4. Permintaan ibu

Sudah sepuluh hari Ibu Sofi dirawat di rumah sakit. Selama itu Sofi selalu menemani ibunya. Perkembangan kesehatan ibunya semakin membaik. Tekanan darah sudah stabil. Makannya sudah lumayan. Sudah latihan duduk dan berdiri, jalan ke kamar mandi.

"Sofi, sini nduk. Ibu mau bicara sebentar."

Sofi mendekati ibunya. Digenggam erat dan diciumnya tangan ibunya.

"Iya Bu, ibu haus? atau lapar?" Sofi bertanya penuh kelembutan.

Ibunya menggeleng. Senyumnya mengembang. Matanya memandang Sofi dengan teduh.

"Nduk, sebentar lagi kamu wisuda. Apakah sudah ada calon?"

Deegg

Jantung Sofi serasa berhenti sedetik. Tidak biasanya ibu bertanya seperti itu. Paling menanyakan kuliah. Sekarang kok tiba-tiba tanya calon.

"Buk, ibu tenang saja. Insya Allah besok pasti bertemu jodoh yang terbaik."

"Iya, ibu percaya. Tapi kapan? Ibu sudah tua, pingin gendong cucu. Kakakmu sudah menikah. Tinggal kamu, nduk."

Sofi terdiam. Tak ada kalimat indah untuk disampaikan ke ibunya lagi. Sofi takut melukai perasaan seorang Ibu yang disayanginya. Tiba-tiba...

"Assalamualaikum..."

Dio datang menyelamatkan dari pertanyaan Ibu yang sulit dijelaskan.

"Eh, Dio. wa Alaikum salam... sendirian? Mana Rubby?"

Sofi mencari keluar kamar. Tidak ada. Dio datang sendiri. Dio menenteng tas kresek berisi buah-buahan. Dio mencium tangan ibu, kemudian meletakkan buah di meja.

"Sendirian kok. Sejak ibu masuk rumah sakit, Rubby ngambeg. Berkali-kali aku ke rumah tidak bertemu."

"Rubby ngambeg??? Benarkah? Pantesan WA ku centang satu terus. Kemana dia?"

Dio mengangkat bahu. Mereka membicarakan Rubby yang aneh. Gara-gara janjian tak terlaksana dia ngambek. Rencananya setelah ibu pulang dari rumah sakit, mereka akan menemui Rubby dan menjelaskan semuanya.

"Nak Dio..."

Panggilan ibu menghentikan pembicaraan kami. Dio mendekati ibu.

"Iya Bu, maaf. Ibu kenapa?"

Ibu menatap Dio penuh kelembutan. Senyumnya menghiasi wajahnya yang teduh.

"Nak Dio kuliahnya sudah selesai?"

"Alhamdulillah Bu, sebentar lagi wisuda. Kemarin sudah selesai penasaran, Insya Allah tahun ini wisuda Bu. Mohon doa restunya."

"Alhamdulillah,. berarti bisa barengan wisuda dengan Sofi."

"Mudah-mudahan Bu."

"Nak Dio sudah punya calon?"

"Saya Bu? Eh, anu... eh...belum Bu. Mana ada yang suka sama saya."

Dio menjawab dengan gugup. Matanya melirik ke arah Sofi. Sofi pura-pura tidak tahu. Didekati ibunya dan dicium tangannya.

"Buk, ibu tenang saja. Mohon doanya, semoga Sofi dapat jodoh yang terbaik. Sofi Yaqin."

"Iya Bu, Sofi anak yang baik, Sholehah, cerdas. Pasti dapat jodoh yang terbaik."

Dio menambahi, mereka saling pandang. Senyum tipis dilempar Dio pada Sofi. Sofi tertunduk malu. Tiba-tiba dokter dan perawat masuk.

"Permisi, gimana Bu, sudah sehat?"

Dokter memeriksa ibu.

"Tekanan darah normal dok, denyut jantung stabil, sudah bisa duduk dan berjalan."

Perawat menjelaskan pemeriksaan tadi pagi. Ibu tersenyum dan mencoba duduk.

"Alhamdulillah sudah baik Dok, boleh pulang ya Dok...."

"Boleh...yang penting ibu tetap jaga kesehatan, jangan kerja berat-berat. Juga jangan terlalu berpikir berat ya Bu. Ibu boleh pulang hari ini."

"Alhamdulillah, ibu boleh pulang Dok?" tanya Sofi.

"Silakan urus administrasi di kasir ya mbak." pesan perawat.

Sofi menegaskan kembali. Dokter mengangguk. Kemudian meninggalkan kami dengan sejuta kebahagiaan. Sofi segera mempersiapkan semuanya.

"Sof, biar aku yang urus semuanya ya. Kamu temani ibu di sini."

"Nggak merepotkan kamu?"

"Nggaklah, biar aku saja."

"Ini uangnya, mungkin tambah, selain dari BPJS."

"Nggak usah, simpan aja. Aku ada koq."

Dio langsung pergi ke kasir meninggalkan Sofi yang melongo. Ibu melihat mereka berdua sambil tersenyum.

"Sofi, Dio anaknya baik ya. Ibu suka..."

"Ah, ibu..."

Sofi tersipu malu, sambil pura-pura sibuk membereskan semuanya. Padahal hatinya berbunga-bunga. Angannya melambung ke angkasa bagai bidadari. Dio memang sangat baik. Sejak pandangan pertama di kampus itu, Sofi sudah merasakan debaran jantung itu.

Setengah jam berlalu, Dio sudah selesai mengurus administrasi.

"Gimana Dio, sudah beres semuanya?"

"Alhamdulillah, semua sudah beres. Seminggu lagi ibu harus kontrol."

"Makasih ya Dio."

"Untuk apa? Beliau seperti ibuku sendiri. Aku seperti menemukan ibu kembali."

***

Dio memandang keluar jendela, teringat peristiwa lima belas tahun yang lalu. Saat itu Dio berusia sepuluh tahun, kelas empat SD. Ketika pulang sekolah, Dio melihat keramaian di rumah. Bendera merah, ada teratak terpasang, juga kursi-kursi. Banyak orang berpakaian hitam-hitam, wajah mereka terlihat berduka.

"Pak...pak.... ibu mana??? Mana ibu?"

Dio berlari menerobos kerumunan. Bajunya basah oleh keringat. Wajahnya merah karena kepanasan setelah pulang sekolah.

Bulik Ti memeluk Dio erat-erat dan membisikkan kata. Beliau adalah adik bapak. Rumahnya berdampingan dengan rumah Dio.

"Sabar ya Le, ibumu telah pulang."

Dio terdiam, meskipun air matanya tak terbendung. Mata Dio memandang peti berwarna putih di depannya. Ibunya terbujur kaku, wajahnya tersenyum, seperti tidur lelap. Dio mencium ibunya.

***

"Eh, kok malah melamun. Ayo kita pulang, semua sudah siap."

Sofi membuyarkan lamunan Dio.

"Eh, maaf...maaf... aku .. aku teringat ibuku. Sini suster, biar saya yang dorong kursi rodanya."

Dio mengambil alih kursi roda yang didorong perawat. Sofi memandang wajah Dio penuh takzim. Ibu tersenyum bahagia.

Mereka sudah sampai di lobi rumah sakit. Mobil grab sudah menunggu. Setelah semuanya sudah masuk mobil, kami pulang.

Setengah jam kemudian kami sampai di rumah.

"Alhamdulillah, akhirnya bisa mencium aroma rumah kembali."

Ibu tersenyum bahagia. Wajahnya berbinar-binar. Badannya terlihat segar kembali. Sofi melihat ibunya dengan bahagia. Begitu pula Dio, seperti melihat ibunya kembali.

"Lho, mas..."

Sofi melihat Dio ...

"Ada apa Sof...?"

"Bukannya tadi ke rumah sakit naik motor?"

"Astaghfirullahaladzim... iya Sof, Lupa... Kamu sih gak ngingetin aku..."

Dio mencubit tangan Sofi. Sofi tertawa kecil. Keakraban mereka terekam ibunya. Doa ibu Sofi terlantun untuk mereka berdua.

"Eh, maaf ya Sof, aku pamit dulu, mau ambil motor ke rumah sakit. "

Dio menghampiri ibu di kamar yang sedang istirahat.

"Bu, Dio pamit dulu ya. Besok ke sini lagi. Ibu pingin dibelikan apa?"

"Nggak usah repot-repot Dio, kamu kesini saja ibu sudah bahagia."

Dio mencium tangan ibu, selanjutnya pulang.

Sofi mengantarkan Dio sampai pintu gerbang. Gojek sudah menunggu di depan. Rupanya Sofi sudah memesannya.

"Eh, sudah dipesankan to. Makasih ya Sof."

Sofi mengangguk pelan. Senyumnya mengembang. Dio memandang Sofi penuh hormat. Ah, Sofi ... Sofi...kamu perempuan yang baik. Cantik dan Sholehah.

"Pamit dulu ya Sof, kalau ada apa-apa, hubungi saya ya.. Assalamu'alaikum..."

Sofi mengiyakan, tangannya melambai.

"Wa Alaikum salam, hati-hati ya..."

Dio melambaikan tangannya. wajahnya terlihat bahagia. Begitu juga dengan Sofi. Gojek membawa Dio ke rumah sakit. Setengah jam kemudian Dio sampai di rumah sakit. Dia langsung menuju tempat parkir motor.

"Dio..."

Ada seseorang memanggilnya. Dio menoleh.

Bersambung

Terima kasih, sudah membaca kisahku.

kasih komentar ya....

Terpopuler

Comments

BELVA

BELVA

ka dyah aku mampir lg absen like buatmu

2021-01-23

1

Tamie

Tamie

udahla Dio SM Sofi aja . 🤭

2021-01-23

1

dhorizt cleverley

dhorizt cleverley

permulaan yg oke 🤭

2021-01-15

1

lihat semua
Episodes
1 1. Pandangan pertama
2 2. Persahabatan Dio, Rubby dan Sofi
3 3. Rubby Ngambeg
4 4. Permintaan ibu
5 5. Pertemuan Tak Terduga
6 6. Perseteruan Rubby dengan Sofi
7 7. Rencana Rubby
8 8. Wisuda
9 9. Rubby Sakit
10 10. Ada apa dengan Dio
11 11. Lamaran
12 12. Hari Pertama Masuk Kerja
13 13. Cinta Dalam Diam
14 14. Alexa
15 15. Serangan Jantung
16 16. Permintaan Om Rudy
17 17. Dilema
18 18. Pertemuan Sofi dan Rubby
19 19. HIJRAH
20 20. Rubby Shalihah
21 21. dr. Iqbal Ramadhan, Sp. An.
22 22. Cinta itu Tumbuh
23 23. Pedekate
24 24. Apakah ini Takdir?
25 25. Kenapa Rubby??
26 26. Sofi mulai bekerja
27 27. Teror Alexa
28 28. Alexa mengakui kesalahannya
29 29. Memantapkan Hati
30 30. Kehadiran Irfan
31 31. Pengakuan Alexa
32 32. Lamaran
33 33. Resepsi Pernikahan yang Romantis
34 34. Bulan Madu ke Bali
35 35. Indahnya Bali Bulan madu adalah sesuatu yang penting. Sangat ditunggu.
36 36. Rubby dan Sofi Sakit
37 37. Akhirnya Jalan-jalan
38 38. Kabar Duka
39 39. Ada yang pergi, ada yang datang
40 40. Garis dua
41 41. Kabar Duka Lagi
42 42. Kelahiran si kembar
43 43. Aqiqah
44 44. Langit Mendung
45 45. Ada Pelangi
46 46. Ujian Keluarga Dio
47 47. Ujian Kesetiaan
48 48. Rubby, kamu pasti Kuat
49 49. Alexa Datang Lagi
50 50. Rubby, mengapa kamu berubah ??
51 51. Pesan Rubby
52 52. Operasi
53 53. Hijrahnya Alexa
54 54. Suprise untuk Rubby
55 55. Bersabar
56 56. Pertemuan Rubby dengan Alexa
57 57. Sarah
58 58. Teror
59 59. Pesan Terakhir
60 60. Keputusan Rubby
61 61. Keputusan yang terbaik
62 62. Akhirnya Menikah
63 63. Positif
64 64. Kelahiran yang didambakan
65 65. Tasyakuran Kelahiran dan Perpisahan
Episodes

Updated 65 Episodes

1
1. Pandangan pertama
2
2. Persahabatan Dio, Rubby dan Sofi
3
3. Rubby Ngambeg
4
4. Permintaan ibu
5
5. Pertemuan Tak Terduga
6
6. Perseteruan Rubby dengan Sofi
7
7. Rencana Rubby
8
8. Wisuda
9
9. Rubby Sakit
10
10. Ada apa dengan Dio
11
11. Lamaran
12
12. Hari Pertama Masuk Kerja
13
13. Cinta Dalam Diam
14
14. Alexa
15
15. Serangan Jantung
16
16. Permintaan Om Rudy
17
17. Dilema
18
18. Pertemuan Sofi dan Rubby
19
19. HIJRAH
20
20. Rubby Shalihah
21
21. dr. Iqbal Ramadhan, Sp. An.
22
22. Cinta itu Tumbuh
23
23. Pedekate
24
24. Apakah ini Takdir?
25
25. Kenapa Rubby??
26
26. Sofi mulai bekerja
27
27. Teror Alexa
28
28. Alexa mengakui kesalahannya
29
29. Memantapkan Hati
30
30. Kehadiran Irfan
31
31. Pengakuan Alexa
32
32. Lamaran
33
33. Resepsi Pernikahan yang Romantis
34
34. Bulan Madu ke Bali
35
35. Indahnya Bali Bulan madu adalah sesuatu yang penting. Sangat ditunggu.
36
36. Rubby dan Sofi Sakit
37
37. Akhirnya Jalan-jalan
38
38. Kabar Duka
39
39. Ada yang pergi, ada yang datang
40
40. Garis dua
41
41. Kabar Duka Lagi
42
42. Kelahiran si kembar
43
43. Aqiqah
44
44. Langit Mendung
45
45. Ada Pelangi
46
46. Ujian Keluarga Dio
47
47. Ujian Kesetiaan
48
48. Rubby, kamu pasti Kuat
49
49. Alexa Datang Lagi
50
50. Rubby, mengapa kamu berubah ??
51
51. Pesan Rubby
52
52. Operasi
53
53. Hijrahnya Alexa
54
54. Suprise untuk Rubby
55
55. Bersabar
56
56. Pertemuan Rubby dengan Alexa
57
57. Sarah
58
58. Teror
59
59. Pesan Terakhir
60
60. Keputusan Rubby
61
61. Keputusan yang terbaik
62
62. Akhirnya Menikah
63
63. Positif
64
64. Kelahiran yang didambakan
65
65. Tasyakuran Kelahiran dan Perpisahan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!