Melihat ibunya sudah sadar, Sofi langsung sujud syukur. Air mata bening mengalir di pipinya. Hijabnya basah. Sofi melihat ibunya yang diperiksa oleh dokter. Pelan-pelan Sofi keluar menemui kakaknya dan Dio yang menunggu di luar.
Aroma ruang ICU berubah wangi. Mungkin perasaan Sofi yang bahagia, suasana menjadi berubah. Sesampai di luar, Sofi menemui kakaknya.
"Bagaimana keadaan ibu Dik?"
"Iya gimana keadaan ibu sekarang Sof?"
Kak Noval dan Dio mencecar dengan pertanyaan. Sofi duduk di sebelah kak Noval. Dengan tenang dan wajah tersenyum.
"Alhamdulillah, masa kritis ibu telah lewat. Ibu sudah sadar Kak, Dio."
"Alhamdulillah..."
Kak Noval Dio mengungkapkan hamdhallah bareng. Mereka langsung sujud syukur. Suasana ruang tunggu ICU makin ramai. Banyak pembesuk yang bergantian menunggu.
"Kak, biar Sofi nunggu Ibu ya... sampai ibu sehat kembali."
"Gimana dengan kuliahmu? Gak ganggu?"
"Kebetulan jeda semester Kak, jadi kosong dua minggu."
"Baiklah kalau Ndak gaanggu kuliahmu."
"Dio, saya bisa minta tolong."
"Bisa, bisa...apa yang bisa saya bantu Sof?"
"Tolong ambilkan aku baju ganti, nanti saya wa temen sekamar biar menyiapkan semuanya. Besok tinggal ambil."
"Oke, siap... Karena sudah sore saya pamit dulu ya. Besok baju gantinya saya bawakan."
"Oke. Makasih ya, sampaikan ke Ibu kost. Aku nunggu ibu di rumah sakit."
Dio mengangguk, langsung berpamitan dengan kak Noval. Di sepanjang perjalanan Dio banyak memikirkan Sofi. Dia wanita yang sangat kuat dan cerdas.
Ting
Ting
Ting
Ada telepon masuk. Dio menghentikan motornya di pinggir jalan yang sepi. Diambilnya gawai di saku jaket. Ada sepuluh panggilan tak terjawab. Diangkat telepon terakhir. Rubby???
"Hallo.... . Assalamualaikum..."
"Salam, Dio...!!! Kami di mana sih! Ditelepon berkali-kali Ndak diangkat. Penting ini."
Rubby langsung mencecar dengan pertanyaan. Kemarahan yang meledak-ledak seperti petasan. Telinga Dio rasanya terbakar.
"Aku ke rumahmu ya. Sekarang. Kamu sedang di rumah kan?"
"Iya! cepetan. Ada hal penting banget."
Klik
Gawai langsung dimatikan oleh Rubby. Sabar sabar... menghadapi perempuan harus ekstra sabar. kata Dio dalam hati.
Dio langsung memacu motornya menuju rumah Rubby. Tapi sebelumnya mengabari ibu kost Sofi, kalau ada urusan penting. Jadi pulang agak malam. Pikiran Dio tidak tenang. Dia tidak ingin menyakiti siapapun. Sofi dan Rubby adalah sahabat yang disayanginya. Keduanya sama-sama baik.
Setengah jam berlalu, Dio sampai di rumah Rubby. Suasana rumah sepi. Taman yang asri, banyak bunga-bunga tertata rapi. Kolam koi di pojokan menambah kesejukan taman. Aroma wangi melati tercium. Segar. Dio memencet bel yang terletak di sebelah pintu rumah yang terbuat dari kayu jati.
Tak tak tak
Ada langkah-langkah kaki mendekati pintu. Sesosok kepala menyembul di balik pintu. Perempuan paruh baya, mungkin pembantu.
"Nyari siapa???"
"Rubby ada mbak?"
"Eh, Non Rubby baru keluar sebentar, katanya tadi kalau mas Dio datang suruh nunggu. Mas Dio kan?"
"Oh, iya iya...saya Dio."
"Silakan masuk, saya buatkan minum sebentar."
Dio duduk sendirian di ruang tamu. Diambilnya gawai di saku jaketnya. Dio menghubungi Rubby.
[Rub, kamu dimana. Saya sudah sampai rumahmu.]
Centang satu. Artinya Rubby off. Mbak Sum pembantu Rubby menyuguhkan teh manis dan cemilan.
"Silakan diminum Mas, saya tinggal dulu."
"Makasih mbak, saya tunggu Rubby."
Dio masih menunggu Rubby dengan sabar. Semenit, setengah jam, satu jam sampai dua jam. Kesabaran Dio sedang diuji. Pikiran Dio mulai gelisah. Malam beranjak. Sebentar lagi Magrib. Dio berdiri, jalan ke sana kemari.
Ting
Ting
Ting
Ada telepon masuk. Dari Rubby.
"Assalamualaikum."
"Wa Alaikum salam, kamu dimana Rubby? Sudah dua jam aku nunggu. Kapan pulang."
"Eh, maaf Dio. Saya Ndak bisa pulang. Aku keluar kota, pulang besok. Maafkan aku ya Dio. Tadi acaranya mendadak. Jadi Ndak sempat ngabarin kamu."
"Ah, kamu Rubb. Ya sudah, saya pulang dulu. Besok kabari kalau sudah pulang."
Klik.... Rubby langsung mematikan gawainya.
Dio langsung berpamitan dengan mbak Sum. Azan magrib berkumandang, Dio bergegas pulang. Dipacu motornya menuju tempat kost Sofi. Perasaan Dio jadi kacau balau.
Sesampai di tempat kost Sofi, ibu kost sudah menunggu di teras. Setelah memarkir motor Dio langsung mendekatinya.
"Maafkan saya Bu, tadi ke rumah Rubby dulu. ternyata dia pergi. Maafkan saya Bu."
Dio menunduk, mohon maaf pada ibu kost.
"Gak papa, yang penting kamu selamat. Gimana keadaan ibunya Sofi?"
"Alhamdulillah masa kritis sudah lewat. Tadi setelah bertemu Sofi, ibunya langsung sadar."
"Alhamdulillah... syukurlah kalau sudah membaik. Semoga cepat pulih kembali."
"Aamiin... Alhamdulillah. Sofi mohon ijin untuk menunggu sampai beliau sembuh."
"Iya... Biar ibunya ayem.. Sepertinya Sofi adalah anak perempuan satu-satunya. Jadi sangat dirindukan."
"Iya Bu, saya juga disuruh mengambilkan baju gantinya. Rencana besok saya antarkan ke rumah sakit."
"Iya, tadi teman kamar Sofi sudah menyiapkan semuanya."
"Baiklah Bu, saya mohon ijin dulu. Besok saya antarkan baju ganti Sofi."
"Ya sudah, hati-hati di jalan ya. Ohya Dio, besok pakai motor ini lagi gak papa."
"Inggih Bu, makasih."
Dio pulang ke kost yang letaknya tak jauh dari kost Sofi. Gimana keadaan ibu Sofi sekarang? Batin Dio. Nanti wa dari rumah. Mending sekarang pulang, mandi dan istirahat.
***
Sementara itu di rumah sakit, Sofi bisa istirahat dengan tenang. Perkembangan kesehatan ibunya makin membaik. Tekanan darah mulai stabil. Mungkin hari ini bisa pindah ke bangsal perawatan. Sudah tiga hari Sofi menemani Sofi.
Benar. Hari ini ibunya Sofi pindah ke bangsal perawatan. Kondisinya makin membaik. Tekanan darah sudah stabil. Oksigen sudah tidak terpasang lagi. Sofi membereskan semua barang untuk dipindahkan ke bangsal perawatan. Bangsal Flamboyan 3 no 15A.
Perawat sudah menyiapkan semuanya. Ibu dibawa mereka menuju bangsal perawatan. Sofi dan Kak Noval mengikuti dari belakang.
Siang itu suasana masih agak sepi. Mungkin karena belum jam bezok. Jam menunjukkan angka 08.30. Benar juga, jam bezok 10.00 sampai 13.00. Makanya masih agak sepi.
Tap tap tap
Ada langkah mengejar.
"Sofi...."
Sofi berhenti, dilihat Dio mendekati.
"Hah...hah...ha.... (nafas Dio terengah-engah) Gimana keadaan ibu?"
"Alhamdulillah sudah membaik. Ini pindah di bangsal perawatan."
"Alhamdulillah syukurlah. Sini aku bantuin bawa."
Dio mengambil tas besar yang dibawa Sofi. Kak Noval meninggalkan mereka berdua. Dia takut mengganggu mereka. Ibu dan kak Noval sudah sampai di kamar, selang beberapa menit Sofi dan Dio menyusul.
Sofi merapikan barang-barang di bangsal Flamboyan. Suasana terasa lebih nyaman dibanding di ICU. Dio memperhatikan kecekatan tangan Sofi. Tampak terlihat tidak canggung. Dia bukan tipikal perempuan manja.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
BELVA
mampir kembali di novel
#gadis imut diantara dua raja
mksh ya ka
2021-01-21
1
Manda Poo
hadir kembali
2021-01-15
1
MyNameIs
aku tinggalkan like lagi kak,,, seruuu,,, lanjut baca lagi,, maaf kak kemaren sibuk banget baru bisa baca2 lagi nih
2020-12-21
1