Dio menghentikan langkahnya. Matanya menengok ke kanan dan ke kiri. Suasana di tempat parkir lumayan ramai. Siapa ya yang panggil namaku tadi.
Tiba-tiba ada seseorang yang menepuk pundak dari belakang.
"Hehh... Kamu Dio kan ??"
Sepertinya Dio pernah dengar suara itu. Tapi dimana ya? Otaknya berpikir keras
"Eh, iya. Kamu..." Dio terkejut.
"Pasti lupa. Kamu sibuk banget sih."
Dio mengernyitkan dahi. Melihat laki-laki di depannya. Dari ujung rambut sampai ujung kaki. Sepertinya dia seorang dokter, terlihat dari bajunya. Jas warna putih, di lehernya tergantung stetoskop. Bagian dada sebelah kanan tertulis dokter muda.
"Masya Allah... kamu Iqbal kan? Dulu yang suka gonta-ganti pacar...?"
"Sttt.... jangan keras-keras..."
Iqbal melihat ke kiri dan kanan, jangan-jangan ada yang dengar obrolannya.
"He he he... sekarang sudah insyaf ya..." goda Dio
"Alhamdulillah... Sudah dapat hidayah dari Allah. Siapa yang sakit???"
"Ibunya temanku... tapi sudah pulang kok."
"Eh, kita ngobrol di kantin yuk...mumpung lagi istirahat."
Iqbal mengajak Dio ke kantin rumah sakit. Kantin rumah sakit yang terletak di lantai bawah, lumayan ramai, banyak dokter dan perawat istirahat makan siang. Stan makanan beraneka ragam. Bakso, soto, tengkleng kambing, gado-gado, pecel dan aneka minuman dan gorengan tersedia. Iqbal dan Dio memiliki tempat bagian pojok.
"Mbak, nasi pecel sama telor ceplok, sama es jeruk ya. Kamu pesan apa Dio?"
"Sama aja deh."
Sementara menunggu pesanan mereka ngobrol.
"Eh, kamu sekarang kuliah dimana? Semester?"
"Itu, di UMS, kamu dimana, sudah selesai kan?"
"Di UNS, belum masih lama. Baru jadi koas. Perjalanan masih panjang. Kamu gimana Dio."
"Insya Allah tahun ini selesai. Doakan ya..."
"Wah, selamat ya...kamu malah sudah rampung."
Mbak pelayan Kantin datang membawa pesanan.
"Silakan mas..."
"Makasih mbak..."
Mereka berdua menikmati hidangan masing-masing.
"Eh, gimana kabar Irene pacar kamu itu?"
"Irene? Dia dijodohkan orang tuanya. tamat dah. Aku gak punya keberanian memaksa dia. Aku masih kayak gini. Kamu sendiri gimana??"
"Aku fokus kuliah dulu, gak punya modal buat pacaran?"
"Ha ha ha.... Dio Dio...." Iqbal tertawa ngakak sambil makan kerupuk.
Orang-orang di kantin menoleh pada Iqbal yang tertawa lebar.
"Sttt...jangan keras-keras. Malu dilihat orang."
Iqbal menggeser kursinya, mendekati Dio, dia membisikkan sesuatu.
"Apa??? Nggak ..nggak...aku nggak mau..."
Rupanya Iqbal menawarkan sesuatu, tapi Dio menolak. Suasana kantin makin sepi, mungkin sudah pada kerja lagi. Iqbal melihat jam di tangannya.
"Eh, sorry Dio. Aku masih ada kerjaan nih. Kapan-kapan aku ke rumah ya. Sekalian kita reunian. Sejak lulus SMA baru kali ini kita ketemu kan. Nih, kartu namaku. WA aku ya... Aku seneng banget ketemu sama kamu. Rasanya masih banyak yang kita bicarakan."
"Makasih ya Bal, atas semuanya. Kutunggu kamu di rumah."
Dio memasukkan kartu nama Iqbal di dompetnya.
"Eits...aku yang bayar yah. Aku kan yang ajak kamu."
"Makasih lagi ya Bal. Kamu memang gak pernah berubah sejak SMA. Tetap aja royal sama teman."
Mereka berpisah di tempat parkir. Pertemuan yang tak terduga. Setelah sekian tahun mereka berpisah. Rupanya Iqbal yang dulu orangnya selengekan jadi calon dokter. Iqbal memang anak orang kaya. Meski agak selengekan tapi dia cerdas. Pantas aja keterima di fakultas kedokteran.
***
Dio memacu motornya pulang ke kost. Rupanya di kost sudah ada yang menunggu. Siapa dia. Dio memarkir motor di teras.
"Assalamualaikum..."
"Salam....Dio... Kamu kemana aja sih... WA mu off ya. Kok gak bisa dihubungi??"
"Rubby??? Sudah lama nunggu???"
"Huh..."
Rubby mendengus. Wajahnya memerah. Bibirnya maju lima centi.
"Masih ngambeg...?"
"Gak... Lagian kamu ngapain sih saama Sofi mulu. Kamu suka sama dia??"
"Maaf...maaf...sesama teman dilarang marah."
"Teman??? Kamu anggap aku teman? Masak sih?"
"Iya, kamu sama Sofi sama. Teman, gak lebih."
"What??? Jadi kedekatan kita selama ini hanya sekedar teman???"
Braaakkk
Rubby menggebrak meja. Matanya merah. Nafasnya memburu. Kemarahan memuncak. Gigi Rubby gemerutuk. Dio segera masuk ke dalam mengambil air dingin dalam kulkas.
"Rubby, tenanglah. Nih, minum air dingin biar adem... Tenang dulu, kenapa mesti marah sih."
"Huhhhh...." Rubby mendengus kesal. "Semua pasti gara-gara Sofi sialan itu."
Rubby meminum air dingin yang disodorkan Dio. Bukannya dingin tapi malah semakin panas. Tiba-tiba Rubby memeluk Dio erat-erat.
"Dio...aku mencintaimu... Dio... jangan tinggalkan aku..."
"Rubby... apa-apaan ini. Hahhhh..."
Dio mencoba melepaskan pelukan Rubby. Tapi pelukan Rubby semakin kencang. Suasana kost sepi, teman-teman Dio banyak yang keluar.
"Rubby, lepaskan pelukanmu. Atau aku akan teriak...!"
"Dio... Sebelum kamu menjawab pertanyaanku. Aku tak akan melepaskanmu."
Tiba-tiba Sofi datang.
"Assalamualaikum...."
Dio dan Rubby menoleh pada suara yang datang. Rubby melepaskan pelukannya.
"Wa Alaikum salam." Dio dan Rubby menjawab bersamaan.
"Eh, maaf... maaf... aku mengganggu kalian."
Rubby sengaja memeluk erat lagi Dio. Dio berusaha menepis pelukan Rubby.
"Ada apa Sof.... bagaimana keadaan ibu??"
"Maaf, saya pamit dulu ya... Assalamualaikum."
Sofi pulang dengan hati kecewa. Semua yang ingin disampaikan pada Dio hilang. Melihat kenyataan, Rubby memeluk Dio.
"Wa Alaikum.... Sofi... tunggu dulu..."
Dio mencoba mengejar Sofi. Tapi dia sudah menghilang.
"Ngapain kamu kejar dia... biarin pergi. Ganggu aja !!"
Rubby mendengus kesal. Dio kebingungan. Sofi pergi tanpa pesan. Suasana jadi tidak nyaman.
Dio dan Rubby menatap Sofi bersamaan. Rubby melepaskan pelukannya. Matanya membelalak penuh amarah.
"Rubby, maafkan aku. Aku..." Dio memohon.
"Dio, aku tidak main-main. Aku serius. Kalau kamu macam-macam, akan tahu akibatnya."
Dio tidak diberikan kesempatan untuk menjelaskan semuanya. Rubby mencecar dengan kata-kata bernada ancaman.
"Rubby, beri aku kesempatan untuk berpikir. Sekarang pulanglah. Besok aku ke rumah."
"Benar Dio?? Kamu mau ke rumah?"
"Iya. Sekarang pulanglah."
Rubby langsung memeluk Dio erat-erat. Wajahnya terlihat bahagia. Senyumnya mengembang. Matanya penuh cinta. Dio merasa risih. Sebenarnya pikirannya pergi entah kemana. Bayangan Sofi menari-nari di pelupuk matanya.
Rubby merasa puas, sudah mengungkapkan perasaannya. Perasaan yang dipendam selama ini sudah terbayar. Rubby merasa menang.
"Rubby, pulanglah. Aku nggak enak dengan teman kostku."
"Baiklah... kamu janji ke rumah kan? Awas kalau bohong."
"Iya. insya Allah... aku ke rumah."
Rubby melepaskan pelukannya. Cintanya pada Dio makin membara. Dio harus menjadi miliknya. Tidak ada yang bisa merebut Dio darinya. Hati Rubby berbunga-bunga. Jiwanya terbang melayang.
Rubby meninggalkan rumah Dio. Honda jazz warna putih pelan-pelan meninggalkan rumah kost Dio. Perasaan Dio rasanya nano-nano. Manis, asem, asin. Dunia jadi berwarna hitam. Gelap. Wajah Dio tak semanis saat bersama Sofi. Entahlah.
Apakah Dio mencintai Sofi ?
Bersambung
***
Terima kasih sudah berkenan membaca...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
syafridawati
aku mampir dengan like dan fav semangat salingbdukung ya di novelku lelakimu makasih
2021-07-30
1
MyNameIs
wahhh, Rubby kayak terobsesi banget ya m Dio,,
salam hangat dari " My Bossy Husband"
2021-01-25
1
BELVA
bagus ka
2021-01-23
1