Peristiwa di kost Sofi begitu membekas di hati Dio. Harapan menyatukan kembali kedua sahabatnya terkabul. Mereka sudah akur kembali. Sofi dan Rubby kembali rukun.
Siang itu, Dio menepati janjinya. Pergi ke rumah Sofi bareng. Jam menunjukkan pukul 09.00. Dio sudah siap di kost Sofi. Setelan Jean warna biru Dongker dipadu kaos warna biru muda pas banget dengan wajah Dio yang tampan. Rambut tertata rapi, harum segar tercium darinya.
"Assalamualaikum, pagi Sof."
Kebetulan Sofi sudah menunggu di teras sejak pagi. Wajah Sofi cantik berseri-seri. Bawahan Jean warna biru dipadu dengan kaos lengan panjang warna biru muda. Hijab warna biru laut, menambah keanggunan dan kecamatannya.
"Wa Alaikum salam, masuk dulu Dio. Sebentar aku pamit sama ibu kost dulu."
Cantik dan anggun. Sofi, apakah dia akan jadi jodohku?
Dio mengangguk dan duduk di kursi teras. Sofi masuk ke dalam. Beberapa saat kemudian Sofi keluar.
"Yuk berangkat, mumpung masih pagi."
"Ayuk... Bismillahirrahmanirrahim..."
Dio menstater motornya, tiba-tiba ada mobil masuk ke pelataran kost. Seseorang keluar dari mobil. Laki-laki berperawakan seperti Dio. Di sebelahnya seorang perempuan cantik.
"Assalamualaikum, Sof. Kalian mau pergi ya ?"
"Wa Alaikum salam iya Rub. Ada apa ya."
"Lho, Iqbal? Kamu..."
"Dio? Dunia tak selebar daun kelor ya. Kita bisa ketemu di sini. Rubby adalah adik sepupuku. Dia anak Omku."
Rubby dan Sofi saling pandang. Mereka tidak tahu, kalau Dio dan Iqbal sudah saling kenal.
"Eh, ngomong-omong kalian mau kemana??"
Rubby menyela mereka.
"Ini, kami mau ke rumah Sofi di kampung. Kami mau jenguk Ibu, kemarin habis sakit."
"Oh, yang kemarin itu. Kalau boleh, kami mau ikut. Nanti biar bareng satu mobil, gimana? Boleh ya Dio..."
Rubby mulai merayu Dio. Dio melihat ke arah Sofi, meminta pendapat. Sofi mengangguk pelan.
"Boleh, boleh. Ini atas ijin Sofi lho."
Dio, Sofi, Rubby dan Iqbal berangkat dalam satu mobil. Honda jazz warna putih melaju pelan. Di sepanjang perjalanan Rubby banyak cerita. Dia paling cerewet, ada aja bahan cerita.
"Eh, Sof. Persyaratan wisuda sudah beres?"
"Alhamdulillah, sudah Rub. Kamu gimana?"
"Sudah, kemarin. Kita bisa wisuda bareng ya. Dio juga sudah beres?"
"Alhamdulillah sudah. Tinggal berangkat."
"Syukurlah, kita bertiga bisa wisuda bareng. Bakal jadi kisah seru nih."
"Selamat ya, kalian bertiga sudah wisuda. Aku masih tiga tahun lagi."
"Sabar bro, kamu pasti bisa melewati semuanya."
Diam-diam Iqbal memperhatikan Sofi. Sofi tahu, tapi dia cuek aja. Bahkan cenderung diam.
"Eh iya, kenalin ini Sofi sahabatku. Dia orang paling baik sedunia."
Rubby memperkenalkan Sofi pada Iqbal.
"Eh, iya. Saya Iqbal, kakak sepupu Rubby."
Karena sambil nyetir mobil, Iqbal hanya melihat dari spion tengah. Sofi tersenyum dan mengangguk. Kedua tangannya ditangkupkan di dada.
Dio melihat keduanya. Ada rasa cemburu terpancar di wajahnya. Dio melirik Sofi. Wajah Sofi berubah pias. Ada perasaan tak nyaman melihat perubahan wajah Dio.
Rubby tersenyum sinis. Rencana liciknya akan dieksekusi hari ini. Sengaja Rubby mengajak Iqbal. Rencanaku harus berhasil, batin Rubby.
"Eh, kita mampir beli es kelapa muda yuk. Haus nih..." seru Rubby.
"Gimana Sof, berhenti sebentar ya..." bujuk Iqbal.
Sofi dan Dio saling pandang. Antara ya dan tidak.
"Oke, kita istirahat di kedai es kelapa muda tuh, di depan." seru Dio.
Iqbal menghentikan mobil, berhenti di sebelah kedai. Jam menunjukan pukul 11.00, lumayan panas. Kebetulan kedai sepi. Suasana kedai sangat bersih dan rapi.
Kami berempat memasuk kedai yang terletak di pinggir sawah. Sawah menghijau dihiasi padi-padi bagaikan permadani. Angin sejuk membelai kami, serasa di pinggir pantai.
Tempat duduk lesehan, dengan tikar terbuat dari plasti. Meja pendek dengan menu makanan gorengan, ada bakwan, tahu isi, tempe mendoan dan kacang bawang.
"Mbak es kelapa muda empat, dua tawar. Iqbal sama Rubby pakai gula apa?"
"Gula merah, sama," jawab Rubby.
Sambil menunggu pesanan, kami ngobrol. Rubby sengaja duduk dekat Dio, sedangkan Iqbal sengaja duduk dekat Sofi. Rubby sengaja mendekatkan Sofi dengan Iqbal, agar dia bisa berdekatan dengan Dio.
Dio merasa semua diskenario Rubby, duduk rasanya tidak nyaman sama sekali. Saat duduk dekat Rubby, perasaanya tertuju pada Sofi. Tapi demi menghormati perasaan Rubby, Dio terpaksa harus bermuka manis. Hah, Rubby... Rubby...kami sebenarnya cantik, tapi...egois, manja.
Pesanan sudah siap, mereka menyantap es kelapa muda sambil cerita.
"Sofi, kamu kuliah ambil fakultas apa?"
"Keguruan, prodi Bahasa Indonesia."
"Jadi Bu Guru dong," goda Iqbal.
Mereka ngobrol sambil tertawa-tawa. Dio melihat mereka, wajahnya memerah. Ada cemburu terpancar di wajahnya. Diam-diam Rubby melihat sikap Dio.
"Dio, kapan ke rumahku?"
"Eh, anu. Kapan ya?" Dio tergagap, mencoba menetralisir suasana hatinya.
"Habis wisuda ya, nanti semua ke rumah, ada acara tasyakuran. Tinggal minggu depan kan?" ajak Rubby.
"Insya Allah ya, kalau tidak ada acara."
"Sofi juga ya, ke rumah."
"Insya Allah Rub, semoga dak ada acara."
Sudah setengah jam mereka beristirahat. Minuman sudah habis.
"Semua berapa Mbak," seru Iqbal.
Mbak penjual es menghitung semuanya. Setelah membayar kami melanjutkan perjalanan.
"Masih jauh Sof?"
"Sudah dekat kok, paling Lima belas menit lagi." jawab Dio.
"Kamu rupanya sering ke rumah Sofi ya."
"Kok tahu."
"Lha itu tadi, kamu tahu jawaban berapa jauh lagi."
"He he he...iya, saya sering ke rumah Sofi. Ibunya seperti ibuku, aku kehilangan ibu sejak kelas 4 SD."
"Oh, gitu."
Tak terasa lima belas menit berlalu, kami sampai di rumah Sofi. Rumah yang sederhana tapi bersih dan rapi. Pepohonan yang berada di sekelilingnya menambah asri dan sejuk suasana. Halaman yang luas, ada pohon mangga yang rindang, pohon jambu air yang sedang berbunga. Ada sedikit taman bunga di samping rumah. Menambah keindahan rumah. Pintu rumah terbuka lebar.
Sofi langsung masuk rumah.
"Assalamualaikum, Buk... Sofi datang."
"Wa Alaikum salam, tumben pulang Nduk. Biasanya hari Sabtu, atau kabar-kabar dulu."
Sofi mencium tangan ibu dan memeluknya. Tak lama kemudian Dio masuk. "Kangen ibuk." seru Sofi.
"Assalamualaikum Buk."
Dio menghormat dengan takzim, diciumnya tangan ibu Sofi dengan lembut.
"Eh, nak Dio, apa kabar? Lama nggak kelihatan, sibuk ya."
"Maaf Buk, sibuk persiapan wisuda besok. Kebetulan kami bisa bareng. Ibuk sehat?'
"Alhamdulillah ibu sudah sehat, kalian bisa wisuda bareng. Ibu bahagia."
Sofi menarik tangan Rubby ke dalam.
"Buk, kenalkan, ini Rubby,.teman satu kampus Sofi. Dia juga bareng wisudanya dengan kita."
"Eh, saya Rubby Tante. Saya teman Sofi, tapi beda fakultas."
"Oh, iya nak Rubby. Maaf, rumah Sofi seperti ini. Ayo silakan masuk. Ajak temanmu itu, siap itu nak Dio."
"Oh, ini calon dokter Buk, teman SMA dulu. Kakak sepupu Rubby."
"Oh, nak dokter. Siapa?"
"Iqbal Bu."
Iqbal menghormat ibu dengan takzim. Suasana rumah Sofi jadi ramai. Sofi sibuk membuat minuman dan menyiapkan makanan ringan. Rumah yang nyaman. Tuan rumah yang ramah. Semua jadi betah.
Bersambung
***
Terima kasih sudah baca tulisanku. Mohon kritik dan saran ya...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
BELVA
absen tim mlm nih
2021-01-31
0
MyNameIs
Rubby punya rencana licik apa ya kak
2021-01-25
1
@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
like lagi😊
2021-01-18
0