Hari ketiga Rubby di rawat di rumah sakit. Dio dan Sofi bergantian menjaga. Siang hari Sofi. Malamnya Dio. Kesehatan Rubby makin membaik. Bengkak di kakinya makin membaik. Panas tinggi sudah berangsur-angsur turun. Diagnosis dokter tentang penyakitnya sudah ditemukan. Gejala typus.
"Sofi, makasih ya.. sudah jagain aku terus. Kamu adalah sahabat sejati."
Rubby sudah belajar duduk. Keadaannya makin membaik.
"Sama-sama Rub. Kamu juga sahabat yang baik. Meski kadang juga nyebelin."
"Eh, nyebelin gimana?? Masalah Dio?"
"Ah, banyak..."
"Rencana selanjutnya apa Sof. Kamu kan sarjana Guru. Mau ngajar di mana??"
"Entahlah, masih belum kepikiran. Mungkin aku akan ngajar di kampung halaman. Pulang ke desa."
"Nggak ngajar di sini aja. Kan banyak sekolah."
"Nggak tahulah Rub. Yang penting sekarang, kamu cepat sembuh dan pulang."
Ketika mereka asyik ngobrol, Dio datang bersama Iqbal.
"Assalamualaikum, apa kabar Rubby? Maaf baru bisa jenguk lagi. Eh, Sofi, apa kabar" sapa Iqbal.
"Wa Alaikum salam, Alhamdulillah kabar baik. Sudah baik koq. Semoga besok bisa pulang."
"Kabar baik. Alhamdulillah." jawab Sofi.
"Dio...sini." Rubby merajuk manja.
Seperti kerbau dicocok hidungnya, Dio mendekati Rubby.
"Gimana?? Kamu sehat?"
"Kamu lihat sendiri kan. Aku sudah pulih. Udah bosan di sini. pingin pulang..."
"Sabar. Besok pas Visit dokter, sampaikan kalau sudah sehat."
Rubby mengangguk. Sementara Iqbal mendekati Sofi.
"Selamat Bu Guru. Rencana mau ngajar dimana??? Aku mau lho jadi muridnya??"
Iqbal menggoda Sofi. Sofi menggeser kursinya. Dilihatnya Dio asyik ngobrol dengan Rubby.
"Makasih mas. Belum tahu, mau ngajar dimana?"
"Aku punya rekomendasi sekolah. Ada temanku yang ngajar di SMA Xx. Mungkin ada peluang. Coba nanti saya kontak dia."
"Nggak usah repot-repot mas."
"Nggak repot kok. Barangkali Sofi cocok."
Sofi tersenyum. Senyumnya indah. Ternyata kalau diperhatikan, Sofi cantik juga ya. Lembut, sabar, sederhana, cerdas. Cocok jadi calon ibu dari anak-anakku nanti, batin Iqbal.
"Eh maaf, aku pamit dulu ya. Ada perlu."
Sofi berpamitan. Dio menoleh.
"Aku antar ya.."
"Ndak usah, kamu kan gantian temani Rubby. Aku berani kok pulang sendiri."
"Ehh, biar aku antar ya. Sekalian ada perlu."
Iqbal menawarkan diri. Dio menatap Iqbal. Ada rasa cemburu membuncah di dadanya.
Mengapa takdir selalu menjauhkan aku dengan Sofi?? Dan Rubby selalu berusaha mendekati aku?? Ah, aku tak mengerti. Seru Dio dalam hati.
"Sof, makasih ya. Sudah temani aku terus."
Rubby memeluk Sofi dengan erat. Sofi membalas dengan tulus. Senyum bahagia terpancar dari keduanya.
Dio dan Iqbal hanya melihat kemesraan mereka berdua dengan perasaan bahagia.
Dua wanita cantik, besok pasti akan menemukan jodohnya. Sofi atau Rubby yang menjadi jodoh Dio.
"Aku pulang dulu ya Rub. Dio, tolong jagain adikku ya..."
Iqbal mengantarkan pulang Sofi.
"Sof, kita cari makan dulu yuk. Lapar..."
"Eh, maaf. Aku ada acara, lain kali aja ya. Soalnya penting banget."
"Oke, gak papa. Tapi lain kali mau ya,.."
"Insya Allah. Sekarang langsung pulang aja ya. Maaf merepotkan."
Iqbal mengiyakan. Sebenarnya Iqbal kecewa, tapi dia berusaha menutupi kekecewaannya. Mereka langsung pulang ke rumah Sofi. Sepanjang perjalanan mereka ngobrol ringan, seputar rencana mencari pekerjaan.
***
Dio dan Rubby di rumah sakit sedang membicarakan Sofi.
"Dio, gimana kalau Sofi kita jodohkan dengan Iqbal. Menurut kamu, cocok nggak."
"Nggak cocok. Aku nggak setuju. Biarlah mereka menemukan jodohnya sendiri."
Rubby terdiam. Wajahnya memerah.
"Mengapa nggak setuju? Beri alasan."
"Ya nggak cocok aja."
Thok
Thok
Pintu diketuk dari luar. Perawat dan dokter visit.
"Selamat siang Mbak Rubby. Gimana, sudah sehat?"
"Alhamdulillah, sudah sehat. Boleh pulang ya Dok. Plisssss...."
Dokter memeriksa kaki Rubby, juga rekam medis setiap hari. Dia manggut-manggut sambil tersenyum.
"Oke, hasilnya bagus. Boleh pulang, seminggu
lagi kontrol ya."
"Siap dok.."
Selesai memeriksa dokter dan perawat langsung pamit keluar.
"Alhamdulillah, sudah bisa pulang."
Wajah Rubby kembali ceria. Senyumnya menghiasi wajahnya. Dio tersenyum juga meski ada sesuatu yang dipendamnya.
Ayah Rubby datang bersama Iqbal dan mamahnya.
"Assalamualaikum, gimana Nduk???"
"Wa Alaikum salam, Alhamdulillah pah, hari ini boleh pulang. Barusan dokter visit."
"Alhamdulillah, kebetulan nih. Kita siap-siap."
Dio dan Iqbal merapikan semua barang.
"Eh, Dio, kemarin aku ke rumah Sofi lhoh."
"Ohya, gimana keadaan ibu, sehat."
"Alhamdulillah, ibu sehat. Kami banyak ngobrol. Eh, Dio.. menurut kamu, Sofi itu gimana??"
"Maksudmu?"
"Kepribadiannya."
Dio melihat Iqbal penuh tanda tanya. Haruskah dia berkata jujur? Kalau sebenarnya...
Tiba-tiba Pak Rudy mendekati mereka berdua.
"Iqbal, Om minta tolong, urus administrasi di kasir. Tadi diberitahu bagian administrasi."
"Baik Om."
"Ajak Dio sana."
Om Rudy menyerahkan sejumlah uang kepada Iqbal. Mereka berdua langsung menuju kasir. Di perjalanan mereka melanjutkan ngobrol.
"Eh, Dio. Melanjutkan tadi. Sofi itu gimana?"
Dio terdiam. Sambil berjalan Dio menjelaskan.
"Sejak aku kenal dia, awal semester dulu. Sofi orangnya baik, sangat baik. Memang sih, agak pendiam. Berbeda dengan Rubby. "
"Terus, apalagi. Apa makanan kesukaannya."
"Cerdas, sabar, smart, Sholehah. Menurutku dia wanita idaman."
Dio berhenti dan melihat Iqbal.
"Kamu suka sama Sofi?"
"Sepertinya iya."
Blaaaar....
Hati Dio tiba-tiba bergetar. Dadanya panas. Tangannya mengepal. Tapi Dio berusaha menepis perasaan itu.
Iqbal juga menyukai Sofi? Bagaimana dengan perasaanku? Ah, sudahlah. Aku Yaqin. Bila berjodoh pasti bertemu.
"Eh, koq malah melamun, yuk ah. Nanti Om Rudy menunggu."
Mereka melanjutkan perjalanan menuju kasir. Suasana di ruang kasir ramai. Banyak yang antri menunggu panggilan. Iqbal meletakkan berkas di tempatnya. Mereka duduk di kursi antrian.
"Dio, kamu kayaknya cocok sama Rubby. Dia sangat mencintai kamu."
"Ah, sok tahu kamu. "
Dio pura-pura tidak tahu.
"Beneran. Rubby banyak cerita tentang kamu. Dia selalu bahagia saat membicarakan kamu."
"Aku belum memikirkan semua itu Bal. Aku ingin membahagiakan Bapak dulu. "
" Oh.. gitu ya. Kan bisa pedekate dulu. Kamu bisa kerja di perusahaan papanya. Kayaknya cocok deh kamu jadi direktur."
"Ah, sudahlah. Yang penting sekarang cari kerja dulu. Kalau berjodoh pasti bertemu."
"Nona Rubby?"
"Iya, saya."
Iqbal bergegas menuju kasir dan membayar semuanya. Selesai urusan, mereka kembali ke kamar Rubby. Om Rudy dan Rubby sudah menunggu.
" Lama banget sih. Bosen nih."
Rubby mendengus kesal. Iqbal dan Dio saling pandang.
"Maaf Rubby, antriannya banyak."
"Kalian pasti pergi tadi. Ndak langsung ke administrasi."
Rubby masih kesal.
"Sabar to Nduk, kamu nanti sakit lagi."
Om Rudy mencoba menengahi mereka. Suasana jadi Ndak nyaman. Rubby mengungkapkan kekesalannya dengan mogok, tidur lagi. Dia nggak mau pulang.
"Rubby, maafkan kami ya. Ayo pulang, perawat sudah menunggu tuh. Katanya bosen. Kok..."
Dio mencoba membujuk Rubby. Pelan-pelan hati Rubby luluh, akhirnya mau pulang.
Ting
Ting
Ting
HP Rubby berdering.
"Assalamualaikum, Rubby."
"Wa Alaikum salam, Sofi. Hari ini aku sudah boleh pulang. Ini sudah siap-siap."
"Alhamdulillah, nanti aku ke rumah ya."
"Okey, makasih ya... Dio dan Iqbal juga ada nih."
"Ohya... baik. Aku langsung ke rumah ya.."
Rubby, Dio, Iqbal dan Om Rudy masuk mobil. Honda jazz warna putih melaju pelan. Membawa kebahagiaan Rubby. Wajah Rubby tersenyum bahagia.
Bersambung
***
Bagaimana kisah selanjutnya.
Makasih sudah bersedia membaca...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
RN
mampir kk Diyah 🙏
2021-02-15
0
BELVA
dpt slm dari
#gadis imut diantara dua raja
mksh ya ka
2021-02-02
1
MyNameIs
betul tu, kalau jodoh gak kemana🤭🤭
2021-01-25
0