Nama adalah doa. Berikan nama kepada anak-anak kalian dengan kata yang baik. Karena Pemberian nama yang baik, akan menjadi doa bagi kehamilan selanjutnya.
Selamat membaca kisahku...
🍃🌸🍃🌸🍃🍃🌸🍃🌸🍃🌸🍃🌸🍃🌸
Ketika niat sudah kuat ditanamkan. Allah kuatkan dengan kebaikan. Semua akan terjadi atas ijin-Nya
Pertemuan malam itu bersama Sofi, benar-benar diwujudkan Rubby. Keinginannya untuk hijrah tidak main-main. Rubby ingin menjadi muslimah yang kaffah. Keislamannya ingin disempurnakan dengan menjalankan semua perintah-Nya dan meninggalkan semua larangan-Nya.
Siang itu di rumah Sofi. Jam menunjukkan angka 13.00, cuaca agak mendung, sepertinya akan hujan.
Mobil Honda jazz warna putih mendekati rumah Sofi. Tak salah lagi, pemiliknya adalah Rubby. Dengan memakai baju lengan panjang dan celana panjang warna krem. Kaca mata hitam menghiasi wajahnya. Dia turun dari mobil.
"Assalamualaikum.,"
"Wa Alaikum salam, eh Rubby. ayo masuk... dari mana tadi?"
"Sesuai janjiku kemarin, aku akan ke rumah. Ini tadi dari kantor langsung ke sini."
"Oh, masuk yuk. Udah makan belom, aku tadi masak sayur kesukaanmu."
"Wah, kebetulan nih. Cacing di perut minta jatah."
"Ih...dasar nakal kamu."
Sofi mencubit sahabatnya. Rubby terkekeh.
"Eh, nak Rubby ta. Ayo makan bareng sini. "
Ibu Sofi menyambut Rubby dengan hangat. Suasana keluarga Sofi memang menyenangkan. Rubby merasa diperlakukan seperti keluarga sendiri.
Hidangan makan siang sudah siap. Sup ayam, tempe dan tahu goreng, sambal tomat sama kerupuk. Ibunya Sofi, Sofi dan Rubby menikmati makan siang dengan lahap.
"Hemm...lezat... seperti masakan ibuku..." seru Rubby. "Yang masak siapa nih.."
"Saya dong...siapa lagi..."
"Kamu Sof??"
"Iya...kenapa ? Aneh...?"
"Ajari aku masak....ya..."
"Siap boskuh...."
He he he... Rubby terkekeh melihat sikap Sofi yang berdiri sambil menghormat.
"Alhamdulillah...kenyang."
Suasana ruang makan berubah jadi ceria. Rubby makan dengan lahapnya. Ibu Sofi hanya tersenyum.
Selesai makan Sofi langsung membereskan semuanya. Meja makan sederhana tapi bersih, begitu juga dapurnya. Semua alat tertata rapi dan bersih.
"Sof, ini semua yang ngerjain kamu??"
"Iya... siapa lagi??"
"Aku nggak pernah masuk dapur. Jadinya gak bisa masak."
"Kan ada bibi. Tinggal perintah sudah beres."
"Tapi, kan tidak selamanya bibi ikut. Suatu saat pasti pingin istirahat. Aku pingin belajar masak."
"Oke, mau masak apa ?"
"Tadi, sup ayam."
Sofi memberikan kursus kilat pada Rubby. Sup ayam, sambal tomat dan lauk tempe tahu. Fix, semuanya sudah diajarkan.
"Wah, ternyata mudah ya...Sof. Besok aku mau coba ah, buat sup ayam..."
"Dan aku akan ke sana untuk mencicipi..."
"Okey... siapa takut..."
Mereka berdua tertawa bahagia. Selesai membereskan semuanya. Sofi dan Rubby berbincang di ruang tamu.
"Sof, sejak kapan kamu pakai hijab.?"
"Sejak menstruasi pertama, pas SMP kelas dua."
"Oh, kamu belajar dimana?"
"Saya banyak baca buku tentang wanita Sholehah Rub."
Sofi mengambil buku di rak buku. Buku warna merah muda berjudul "Wanita Sholehah."
"Buku ini jadi pedoman aku belajar, selain Al Qur'an dan hadits. Sama tanya sama ustazah."
"Oh, mana bukunya aku pinjam."
Rubby meraih buku di tangan Sofi. Dibukanya pada halaman daftar isi. Rubby manggut-manggut.
"Aku pinjam yah..."
"Boleh, itu masih banyak yang lain..."
Rubby melihat rak buku sederhana. Di dalamnya berisi buku-buku agama.
Rubby sangat kagum pada Sofi.
Sepulang kantor Rubby selalu ke rumah Sofi.
Rubby benar-benar berubah. Hijrahnya karena Allah. Semua niat Rubby mendapat kemudahan Allah. Hampir tiga bulan, Rubby belajar. Perubahan sudah sangat terlihat.
Sore itu di rumah Sofi. Setelah memarkir mobilnya, Rubby langsung masuk ke rumah Sofi. Kebetulan ibu Sofi ada di teras rumah.
"Assalamualaikum Buk."
"Wa Alaikum salam Sholihah."
Ibu memeluk Rubby hangat. Bahagia mewarnai hati keduanya.
"Ibuk...Rubby bahagiaaa banget. Ibuku seperti hidup kembali..."
Pelukan Rubby makin erat, seakan tak ingin berpisah.
"Duh...duh...shalihah.... Sekarang aku punya saudara perempuan..."
Rubby melepaskan pelukan. Matanya memandang Sofi.
"Sofi...."
"Sholihah... Namamu lebih cantik bila ditambah shalihah...Rubb..."
"Aku suka banget Sof..."
Mereka bertiga masuk ke ruang tamu.
"Eh, tahu Ndak, ibu lho yang ngasih nama shalihah buat kami Rubb.."
"Masya Allah... makasih ya Buk... pantesan tadi pas aku masuk, ibuk panggil aku shalihah...rupanya ini kejutannya..."
"Kamu suka nak...."
"Suka banget Buk... makasih ya Buk... Kata papah... nama adalah doa. Papah mamah kasih nama Rubby, katanya biar saya cantik seperti perhiasan bernama Rubby..."
"Mamahmu pasti bahagia di sana.."
"Aku sudah menemukan mamah kembali."
Wajah Rubby berseri-seri. Aura kecantikannya bersinar. Pakaian yang menutupi auratnya menambah keanggunan. Rubby Shalihah, nama yang indah. Ibu Sofi seakan menjelma jadi mamah Rubby.
"Ohya, besok malam Minggu ke rumah ya... Ibuk dan kak Noval diajak ya..."
"Insya Allah ya shalihah.."
"Buk, Shali lapar nih...Ibuk masak apa???"
"Eh, iya..yuk. makan...Ibu masak balado kakap... Shali suka?"
"Shali selalu suka masakan Ibuk..."
Mereka berada di ruang makan. Balado kakak sama lalapan, sambal sudah terhidang di meja makan.
"Hem, baunya harum. Shali makannya buk..."
Shali mencuil ikan dan...
"Aduh, cantik...cuci tangan dulu...main comot aja..."
Sofi menarik Shali ke wastafel. Shali terkekeh...
"Siap...Ndan....."
Sofi dan ibunya menemani Shali makan.
"Lhoh, kok ibuk tidak makan...?"
"Masih kenyang, lagian makan jam segini tanggung. Bentar lagi makan malam...Ntar genduut lhooo...."
"Biarin...Shali lapeer...."
Sofi tersenyum melihat tingkah Shali...
"Mulai sekarang namamu jadi Rubby Shalihah ya... dan aku akan panggil kamu Shali..."
"Nama yang indah Sof. Makasih ya...Ibuk...Sofi... Aku suka...banget. Makany besok malam Minggu ke rumah. Kita adakan syukuran ya...."
"Oke, biar aku aja yang masak... spesial buat Shali...."
"Makasih ya Sof, nanti aku sambil belajar masak. Nanti Dio, Iqbal dan mamanya, Irfan juga diundang ya...sama Pak Anton.."
"Oke, saya siap bantu."
"Alhamdulillah, makannya enak banget. Shali kenyang Buk..."
Tok
tok
tok
"Assalamualaikum...ibuk...."
"Wa Alaikum salam... eh Noval...ada apa???"
Noval datang tergopoh-gopoh. Wajahnya terlihat cemas.
"Novi Buk...Novi...?"
"Novi kenapa??"
"Novi ... Novi sakit, dia opname di rumah sakit."
"Masya Allah, sakit apa? kok sampai opname?"
"Panas tinggi Buk, tiga hari... hari ini sampai tak sadarkan diri.. Buk. Langsung saya bawa ke rumah sakit."
"Di rawat dimana kak??"
"Di rumah sakit Harapan Kita."
"Kita ke sana sekarang Buk, naik mobil saya aja.."
Rubby mengajak ibuk dan Sofi ke rumah sakit. Kak Noval naik motor. Kami langsung ke rumah sakit. Lima belas menit kami sudah sampai. Kami langsung menuju kamar perawatan.
Kak Vivi istri kak Noval menemani Novi. Selang infus terpasang. Selang oksigen melilit di hidungnya. Novi berusia Lima tahun.
"Assalamualaikum Kak..."
"Wa Alaikum salam, Sofi.."
Kak Vivi memeluk Sofi, tangisan mereka pecah. Ibu mendekati mereka.
"Vivi, gimana keadaan cucuku?"
Kak Vivi beralih memeluk ibunya.
"Ibuk...Novi Buk...Novi..."
Kondisi Novi masih lemah, sepertinya tertidur lelap. Nafasnya sudah teratur.
"Novi saki apa Nduk??"
"Novi...Buk...Novi...."
Kak Vivi belum sanggup menjelaskan, tangisnya masih mewarnai. Kak Noval mengelus rambut Novi.
Bersambung
🌸🍃🌸🍃🌸🍃🌸🍃🌸🍃🌸🍃🌸🍃
Makasih ya...
kalian sudah membaca...
Tinggalkan jejak kalian
Like, komentar dan vote ya...
Kita saling dukung...
semangat....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
🤍
Boom like akak.. Lanjut up na..
2021-07-18
0
Om Rudi
semoga istiqomah
2020-12-12
0
Cinta Marisa
Ceritanya seru dan menarik. Semangat terua buat authornya, ditunggu. next partnya, salam hangat dari istri yang dirahasiakan
2020-11-11
1