Xun Zhi yang sedang beristirahat atas perjalanan panjangnya langsung tertidur di kasur bulu yang beralaskan kain putih. Ia terus berguling-guling di kasur itu hingga akhirnya tertidur lelap.
Di dalam tidurnya Xun Zhi memimpikan suatu kejadian dirinya yang sangat lampau yaitu sat dia masih seorang manusia bernama Zhi Guang sebelum dirinya menjadi Dewa Perang.
Ia yang dulu sebagai pendekar biasa yang menguasai ilmu tombak, gemar akan ilmu beladiri dan juga ilmu-ilmu kultivasi.
Namun kejadian pahit dalam hidupnya pun terjadi dimana disaat ibu dan juga ayahnya dibunuh oleh para prajurit yang menginfasi saat peperangan yang terjadi di antara dua Kerajaan.
Tentu saja atas kejadian itu membuat Zhi Guang murka, akhirnya dia sebatang kara dengan hati yang penuh akan dendam kepada para prajurit serta raja yang telah memerintahkan prajurit yang membunuh kedua orangtua nya.
Berpuluh-puluh tahun dia belajar sambil terus berjalan, bertualang mencari ilmu kesaktian. Lambat laun Namanya pun mulai terkenal setelah berhasil mengalahkan beberapa bandit-bandit yang meeajalela.
Setelah itu Ia mencari ilmu yang bisa membuat manusia menjadi dewa. Dan pada saat itu pula Zhi Guang selalu berperang membunuh semua manusia yang akan gila perang untuk mencari informasi akan ilmu yang bisa membuat menjadikan nya dewa.
Hingga sampai tak terhitung jumlahnya prajurit-prajurit dan juga pendekar yang Ia bunuh dan juga banyaknya pusaka yang dia dapat. Akan tetapi tetap saja dia tak pernah mendapatkan petunjuk apapun tentang ilmu yang menjadikannya Dewa.
Lalu pada suatu hari saat dia akan menuju ajalnya. Dia berjalan menuju sebuah gunung terbesar di daratan bumi di benua yang dikenal sebagai nama Xun Tong.
Dia berjalan menuju puncak gunung yang terdapat sebuah kuil. Walaupun hujan deras dan petir yang sangat dasyat menyambar kemana-mana Zhi Guang terus melangkah.
Walaupun sambil tertatih-tatih dan tombak yang dia pegang dijadikan tongkat untuk ia berjalan. Tak lama ia sampai di puncak gunung itu. Terlihat ada sebuah bangunan Kuil besar didepannya.
Zhi Guang berjalan mendekati kuil itu dan masuk kedalamnya namun badannya yang sudah tua tak mampu untuk berdiri lagi dan akhirnya tersungkur di depan patung buddha yang besar. Dengan bajunya yang basah kuyup juga dipenuhi oleh darah dan berkata.
"Wahai buddha akankah aku menemukan ilmu yang membuatku menjadi dewa dan membuat dunia ini menjadi damai?"
Namun yang terdengar hanya suara gemuruh petir, hujan disertai angin kencang. hingga pada akhirnya dia tak bisa menahan kesadarannya kembali lalu pingsan.
Xun Zhi terbangun dari tidurnya karena mendengar suara ketukan pintu kamarnya.
~tok tok~
"Xun Zhi cepat keluar waktunya kita makan malam."
Ucap Ru Long yang mengetuk pintu.
"Baiklah aku segera datang." Jawab Xun Zhi bersamaan bangun dari tempat tidurnya.
Lalu Ia membukakan pintu. Dia melihat dengan matanya yang masih tertutup kearah Ru Long.
"Ayo Xun Zhi aku akan mengantarmu ke ruang makan sekarang."
Xun Zhi menggisik mata dan setelah sadar sepenuhnya dia mengikuti Ru Long yang sudah berjalan yang sudah cukup berjarak.
Di sepanjang jalan menuju ruangan makan, Xun Zhi terus memikirkan mimpi yang baru saja dia alami.
"Setelah tiga ratus tahun lamanya, bagaiamana baru sekarang aku memimpikan kembali kejadian kelam itu. (dalam hati)."
Hatinya sekarang cukup gelisah, kejadian kelam yang ingin dia lupakan sekarang mengapa harus teringat kembali. Sambil memikirkan impian itu Xun Zhi dan Ru Long terus menyusuri koridor asrama dan melewati kamar-kamar sebelah kiri dan kanannya. Menuruni tanggal menuju dasar bangunan ini.
Dan tepat di bagian barat gedung akhirnya telah sampai di ruang makan. Tempat yang luas dan sangat besar tempatnya. meja dan kursi makan yang panjang di sediap barisnya. Banyak orang yang mengantri mengambil makanan masing-masing yang berkonsep seperti prasmanan.
"Ini adalah ruang makan para murid. Jadwal makan para siswa di atur dimulai dari pagi siang dan malam."
Xun Zhi mengangguk menandakan dia mengerti apa yang sedang Ru Long terangkan padanya.
"Baiklah kalau begitu kamu silahkan mengambil makan. Aku akan kembali ke tempatku."
"Terima kasih Master Ru Long."
Xun Zhi membungkuk memberi hormat. Ru Long pun pergi dan Xun Zhi berjalan dan ikut mengantri mengambil sarapan pagi.
Perut Xun Zhi sudah keroncongan, matanya begitu berbinar-binar melihat semua lauk di atas meja seperti menemukan sebuah harta karun yang sangat menakjubkan untuk nya.
"Makanan disini terlihat sangat-sangat enak. Aku akan mengambil semuanya."
Saat setelah sudah gilirannya, Xun Zhi dengan tidak ada rasa malunya mengambil makanan dimulai dari satu mangkuk besar nasi kemudian kambing bakar, sop sapi, telur rebus, tumis berbagai macam sayuran, berbagai olahan ikan , dan semua buah-buahan satu per satu dia ambil.
Satu nampan besar dia bawa lalu dia duduk dan taruh diatas meja makan. Nampan makanan nya begitu menggunung. murid-murid lainnya yang ada di sana melihat ke arah Xun Zhi dengan penasaran.
Bagaiamana tidak penasaran, porsi makanan yang di ambil Xun Zhi bisa dimakan oleh sepuluh orang dewasa. Xun Zhi yang merasakan tatapan sekitar berpusat ke dirinya pun melirik ke semuanya.
"Apakah begitu mengherankannya yah jika aku mengambil banyak makana begini."
Ucapnya dengan nada pelan.
"Yah terserah lah."
Xun Zhi begitu acuh dan mengabaikan pandangan mereka dan mulai memakan makanan yang dia ambil.
"Apa-apaan ini. Daging kambing ini begitu empuk dan lezat, daging sapi ini pun, ikan ini pun sangat menyerap sampai ke dalam daging ikannya."
Xun Zhi menyantap makanan nya dengan penuh kebahagiaan.
Tapi id saat sudah setengah selesai Xun Zhi menikmati makanannya, ada tiga orang laki-laki berjalan menghampiri ke arah meja Xun Zhi dengan penuh gaya yang sombong.
Lalu salah satu dari mereka duduk di depan Xun Zhi, bisa di katakan dia pemimpin dari kelompok ini.
"Woi bocah."
Dengan nada sombong memanggil Xun Zhi. Xun Zhi masih melanjutkan makannya dan cuek terhadap lelaki yanga da di depannya saat ini.
"Woi bocah! Apa kau tuli!"
Ucapnya begitu di barengi dengan menggebrak meja yang sangat keras sampai nampan makan Xun Zhi pun terangkat.
Terhenti suapan Xun Zhi lalu melihat ke arah lelaki di depannya.
"Kau bicara padaku?"
Wajah lelaki itu pun memerah, dia seperti di remehkan oleh Xun Zhi saat ini.
"Tentu saja bocah! Jika bukan kau siapa lagi!"
"Oh...."
Xun Zhi meletakkan mangkuk nasi serta sumpitnya.
"Jadi siapa kamu? Dan ada keperluan apa denganku?"
Tanya Xun Zhi dengan sopan.
"Hoy bocah miskin! Apa kau tidak diajari oleh orangtuamu tata cara makan. Cara makanmu membuatku jijik! Siapa namamu !?"
Dengan nada tinggi nan lantang pria di depan Xun Zhi membentak.
"Maafkan aku jika tidak sopan? Tapi memangnya siapa kamu ?"
Ucap Xun Zhi kepada laki-laki di depannya. Pria ya g berdiri di samping kanan pun dengan mata melotot berkata dengan tegas.
"Hey kamu tidak kenal siapa dia. Dia adalah tuan muda Xu Yulan, dari keluarga Xu. Keluarga Xu adalah salah satu berkuasa dari empat keluarga di kerajaan ini."
"Ternyata seorang bangsawan. Pantas saja tingkahnya begitu sombong (dalam hati Xun Zhi)"
Xun Zhi pun merengut dan mengambil kembali sumpit serta mangkuk nasinya dan berkata.
"Oh...! Memangnya aku peduli, kalian hanya mengganggu makan pagi ku saja."
"Brengsek kamu bocah kuberi pelajaran kau ...!"
Xu Yulan langsung mengarahkan pukulan keras ke arah wajah Xun Zhi, namun Xun Zhi bisa melihat pergerakan pukulannya itu dan dengan santai nya mengelak sambil memegang mangkok dan sumpit makannya.
"Gerakannya begitu lambat. (dalam hati Xun Zhi)"
tak lama serangan datang lagi dari Xu Yulan dan dua anak buahnya yang ikut menendang ke arah wajahnya.
Akan tetapi Xun Zhi melompat dari tempat duduknya dan tidak lupa akan mangkuk dan sumpit yang melekat ia pegang. Dan akhirnya Xu Yulan tak bisa mengendalikan amarahnya lagi.
Xu Yulan langsung menghunuskan pedangnya kemudian menebaskannya ke arah leher Xun Zhi. Akan tetapi sesaat akan mencapai leher Xun Zhi. Ia dengan sigap mencapit ujung pedang Xu Yulan dengan menggunakan sumpit yang ia pegang di tangan kanannya dan melemparkan mangkuk yang ada tangan kirinya ke arah muka Xu Yulan.
Xu Yulan mengerang kesakitan sambil memegang mukanya dan meronta-ronta.
Xu Yulan mengusap mukanya dengan tangannya. Ia terkejut saat memegang hidungnya dan melihat telapak tangannya ternyata hidungnya berdarah.
Sementara itu Xun Zhi yang di depan Xu Yulan tertawa terbahak-bahak dan sambil meledek melihat Xu Yulan yang hidungnya terluka dan mukanya yang penuh amarah.
"Hahaha mana yang namanya tuan muda Xu Yulan dari keluarga besar, apakah hanya segini kemampuannya hahaha."
Sontak Xu Yulan murka. Seketika ia mencabut pedang anak buahnya lalu berteriak menyerang Xun Zhi.
"DASAR KAU BOCAH SIALAH RASAKAN JURUSKU TEBASAN BULAN."
Pedang yang di tebaskan oleh Xu Yulan mengelurkan cahaya biru terang. namun karena Xun Zhi pun tak mau kalah. Xun Zhi mengepalkan kedua tangan nya sehingga tangannya mengeluarkan api. Kemudian melancarkan pukulan nya ke arah muka Xu Yulan dan berkata dengan santai.
"Rasakan seranganku juga pukulan lava."
Namun sesaat serangan mereka berdua akan saling bentrok. Seorang guru melompat dan menahan serangan mereka berdua dan memegang tangan mereka berdua sambil berkata.
"Ada apa ini disini bukanya tempat bertarung namun disini tempat untuk makan kakian berdua ikut ke ruang hukuman." Ucap guru muda itu sambil menyeret Xun Zhi dan Xu Yulan
Lalu pada akhirnya mereka berdua dibawa oleh guru itu ke tempat hukuman, dan dikurung di ruangan yang seperti sel masing-masing.
Mereka di dalam sel saling lempar ejekan dan akhirnya setelah pagi mereka di bebaskan dari hukuman. Dengan muka kesal Xu Yulan berkata kepada Xun Zhin.
"Tunggu saja pembalasanku kau bocah miskin." Ucapnya sambil berjalan duluar keluar dari koridor tempat hukuman itu.
(BERSAMBUNG)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
Gugun Dteo
bersambung.. 😁
2020-11-08
0
gembel necis
lalu, akan tetapi
2020-09-10
0
Adhitama Putra
terlalu banyak kalimat yg rancu dalan bahasa Indonesia
2020-07-04
0