LAKI-LAKI DI PERSIMPANGAN JALAN
Hujan pagi itu membangunkan tidur Rere. Desah angin melalui jendela menyeruak masuk dalam kamar. Rere menggeliat, mencoba membetulkan selimut. Jam menunjukkan pukul 03.00. Masih gelap. Sepi.
tik tik tik air hujan menetes di genting. mata Riri membelalak menikmati nada-nada air hujan. tiba-tiba pintu kamar diketuk dari luar.
tok tok tok
"Re.. Rere bangun bangun salat malam yuk temenin mamah."
"Masih ngantuk mah, mamah duluan aja nanti Rere nyusul."
Akhirnya Mama pergi ke belakang membersihkan diri dan ambil air wudhu. lalu Mama menggelar sajadah. mama kusuk dalam salatnya. air mata berderai, teringat papa yang sudah pergi lagi.
"papa papa jangan tinggalkan aku..."
selesai salat Mama mendekati Rere dan mencoba membangunkan.
"Rere bangun Re, kamu kenapa?
Rere terbangun dan mengucap astaghfirullahaladzim. Matanya mengerjap melihat kiri dan kanan. Mama mendekati Rere dan memeluknya.
"Mama... aku kangen papa. tadi datang dalam mimpiku."
"Tenanglah Re...besok kita ke makan Papa ya."
Rere mengangguk, wajahnya terlihat murung. Adzan subuh berkumandang, mereka bergegas siap-siap ke masjid. Selepas subuh mereka tidak masak. Mereka berdua langsung menuju makam yang letaknya tak jauh dari rumah. Mungkin kalau diukur sekitar lima km.
Tak sampai lima menit mereka sudah sampai makam. Tanah masih basah oleh hujan semalam. Rumput yang semula kering kembali menghijau. Daun jati, pohon Kamboja muncul daunnya.
Rere membersihkan makam ayahnya yang meninggal 17 tahun yang lalu. Saat itu Rere masih berusia satu tahun.
"Nduk, papahmu itu orang baik. Beliau sangat sabar dan disiplin ganteng lagi."
Sembari cerita mama mencabuti rumput yang tumbuh liar di sekitar makam. Udara pagi masih segar. Jauh dari polusi. Titik-titik embun bergoyang-goyang di pucuk-pucuk daun.
"Mah, kenapa Papah meninggal?"
Mama melihat wajah Rere, dipeluknya dan diciumnya. Air mata mengembang di sudut mata mama.
"Papah sakit sayang. Mamah gak bisa menolong dia."
"Sakit? sakit apa mah...?"
Mata mama menerawang jauh ke depan. Teringat semua kisah dengan papah Rere.
***
Di sebuah kampus ternama, banyak mahasiswa yang sibuk dengan tugas mata kuliah dan praktek. Dio adalah cowok ganteng idola para mahasiswi. Ketua senat mahasiswa, dengan segudang prestasi. Bintang basket, Taek Wondo dan Malimpa (mahasiswa pecinta alam). Cewek mana yang tidak tergila-gila dengan dia.
Adalah Sofi, juga seorang mahasiswi yang cantik dan menarik. Segudang prestasi juga diraih. Juara satu lomba penulisan artikel tingkat kampus, lanjut antar kampus sampai tingkat Nasional. Dia sangat pendiam, tidak suka jalan-jalan dengan temannya. Tempat favoritnya adalah perpustakaan.
Ada mahasiswi cantik dan seksi bernama Rubby. Dia paling terkenal di kampus karena suka gonta-ganti pacar. Hampir semua orang mengenal dia. Hobbynya shoping dan traveling. Kata orang dia anak Borjuis. Papah mamahnya seorang pengusaha. Perusahaan papanya tersebar di mana-mana.
Siang itu di kampus. Dio, Sofi dan Rubby bertemu di aula,. kebetulan ada kegiatan temu mahasiswa.
"Hai, namaku Rubby..."
Tangannya menggamit Dio.
"Eh, maaf. Aku Dio, kamu ambil fakultas apa?"
"Ekonomi Management dong, kamu?"
"Teknik Sipil, maaf saya ke depan dulu ya."
Dio meninggalkan Rubby dan Sofi.
"Hai... siapa namamu? Aku Rubby dari Fak Ekonomi Management. Kamu jurusan apa??"
Mata Dio menoleh ke arah Sofi sekejap. Lalu pergi meninggalkan mereka berdua. Deg... hati Sofi bergetar. Mata Sofi menatap Dio dari belakang, sampai hilang tertelan para mahasiswa yang hadir di aula tersebut.
Rubby mengulurkan tangannya ke tangan Sofi. Suasana aula makin panas. para mahasiswa makin penuh sesak.
"Eh, iya aku Sofi, dari FKIP Bahasa Indonesia. Kamu kos atau di rumah?"
"Rumah, Deket kok. paling setengah jam dari rumah. Kalau kamu?"
"Aku kos di belakang kampus. Kapan-kapan mampir ke tempatku."
"Ia oke. kapan-kapan ya. Eh, kamu kenal sama itu, Dio."
"Enggak, aku baru tahu tadi. Kalau dia ketua senat."
"Dia ganteng ya. Seleraku banget tuh."
"Hem, kalian sepertinya cocok."
"Benarkah?"
"Iya. Kamu cantik, Dio ganteng. Klopp kan."
"Kita tos dulu. bantu aku ya..."
Sofi mengangguk, mereka masih asyik mendengarkan penjelasan dari bidang akademik, untuk kegiatan semester ini. Kegiatan berlangsung selama tiga jam. Para mahasiswa masih setia menerima penjelasan dari kampus. Sampai akhirnya kegiatan berakhir. Para mahasiswa membubarkan diri.
Sofi dan Rubby keluar bersamaan. Mereka diam, entah apa yang mereka pikirkan. Tiba-tiba Rubby teriak.
"Dio...tunggu aku."
Kulihat Dio berkelebat jalan menuju kantin. Sofi hanya diam menatap mereka berdua.
"Eh, Rubby. Mau ikut? Mau cari makan di kantin."
"Iya nih, kebetulan lapar banget. Nanti biar aku yang traktir deh."
"Eh, itu temanmu ya, kenapa nggak sekalian diajak? Kan seru."
"Eh, iya ya...temen baru kenalan tadi."
Rubby menghampiri Sofi dan menggamit tangannya.
"Yuk ah, ikutan. daripada bengong di kos. gak ada kuliah kan?"
"Enggak, nanti sore ada."
Mereka bertiga masuk kantin dan duduk di pojokan yang kebetulan masih kosong.
"Mbak, bakso tiga sama... Sofi...kamu mau minum apa?"
"Teh tawar aja."
"Kamu Dio?"
"Sama dengan dia."
Dio menatap Sofi, senyumnya tersungging.
"Okey, mbak dua teh tawar sama es jeruk ya... Gak pakai lama ya.??"
Sementara mbak Kantin melayani, kami ngobrol.
"Eh, namamu siapa? Aku Dio."
Dio mengulurkan tangannya pada Sofi.
"Eh, iya. Saya Sofi."
"Kalian belum kenal ya. Udah... Dio...lepasin tangan Sofi."
"Eh, maaf maaf..."
Dio melepaskan genggamannya. Sofi tersipu malu.
"Maaf juga."
Mereka berdua jadi salting. Dio hanya senyum-senyum. Sedangkan dada Sofi bergemuruh. Seluruh tubuhnya bergetar, gemetar. Entahlah. Baru pertama ini merasakan sesuatu yang luar biasa. Badan Sofi panas dingin.
"Hidangan sudah siap, silakan menikmati."
Mbak Kantin meletakkan pesanan di meja. Rubby duduk jajar dengan Dio, sedangkan Sofi berhadapan. Duh... gimana nih, aku jadi grogi. Mengapa harus berhadapan dengan Dio?? Batin Sofi.
Suasana kantin makin siang makin ramai. Mungkin mereka sudah merasa lapar. Suara dentingan sendok dan garpu beradu dengan mangkuk menambah nikmatnya sensasi bakso kantin.
"Eh, Dio, kamu kos atau tinggal di rumah?"
"Aku tinggal di kos. Sebelah timur kampus. Kalau dari rumah jauh."
"Memangnya rumah kamu di mana?"
"Jauh, lima jam dari sini."
"Iya, mana?"
"Mau ke rumahku apa?? Kamu bakal nggak kuat."
"Oke, kalau gak mau ngaku. Besok pasti aku tahu."
"Sofi, kamu gak pulang. Besok kan libur."
"Enggak Rub, banyak tugas yang harus diselesaikan Minggu ini. Juga kegiatan yang lain. Aku sudah kabari ibuku koq."
"Kapan-kapan aku boleh ya ke tempat kosmu?"
"Boleh, silakan. dengan senang hati."
"Kalau aku, boleh Ndak ke rumah Sof..?"
"Em, boleh. Tapi...sama Rubby ya...."
Mereka tersenyum bahagia. Selesai makan bakso mereka berpisah, pulang ke tempat masing-masing. Rubby pulang dengan mobil Honda jazz warna putih. Sedangkan Sofi jalan kaki menuju kos. Dio juga sama, jalan kaki.
***
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Sokhibah El-Jannata
aku hadir thor 😄😄😄🙏
hadir juga di karya aku.
"Sampai akhir nanti"
2021-03-17
0
Ama
menarik
2021-03-04
1
Rian Cappuchino
Kak mampir yuk kenovelku.Judulnya "Ray Stardust."
Kutunggu kedatanganmu.
Terima kasih.
2021-02-03
2