karena tangisnya. Nyonya Amel sudah dibawa keruanganya. Tuan Abimanyu mendekati putra semata wayangnya.

Ia menepuk punggung Henry. Tak ada sepatah katapun keluar dari mulutnya. Ia memapah Henry, mendekatkanya dihadapan Metta yang sudah terpejam untuk selamanya.

"Mettaa .... Sayangg ...." Henry terus meraung. Membawa tubuh pucat itu dalam dekapanya.

"Aku benci kamu ... aku sangat membecimu .... Kenapa kau meninggalkanku? Ajak aku bersamamu sayang."

"Kamu tidak boleh seperti ini terus. Kamu harus terus hidup untuk baby El."

"Baby El?" tanyanya. Henry menghentikan tangisnya. Ia melepas pelukanya, berdiri tegap, dan air matanya berhenti mengalir.

"Yah, Baby El putramu, anak kalian," ucap Abimanyu.

"Putraku? Hahaha ...." Henry tertawa sangat keras. Namun terdengar kesedihan didalamnya.

Semua orang mengernyit heran. Mereka saling melempar pandangan.

"Aku harus melihatnya," gumam Henry.

"Ya aku antar kau ke sana," pinta Tuan Abimanyu. Ia memberikan kode kepada Dokter Alvin dan teamnya untuk melaksanakan tugasnya kemudian bergegas mengikuti Henry.

Tuan Abimanyu terus mengikuti Henry. Mereka berhenti diruangan khusus bayi. Disanalah baby El. Ia sedang menyusu dibantu susternya. Melihat kedatangan Henry dua orang suster sedikit membungkuk.

"Ini dia baby El."

"Yah, karena kau istriku meninggalkanku. Seharusnya kau tidak perlu lahir ke dunia ini," maki Henry dengan suara menggelegar. Baby El yang hendak tertidur terbangun, menangis ketakutan.

Tuan Abimanyu membelalak. Ia tak menyangka dengan tindakan bodoh putra semata wayangnya. Suster pun ketakutan, mereka berusaha menenangkan baby El.

Tanpa pikir panjang Tuan Abimanyu menyeret Henry keluar. Henry hanya menurut saja. Ia tetap diam, mengikuti daddynya.

Setelah menjauh dari ruang bayi. Tuan Abimanyu menghempaskan tangan Henry secara kasar. Ia sungguh marah dengan tindakan Henry.

"Apa kamu sudah gila, hah!" bentak Tuan Abimanyu.

"Apa kamu mau membunuh putramu juga? Dia itu darah dagingmu. Hasil perbuatanmu." Henry masih tak bergeming ditempatnya.

"Tolong jangan seperti ini, Son. Bukan hanya kamu yang kehilangan. Daddy, Mommy semua orang pun merasa kehilangan. Terlebih Baby El. Dia sangat membutuhkan kasih sayang seorang ibu," jelas Tuan Abimanyu. Ia sudah menguasai emosinya.

"Dia butuh kamu, Daddy-nya. Pikirkan itu baik-baik." Tuan Abimanyu menepuk bahu putranya. Kemudian berlalu dari sana.

"Aarghh ...." Henry hanya bisa meluapkanya pada benda disekitarnya. Guci mahal dilorong rumah sakit hancur seketika. Ia mengusap wajahnya kasar. Matanya terlihat memerah. Namun tak ada air mata.

Henry menatap wajah pucat istri tercintanya. Tatapannya kosong, tak ada air mata. Hanya ada kabut duka disana. Ia pun ikut mengebumikan sang istri sebagai bentuk rasa sayangnya.

Semua kerabat dan kolega berangsur meninggalkan pemakaman. Namun Henry masih terus mengusap nisan sang istri. "METTA PARAMESWARI". Nama yang tertera diatas nisan.

Rintik hujan perlahan membasahi tubuh tampan Henry. Mommy dan Daddy nya sudah lelah untuk membujuknya. Namun Henry enggan beranjak dari sana.

Hingga kini tinggallah Henry seorang. Air matanya kembali turun bersama derasnya air hujan.

"Sayang ... aku menyesal bertemu denganmu. Jika akhirnya kau meninggalkanku. Aku menyesal pernah mencintaimu. Jika cintaku telah terkubur bersamamu, tetapi nyawaku masih ada disini. Maafkan aku sayanf!"

"Aku gak mungkin bisa menepati janjiku padamu. Aku gak sanggup melihatnya. Melihat Baby El, selalu mengingatkanmu padamu. Tatapan matanya sama seperti saat kau menatapku. Aku sakit, sangat sakit." Henry terus meluapkan isi hatinya. Ia memegangi dadanya, memukul dengan keras. Seolah dengan begitu beban hidupnya akan segera menghilang.

. Hb\= hemoglobin, protein yang berada di dalam sel darah merah. Protein inilah yang membuat darah berwarna merah. Dalam kadar yang normal, hemoglobin memiliki banyak fungsi bagi tubuh. 

.

.

TBC

MOHON DUKUNGAN LIKE VOTE DAN COMEN YA READERS

TERIMA KASIH

Terpopuler

Comments

Andras 28

Andras 28

ahhh nyesek banget bacanya

2022-03-11

1

Titien Sugicharto

Titien Sugicharto

Td katanya jenasah sdh di semayamkan kok masih icu?

2021-05-21

1

👩 [ nia ]

👩 [ nia ]

mski dri awall trllu muter2 blm faham tpi d.bab ini bru faham🤗

2021-04-25

1

lihat semua
Episodes
1 Welcome baby El
2 Hanya Mimpi
3 Tak Tega Melihatnya Menderita
4 Takut Kehilangan
5 Benar Benar Pergi
6 Danau
7 Kondisi El menurun
8 Surat Perjanjian
9 Kesepakatan
10 Welcome Home Baby El
11 Dilema
12 Tinggal di Mansion
13 Gamang
14 Panik
15 Peduli?
16 Bertemu mantan
17 Wanita menyebalkan
18 Mengenang
19 Keluarga
20 Taman
21 Makan malam
22 burung berkicau
23 Jalan jalan
24 kejadian tak terduga
25 Mall
26 Marah
27 El hilang?
28 El hilang 2
29 menggemaskan
30 Flash back
31 Hantu
32 Balkon kamar
33 Murung
34 kesedihan Adel
35 Kesedihan Adel Part 2
36 Kabar Duka
37 El Mandi Lumpur
38 Persiapan Ulang Tahun
39 Sundal Jepit
40 Happy Birth Day
41 Birth Day Party
42 Gara-gara Heels
43 Kehebohan di Kantor
44 Nomor Tak Dikenal
45 Jangan Gegabah!
46 Eyang
47 Rindu El
48 El Sayang, Elku Malang
49 Lelah
50 Mommy El
51 Arga Dirgantara
52 Kakak
53 Red Velvet
54 Bertahanlah!
55 Pantai
56 Pantai Part 2
57 Pantai Part 3
58 Hari Kedua Berlibur
59 Surat
60 Surat
61 Isi Surat Rey
62 Bandara
63 Mengunjungi Ibu
64 Terlambat bangun
65 Lampu Merah
66 Salah sasaran
67 Dasar bodoh!!!!
68 Balon
69 Sekilas tentang Metta
70 Wanita Ular
71 Diculik
72 Apa yang terjadi?
73 Edo
74 Malaikat Penyelamat
75 Aku akan melakukan apapun
76 Mengantarkan El
77 Bersedia Menggantikannya
78 Badut
79 Tak Sesuai
80 Cerdas
81 Rapat
82 Rapat Semakin Memanas
83 Pertunangan
84 Sakit tak berdarah
85 Gadis Kecil
86 Ada Masalah Apa?
87 Jangan Tinggalkan Mami
88 investor
89 Rindu El
90 Pergi berlibur
91 Nonton Film
92 Rumah sakit
93 Maaf
94 El siuman
95 Dasar Daddy Menyebalkan
96 Dimana dia sekarang?
97 Aku tak bersedia
98 Kotak Beludru
99 Bagaimana keadaanya?
100 Episode #100
101 Keceriaan El
102 Merasa sakit
103 Seperti Daddy Mu
104 Menyerah
105 Acara penting?
106 Bukan mimpi
107 Gak Mungkin Gak Mau
108 pengumuman
109 TS
110 TS-2
111 S2 Bab 1
112 S2 Bab 2
113 S2-2
114 S2-3
115 S2-4
116 S2-5
117 S2-6
118 S2-7
119 S2-8
120 S2-9
121 S2-10
122 S2-11
123 S2-12
124 S2-13
125 S2-14
126 S2-15
127 S2-16
128 S2-17
129 S2-18
130 S2-19
131 S2-20
132 S2-21
133 S2-22
134 S2-23
135 S2-24
136 S2-25
137 S2-26
138 S2-27
139 S2-28
140 S2-29
141 S2-30
142 S2-31
143 S2-32
144 S2-33
145 S2-34
146 S2-35
147 S2-36
148 S2-37
149 S2-38
150 S2-39
151 S2-40
152 S2-41
153 S2-42
154 S2-43
155 S2-44
156 S2-45
157 S2-46
158 S2-47
159 S2-48
160 S2-49
161 S2-50
162 S2-51
163 S2-52
164 S2-53
165 S2-54
166 S2-55
167 S2-56
168 S2-57
169 S2-58
170 S2-59
171 S2-60
172 S2-61
173 S2-62
174 S2-63
175 S2-64
176 S2-65
177 S2-66
178 S2-67
179 S2-68
180 S2-69
181 S2-70
182 S2-71
183 S2-72
184 S2-73
185 S2-74
186 S2-75
187 S2-76
188 S2-77
189 S2-78
190 S2-79
191 S2-80
192 Extra part
193 Extra part 2
194 Extra part 3
195 Etra part 4
196 Extra part 5
197 Extra part 6
198 Extra Part 7
199 Extra Part 8
200 Ada apa dengan El?
201 Novel Lanjutan (Sequel)
202 Novel Baru
203 SWEETEST MISTAKE WITH CEO
204 My Sweet Enemy
Episodes

Updated 204 Episodes

1
Welcome baby El
2
Hanya Mimpi
3
Tak Tega Melihatnya Menderita
4
Takut Kehilangan
5
Benar Benar Pergi
6
Danau
7
Kondisi El menurun
8
Surat Perjanjian
9
Kesepakatan
10
Welcome Home Baby El
11
Dilema
12
Tinggal di Mansion
13
Gamang
14
Panik
15
Peduli?
16
Bertemu mantan
17
Wanita menyebalkan
18
Mengenang
19
Keluarga
20
Taman
21
Makan malam
22
burung berkicau
23
Jalan jalan
24
kejadian tak terduga
25
Mall
26
Marah
27
El hilang?
28
El hilang 2
29
menggemaskan
30
Flash back
31
Hantu
32
Balkon kamar
33
Murung
34
kesedihan Adel
35
Kesedihan Adel Part 2
36
Kabar Duka
37
El Mandi Lumpur
38
Persiapan Ulang Tahun
39
Sundal Jepit
40
Happy Birth Day
41
Birth Day Party
42
Gara-gara Heels
43
Kehebohan di Kantor
44
Nomor Tak Dikenal
45
Jangan Gegabah!
46
Eyang
47
Rindu El
48
El Sayang, Elku Malang
49
Lelah
50
Mommy El
51
Arga Dirgantara
52
Kakak
53
Red Velvet
54
Bertahanlah!
55
Pantai
56
Pantai Part 2
57
Pantai Part 3
58
Hari Kedua Berlibur
59
Surat
60
Surat
61
Isi Surat Rey
62
Bandara
63
Mengunjungi Ibu
64
Terlambat bangun
65
Lampu Merah
66
Salah sasaran
67
Dasar bodoh!!!!
68
Balon
69
Sekilas tentang Metta
70
Wanita Ular
71
Diculik
72
Apa yang terjadi?
73
Edo
74
Malaikat Penyelamat
75
Aku akan melakukan apapun
76
Mengantarkan El
77
Bersedia Menggantikannya
78
Badut
79
Tak Sesuai
80
Cerdas
81
Rapat
82
Rapat Semakin Memanas
83
Pertunangan
84
Sakit tak berdarah
85
Gadis Kecil
86
Ada Masalah Apa?
87
Jangan Tinggalkan Mami
88
investor
89
Rindu El
90
Pergi berlibur
91
Nonton Film
92
Rumah sakit
93
Maaf
94
El siuman
95
Dasar Daddy Menyebalkan
96
Dimana dia sekarang?
97
Aku tak bersedia
98
Kotak Beludru
99
Bagaimana keadaanya?
100
Episode #100
101
Keceriaan El
102
Merasa sakit
103
Seperti Daddy Mu
104
Menyerah
105
Acara penting?
106
Bukan mimpi
107
Gak Mungkin Gak Mau
108
pengumuman
109
TS
110
TS-2
111
S2 Bab 1
112
S2 Bab 2
113
S2-2
114
S2-3
115
S2-4
116
S2-5
117
S2-6
118
S2-7
119
S2-8
120
S2-9
121
S2-10
122
S2-11
123
S2-12
124
S2-13
125
S2-14
126
S2-15
127
S2-16
128
S2-17
129
S2-18
130
S2-19
131
S2-20
132
S2-21
133
S2-22
134
S2-23
135
S2-24
136
S2-25
137
S2-26
138
S2-27
139
S2-28
140
S2-29
141
S2-30
142
S2-31
143
S2-32
144
S2-33
145
S2-34
146
S2-35
147
S2-36
148
S2-37
149
S2-38
150
S2-39
151
S2-40
152
S2-41
153
S2-42
154
S2-43
155
S2-44
156
S2-45
157
S2-46
158
S2-47
159
S2-48
160
S2-49
161
S2-50
162
S2-51
163
S2-52
164
S2-53
165
S2-54
166
S2-55
167
S2-56
168
S2-57
169
S2-58
170
S2-59
171
S2-60
172
S2-61
173
S2-62
174
S2-63
175
S2-64
176
S2-65
177
S2-66
178
S2-67
179
S2-68
180
S2-69
181
S2-70
182
S2-71
183
S2-72
184
S2-73
185
S2-74
186
S2-75
187
S2-76
188
S2-77
189
S2-78
190
S2-79
191
S2-80
192
Extra part
193
Extra part 2
194
Extra part 3
195
Etra part 4
196
Extra part 5
197
Extra part 6
198
Extra Part 7
199
Extra Part 8
200
Ada apa dengan El?
201
Novel Lanjutan (Sequel)
202
Novel Baru
203
SWEETEST MISTAKE WITH CEO
204
My Sweet Enemy

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!