Kehangatan keluarga Sofi dirasakan oleh Dio, Rubby dan Iqbal. Setelah peristiwa di rumah Sofi kemarin, mereka semakin akrab seperti saudara. Keluarga yang sederhana. Pendidikan karakter yang ditanamkan orang tua Sofi pada anak-anaknya telah berhasil. Mereka sangat terkesan.
Detik-detik menjelang wisuda sudah dekat. Persiapan sudah dilakukan. Rubby sudah menjahitkan kebaya untuk wisuda. Kebaya brokat warna merah menyala, kain songket dari Malaysia sudah siap. Dio, menyiapkan setelan jas coklat muda, dasi, Hem lengan panjang warna putih. Sofi, menyiapkan baju sederhana saja. Kebaya ibunya, masih bagus. Warna merah muda, dipadu bawahan kain batik. Kerudung warna senada dengan kebayanya.
Gladi bersih sudah dilakukan kemarin. Hari ini, Sabtu bahagia. Dio, Rubby dan Sofi bersiap menjalankan prosesi wisuda. Sejak pagi Rubby sudah ke salon. Dia ingin tampil luar biasa di hari spesialnya. Dio menyiapkan segala sesuatunya. Ayahnya siap mendampinginya. Sofi tak kalah sibuk. Setelah salat subuh, sudah berdandan rapi.
"Buk, makasih ya, sudah dampingi Sofi sampai jadi sarjana."
Sofi memeluk ibunya penuh bahagia. Tangis haru tercurah pagi itu. Ibu mencium dan membelai rambut Sofi. Rasa bahagia tak terkira dirasakan Sofi.
Tiba-tiba kak Noval datang bersama istri dan anaknya.
"Assalamualaikum...."
"Eh, pagi-pagi koq pada mewek ta? Ada apa ini?"
"Wa Alaikum salam, eh.. kakak."
Sofi menyambut kakak satu-satunya dengan pelukan. Kak Noval menyambut dengan pelukan kasih sayang. Kedua saudara itu menangis terharu.
"Makasih ya Kak, sejak bapak meninggal, kakaklah yang menggantikan semuanya."
Sofi tergugu dalam pelukan kak Noval. Kak Noval memang sangat berjasa bagi Sofi. Semua biaya kuliah yang menanggung dia. Istri kak Noval sangat pengertian, tak pernah protes. Semua kebutuhan telah dicukupi.
"Eh, kok malah pada baper semua to, ayo sarapan dulu, nanti kesiangan." seru Ibu.
"Eh, iya Bu. maaf, teringat bapak. Andai bapak melihat semua ini, pasti beliau sangat bahagia."
Mereka semua menikmati sarapan pagi dengan bahagia. Jam 06.00 mereka berangkat ke kampus. Mobil Avanza warna silver membawa mereka. Pelan-pelan meninggalkan rumah, menuju kota.
Di sepanjang perjalanan Sofi selalu tersenyum. Dandanan sederhana, justru menambah aura kecantikannya.
Sementara itu Rubby tak kalah sibuknya. Dua jam dia dandan di salon. Sangat cantik.
"Pah, kita berangkat yuk."
"Rubby, maafkan papa. Hari ini ada inspeksi mendadak. Papa Ndak bisa dampingi kamu nak."
"Apa!!! Papa nggak bisa dampingi??? Katanya kemarin bisa. Gimana dih!!!." suara Rubby meninggi.
"Maaf Rubby, tadi papa dapat kabar, ada pemeriksaan di kantor, Papa Ndak bisa ijin. Papa janji, kalau urusan sudah selesai, papa langsung ke kampus."
"Papah gimana sih koq ndadak!!! Terus yang dampingi Rubby ?" Rubby ngamuk.
"Budemu, mamahnya Iqbal. Sebentar lagi pasti datang, tadi udah Papa telpon."
Thin
thin
Suara klakson mobil datang. Iqbal dan mamahnya datang.
"Assalamualaikum... "
"Eh, wa Alaikum salam, bude... Makasih ya. Mas Iqbal. Masuk dulu." wajah Rubby berubah manis.
"Mbakyu, matur nuwun sudah menggantikan saya. Nitip Rubby ya."
"Iya Om, Ndak papa. Kebetulan longgar. Selamat ya Nduk, Rubby. Kamu makin cantik aja, seperti mamahmu. Beliau pasti tersenyum bahagia melihat kamu jadi sarjana."
"Matur nuwun Bude. Sudah dampingi Rubby."
Setelah makan pagi, mereka berangkat ke kampus. Mobil Pajero sport warna hitam berjalan pelan meninggalkan pelataran rumah Rubby. Papah Rubby mengantarkan sampai pintu gerbang. Selanjutnya papah persiapan berangkat ke kantor.
***
Suasana kampus sudah ramai. Para wisudawan dan wisudawati sudah mempersiapkan diri. Aula kampus sudah dihias. Kursi-kursi tertata rapi. Karpet merah memisahkan antara kursi wisudawan dan orang tua. Para wisudawan duduk di depan sesuai urutan saat gladi bersih kemarin.
Lima ratus wisudawan dan wisudawati telah bersiap. Fakultas Teknik Fakultas Hukum, Fakultas Ekonomi, Fakultas Psikologi, FKIP.
Dio sudah duduk di tempatnya. Papanya duduk di bagian orang tua. Wajah tampan dan gagah, dengan setelan jas warna coklat muda. Terlihat elegan, eksekutif muda. Jubah wisuda menambah gagah. Memakai toga, Samir melingkar di bahunya. Tertulis cumlaude. Banyak wanita berdecak kagum padanya. Senyumnya terpancar dari wajahnya.
Sofi tak kalah menarik. Anggun lembut dan cantik mempesona. Baju kebesaran wisuda dipakainya. Wajahnya memancarkan aura bahagia. Samir melingkar di bahunya. Rupanya dia termasuk wisudawati cumlaude. Itu artinya, yang mengesahkan nanti adalah rektor. Ibu dan kakaknya memandang Sofi penuh rasa bahagia dan bangga.
Sementara itu, Rubby masih di perjalanan.
"Mas, cepet dong. Rubby terlambat nih."
"Iya nih, tumben macet."
Mobil Pajero sport berjalan lambat karena macet. Wajah Rubby terlihat cemas. Sesekali melihat jam di tangannya. Kakinya bergoyang-goyang, sambil menepuk pahanya.
Jam menunjukkan pukul 07.50. Duh, tinggal sepuluh menit lagi. Masih jauh. Alamat terlambat ini. Rutuk Rubby.
Lima belas menit kemudian mobil sampai di kampus. Mobil-mobil pribadi banyak terparkir.
Iqbal sibuk mencari tempat parkir yang sudah penuh.
"Stop, saya turun sini aja. Mas Iqbal sama bude nyusul ya. Ini undangannya."
Rubby buru-buru turun dari mobil. Wajahnya terlihat cemas. Kecantikannya hilang. Sambil berlari Rubby memasuki ruang wisuda. Semua mata memandang. Rubby bingung mencari tempat duduk. Tiba-tiba Sofi menarik Rubby dan mengantarkan ke tempat duduknya.
"Makasih ya Sof, "
Rubby memeluk sahabatnya. Air matanya berderai. Beruntung punya sahabat yang begitu care padanya. Sofi kembali ke tempat duduknya.
"Hadirin yang berbahagia... sesaat lagi prosesi ..
Suara protokol terdengar jelas. Acara wisuda dimulai. Nama-nama para wisudawan dibacakan. Dua puluh lima mahasiswi cumlaude dipanggil terlebih dahulu.
"Dio Utama, Sarjana Tehnik dengan IPK 3,98 silakan maju ke depan...."
Dilanjutkan mahasiswa yang lain. Mereka berjajar menuju mimbar, mendekati rektor.
"Sofi Nuladhani Sholehah, Sarjana Pendidikan dengan IPK 3, 95 silakan maju ke depan."
Dilanjutkan wisudawan yang lain. Semua berjajar rapi menuju podium kehormatan. Sayup-sayup terdengar alunan musik mars Universitas. Suasana terasa khidmad.
Rubby melihat semuanya dengan hati kecewa. Prestasi membanggakan tidak diraih. Papahnya tidak bisa menghadiri. Rasanya dunia runtuh. Perasaan iri memenuhi jiwanya.
Sofi adalah saingan terberat untuk menarik hati Dio.
Satu persatu wisudawan sudah melewati prosesi. Termasuk Rubby. Mestinya dia bahagia. Tapi Rubby tidak. Hatinya kosong. Jiwanya pergi entah kemana. Prosesi wisuda sudah berakhir. Para wisudawan berfoto dengan keluarga masing-masing. Suasana jadi riuh.
Bruuk...
"Aowww..."
Rubby jatuh, Kakinya terkilir. Seseorang membantu. Dio datang pada saat yang tepat. Rubby langsung memeluk erat-erat.
"Kamu Ndak papa kan?"
Rubby mencoba berdiri, tapi tidak bisa. Rupanya kaki Rubby terkilir. Dio memapah Rubby duduk. Dari kejauhan Sofi melihat mereka berdua. Sofi mendekati mereka.
"Eh, Rubby kakimu kenapa?"
"Jatuh terkilir Sof. Kakiku sakit banget, gak bisa jalan." Rubby meringis menahan sakit.
"Kita antar pulang yuk."
Sofi mengajak Dio. Rubby dipapah Dio menuju mobil. Ibu Sofi dan kak Noval melihat mereka berdua. Sofi mohon ijin dengan Ibunda.
"Bu, saya mau antar Rubby pulang. Ibuk sama mas Noval pulang duluan ya."
Dio juga berpamitan dengan Papanya akan mengantarkan Rubby. Untunglah keponakannya ikut, jadi bisa pulang bersama.
Dio, Sofi dan Rubby pulang. Mereka masih menggunakan toga. Suasana gembira berubah duka.
bersambung
Bagaimana keadaan Rubby selanjutnya?
Sima ke terus ya...
Terima kasih, sudah berkunjung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
MyNameIs
makanya jadi orang jangan ngiri,,, nganan sesekali,, hhiii
jangan lupa bersyukur Rubby
2021-01-25
1
@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
jejak..jejak..jejak..
2021-01-18
1
Vie
keren kakak
semangat terus buat up-nya
jika berkenang mampir juga ya ke karya aku🥰
2020-12-18
1