Seperti makan buah simalakama. Dimakan Ibu meninggal, tidak dimakan Bapak yang meninggal. Apa yang harus dilakukan???
Dio masih khusyuk berdoa setelah selesai salat magrib berjamaah di masjid. Dalam doanya, hanya satu yang dia pinta. Keputusan Allah yang terbaik untuk semuanya.
Bayangan wajah Sofi yang tersenyum manis. Hijab yang selalu menutupi auratnya. Kesalehan, kelembutan, kesabaran dan kebaikan selalu menghiasi akhlaknya.
Bayangan Rubby juga berkelebat. Sosok gadis manja, agresif, kaya raya, cerdas dan pemberani. Gadis modern, dengan dandanan serba gaul dan trendy.
Dua gadis yang sama-sama baik. Dio merasa berada di persimpangan jalan. Dalam kegalauan, tak terasa air bening mengembang di sudut matanya.
Diam-diam ada seseorang yang memperhatikan Dio. Pak kyai, imam salat masjid menyalami Dio.
"Assalamualaikum nak..."
"Wa Alaikum salam...kyai..."
Dio mencium tangan Pak kyai. Mereka duduk berhadapan. Pak kyai memandang Dio.
"Ada apa, saya lihat kamu sedang bingung."
Dio menghela nafas panjang. Matanya basah.
"Saya bingung kyai..."
"Apa yang membuat kamu bingung???"
"Masalah jodoh kyai."
"Rejeki, jodoh dan mati sudah Allah tetapkan. Kita tinggal menjemputnya."
Dio menceritakan semua persoalan pada kyai. Pak kyai mendengarkan dengan sabar.
"Shalat istikharah. Mohon petunjuk pada Allah. Semoga diberikan yang terbaik. Allah selalu memberikan yang terbaik."
"Baiklah kyai. Saya akan coba."
"Kalau masih belum ketemu. Puasa Sunnah Senin Kamis. Perbanyak baca Alquran. Insya Allah dapat jawaban dari Allah."
Dio mendengarkan semua nasihat kyai. Hatinya merasa lebih tenang. Tak terasa obrolan mereka cukup lama. Sayup-sayup terdengar suara adzan berkumandang dari masjid lain.
"Sudah masuk waktu shalat isya. Kamu adzan ya. Ambil air wudhu dulu.'
"Baiklah kyai. Terima kasih atas semua nasihat. Insya Allah akan saya laksanakan."
Pak kyai bergegas ke tempat wudhu diikuti oleh Dio. Kumandang adzan dilantunkan oleh Dio. Suaranya menggema mengangkasa. Sangat merdu dan indah.
Para jamaah berdatangan. Mereka bertanya-tanya. Siapa yang mengumandangkan adzan. Selesai adzan, selang sepuluh menit, Iqamah dikumandangkan. Salat Isyak berjamaah ditunaikan.
Masjid yang terletak di pinggir jalan itu penuh sesak. Biasanya hanya beberapa saf. Tapi isya kali ini luar biasa. Semua orang merasa heran. Ada apa gerangan??
Salat isya sudah selesai. Dio bersiap melanjutkan perjalanan menuju rumah. Setelah berpamitan dengan kyai, Dio pamit pulang. Sepeda motor kesayangannya menemani pulang.
Hati Dio merasa lebih tenang. Setelah salat, berdzikir dan berdoa hatinya lebih lega. Nasihat dari Pak kyai sangat membekas di hatinya.
Sepeda motor melaju dengan kecepatan sedang. Dio menikmati perjalanan. Tak berapa lama, Dio sudah sampai di rumah. Setelah memarkir motor, Dio masuk rumah.
"Assalamualaikum..."
"Wa Alaikum salam... kok baru pulang Dio."
"Iya Pak, tadi ngantar papahnya Rubby. Hari ini sudah boleh pulang. Tadi juga Salat Magrib dan isya di Masjid Pak."
"Bapak sudah makan??"
"Sudah, kamu istirahat sana."
"Baiklah, Pak. Dio istirahat dulu."
"Dio, wajahmu tak seperti biasanya, ada apa nak. Cerita sama bapak."
Dio, tak jadi masuk kamar. Didekati bapaknya.
"Pak, Dio bingung."
"Bingung kenapa???"
"Sofi atau Rubby??"
Bapak memandang Dio dalam-dalam. Beliau mencoba menguatkan.
"Dio, ikutilah kata hatimu. Kata hati selalu berkata benar. Salat istikharah, mohon petunjuk."
Dio mengangguk pelan. Orang tua satu-satunya dipeluknya erat-erat. Hati Dio bergetar. Kebahagiaan membuncah. Dio ingin membahagiakan bapaknya.
"Saya istirahat dulu ya Pak."
"Ya, sana istirahat dulu..."
Dio menuju kamar. Diletakkan tas di tempat tidur. Setelah membersihkan diri. Dio merebahkan badannya.
Bayangan Sofi berkelebat. Senyumnya menghiasi wajahnya. Sejak mengenal Sofi awal kuliah dulu, hatinya mulai tertaut. Dio tak punya keberanian untuk menyatakan cinta.
Sofi, apakah kamu mendengar suara hatiku??
Aku...
Drrrttt... drrrttt... drrrttt...
Ponsel Dio bergetar. Dilihatnya ada WA masuk.
[Assalamualaikum Dio, kamu sudah sampai rumah??]
Rubby??? Dengan malas Dio membalas.
[Wa Alaikum salam, Alhamdulillah, baru saja sampai]
[Besok setelah pulang kantor mampir ke rumah ya... Papah pingin ketemu]
[Insya Allah]
[Baiklah, kamu istirahat dulu, sampai ketemu besok].
[Oke.]
Rubby menutup WA-nya. Dio mencoba menghubungi Sofi.
[Assalamualaikum Sof?]
Drrrttt
Drrrttt
Drrrttt
Ponsel Sofi bergetar. Saat itu Sofi sedang menemani ibunya. Seperti biasa, sebelum tidur Sofi selalu memijat kaki ibunya. Setelah pulang dari rumah sakit, Sofi berusaha menemani ibunya.
"Sebentar ya Buk, ada WA dari Dio."
"Apa kabarnya dia Nduk. Lama Ndak main ke sini. Sampaikan salam buat dia ya... Kamu istirahat sana."
"Baik Buk."
Sofi menuju kamarnya. Direbahkan badannya, dan menjawab WA dari Dio.
[Wa Alaikum salam, maaf baru buka. Habis Nemani ibuk.]
[Gimana kabar Ibuk Sof].
[Alhamdulillah, baik. Tadi dapat salam dari Ibuk. Kok lama nggak main ke rumah]
[Alhamdulillah, wa Alaikum salam Sofi. Sungkem buat Ibuk. Maaf, sibuk kerja. sama kemarin ngurus Papahnya Rubby pulang dari rumah sakit.]
[Oh, papah Rubby opname? Kapan?]
[Seminggu yang lalu. Maaf nggak ngabari kamu].
[Besok antar aku ke sana ya].
[Oke...siap sayang].
[Eh...eh... sayang sayang...]
[Emang gak boleh??]
[Em... enggak...]
[Enggak nolak kan??? 😍😍😍😍]
[☺️☺️☺️☺️]
[Tuh kan. Kamu malu-malu kucing. Saya suka...ups...🤭]
[Makasih ya Dio, kamu sudah menemani ibuku. Ibuku sayang banget sama kamu.]
[Ibumu atau kamu?? Hayooo ngaku...]
[🤭 Maaf maaf, sudah malam. Aku pamit dulu ya. Sampai ketemu besok. Jangan lupa ya...]
[Oke sayang... siap....siap... Makasih ya. sampai ketemu besok]
Ponsel dioffkan. Sofi istirahat. Senyam senyum sendiri.
Dio... Dio...kamu memang beda. Sejak bertemu pertama saat kuliah, kamu tidak pernah berubah. Selalu perhatian. Astaghfirullahaladzim. Ya Allah, ampunilah aku.
Sofi bergegas ke kamar mandi, membersihkan diri dan ambil air wudhu. Salat witir tiga rakaat, selanjutnya tidur. Kebiasaan itu sudah Sofi lakukan sejak SD. Ibunya mengajarkan dengan sabar dan telaten. Sampai dewasa, kebiasaan itu tak pernah lupa.
Sementara itu di kamar Dio. Dio senyam-senyum sendiri. Hatinya berbunga-bunga, bahagia banget. Sepertinya gayung bersambut. Sofi juga mempunyai hati. Tinggal menunggu waktu yang tepat untuk melamarnya.
Dio bergegas ke kamar mandi, bersih-bersih diri dan ambil air wudhu. Selanjutnya salat witir tiga rakaat. Selanjutnya berdoa sebelum tidur, bahagia mengantarkan tidur Dio.
Malam penuh berkah. Jiwa-jiwa yang suci. Tidur lelap terlindungi. Para malaikat mendoakan. Tidur penuh berkah.
Teng
teng
Jam menunjukkan pukul 02.00. Seperti dibangunkan. Dio terbangun.
Alhamdulillah ya Allah, KAU bangunkan aku untuk bersujud padamu.
Dio duduk dan mengucek matanya agar tak ngantuk. Dia menuju kamar mandi, bersih-bersih dan ambil air wudhu. Bergantian baju taqwa, sarung yang bersih, siap tunaikan salat malam.
Sajadah digelar, Dio mendirikan salat malam.
Dua rakaat ditunaikan, tambah dua rakaat lagi sampai delapan rakaat. Dio khusyuk dalam dzikir dan doanya. Doanya hanya satu. Allah meridhoi semua amal kebaikannya.
Malam makin larut, Dio semakin khusyuk dalam munajad. Terakhir salat istikharah ditunaikan. Dio menyerahkan semu keputusan pada Allah. Lewat sinyal-sinyal yang diberikan oleh-Nya. Semoga mendapat keputusan yang terbaik.
*Sofi atau Rubby. Keduanya sama-sama baik. Orang tuanya sangat mendukung. Ya Allah, berikan keputusan-Mu yang terbaik. Jika salah satu itu adalah jodohku, maka dekatkanlah. Aamiin.
Bersambung
🍃🍃🍃🍃🍃
Makasih ya, buat sahabat NT.
jangan lupa tinggalkan jejak mu dan likenya*....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Om Rudi
kata hati selalu benar. tapi Om bingung, kata hati itu yg kaya mana?
2020-12-09
1
Kiva trepes
Semangat kakak.... ini aku sudah mampir dan kasih bomlike buat kakak dan aku juga sudah kasih vote buat kakak... mampir juga ya ke novel aku. Salam hangat dari SAHABATKU CINTA PERTAMAKU... terimakasih...😘😘😘
2020-11-20
1
Sri Banyu Bening
Hati Dio untuk Sofi ....
2020-11-08
1