BAB 8

Sudah satu bulan berjalan usaha jasa make up Audy. Kebanyakan klien lamanya menghubunginya kembali. Kekuatan media sosial memang luar biasa. Puncak dari karir Audy adalah ketika ia diminta merias wajah istri dari bapak walikota. Kemampuannya memang luar biasa. Usahanya baru saja di mulai tapi melejit dengan cepat.

Faiz merasa terasingkan. Semulanya ia merasa kesal namun saat ini ia sudah terbiasa. Terbiasa dengan keadaan dingin dalam rumah tangganya. Audy terlalu sibuk. Akhir-akhir ini jarang memasak. Semua dibelinya. Faiz pun malas berkomentar. Mereka bicara seperlunya.

Sementara Audy hanyut akan rencananya,

Faiz mulai merasa jenuh. Besok ia akan keluar kota. Seperti biasa ia menghubungi citra.

Faiz: Besok aku ke kota x. Kantormu buka?

Citra: Hai..pake salam kek. Apa kabar? Tumben udah lama gak ke sini?

Faiz: Iya. Kemarin belum ditugasin lagi. Besok aku mampir ya. Maaf ngerepotin.

Citra: Gak apa-apa. Ehm aku boleh nitip gak ya? Pengen banget bannofie yang lagi hits di sana.

Faiz: Boleh aja. Nanti aku bawain.👌

Citra: Thanks ya.. 😊

Faiz tersenyum sendiri setelah mengakhiri chat dari Citra.

Malam itu Audy baru saja pulang dari merias pre wedding dan sambil menggendong Cindy ya sudah ketiduran turun dari taksi.

"Lain kali boleh kerja di luar tapi pulangnya jangan lewat dari jam kerja suami." Faiz meraih Cindy dari gendongan Audy.

Audy tak menjawab. Ia lelah sekali hari ini. Pekerjaannya hari ini cukup menguras tenaga tapi seimbang dengan hasil yang ia dapatkan.

Selesai mandi Audy menuju dapur menyeduh kopi untuk Faiz.

"Gak usah bikin kopi. Aku mau tidur. Besok mau keluar kota." Faiz berlalu masuk ke kamar.

"Ke kota x. Sekian lama gak pernah ditugasin ke sana. Tumben. Ketemu Citra lagi?" batin Audy. Ia meletak kan kembali gelas kopinya.

Sengaja Audy duduk menonton TV. Entah kenapa hatinya gelisah. Ia masuk ke dalam kamar, dilihatnya Faiz sudah mendengkur. Audy meraih ponsel Faiz. Betapa terkejutnya dia, Faiz sudah memasang kode untuk mengakses ponselnya.

Audy pun meletak kan kembali ponsel Faiz. Saking gelisahnya Audy baru bisa tidur menjelang subuh. Padahal ia cukup lelah setelah merias pre wedding tadi.

Audy lupa kalau Faiz akan berangkat keluar kota setelah subuh. Ia baru saja pulas.

Faiz bangun dan bersiap-siap. Dilihatnya Audy masih tidur. Ia menyiapkan sarapan sendiri. Mie instant untuk mengganjal perutnya karena semalam pun ia tak makan malam karena Audy sibuk.

"Audy sepertinya mulai melupakan kewajibannya. Dia mengabaikan ku sebagai suaminya." batin Faiz. Ia pun berangkat keluar kota. Sebelum pergi ia mencium Cindy. Lalu menatap Audy dan berlalu.

"Mama, Mama.. Bangun.. Cindy mau pipis. Mau susu." Cindy mengguncang-guncang tubuh Audy. Audy mengucek matanya. Matahari sudah terang dibalik tirai. Dilihatnya jam di dinding kamar. Pukul 10.25.

"Mampus. Kesiangan." batin Audy.

"Mama, Cindy laper. Cindy mau susu. Cindy mau pipis." Rengek Cindy.

"Iya sayang. Maaf ya. Mama kecapean. Kesiangan bangunnya." baru kali ini Cindy bablas kesiangan separah ini.

Audy menepuk jidat setelah melihat piring kotor dan gelas kopi susu di meja makan.

"Mampus. Aku lupa kalo Faiz hari ini keluar kota. Pasti dia berangkat pas gak lama aku tidur." Audy menggerutuk pelan. Ia merasa bersalah juga. Walaupun masih perang dingin dengan Faiz ia tetap merasa bersalah karena lalai akan kewajibannya.

Hari itu Audy sengaja tak menghubungi Faiz seperti biasa jika Faiz keluar kota, ia akan bertanya Faiz sudah sampai tujuan atau belum. Dan biasanya Faiz juga melakukan panggilan video di jam makan siang untuk melihat Cindy. Hari ini tidak sama sekali. Keduanya tidak ada yang memulai.

Faiz tiba di kota x. Ia tidak langsung ke kantor Citra tapi melakukan tugas kantor terlebih dahulu. Setelah selesai baru ia akan ke sana sekalian membawakan titipan Citra.

Faiz menawarkan makan siang untuk Citra. Karena ia tahu Citra sendiri di kantor. Biasanya dia memesan makan melalui aplikasi ojek online. Faiz pun menelpon Citra.

Faiz: Halo. Aku on the way. Kamu mau ku bawakan makan siang sekalian?

Citra: Hmm.. Ditraktir gak nih?

Faiz: Iya. Aku males nih makan di restoran sendirian. Mending ku bungkusin aja. Siapa tau bisa makan bareng di kantor mu.

Citra: Ah.. Senengnya. Rezeki gak boleh ditolak. Boleh deh.

Faiz: Oke.

Usai menelpon Citra Faiz singgah di resto seafood dan membungkuskan makanan.

Sesampai di kantor Citra ia langsung menyerahkan bungkusan makanan. Citra menyiapkan peralatan makan di dapur kantornya.

"Kok banyak banget?" Citra membuka bungkus makanan yang dibawa Faiz.

"Gak apa-apa biar kamu sehat." tawa Faiz. Ia memperhatikan Citra yang begitu telaten menyiapkannya makanan.

"Hmm.. Kamu mau ku siapkan kopi juga?" tawar Citra.

Faiz merasakan nuansa perhatian kembali yang sudah lama tak dilakukan Audy semenjak ia sibuk dengan usaha tata riasnya. Faiz melamun.

"Haii.. Mikirin apa sih? Mau kopi?" seketika Faiz buyar karena teguran Citra.

"Hm.. Boleh. Jangan terlalu manis ya."

Siang itu iya makan siang berdua dengan Citra. Meski ia tahu kalau saja Audy mengetahuinya pasti Audy akan marah besar dan mengamuk. Tapi, ia melampiaskan semua kekesalannya karena Audy yang sudah mulai mengasingkannya. Audy tidak pernah meminta persetujuannya untuk membuka usaha. Audy tidak memberitahu bagaimana ia bisa mendapatkan modal. Bahkan Faiz tahunya Audy meminta kepada orangtuanya, yang jelas-jelas Faiz selalu melarangnya.

Siang itu Faiz menumpang istirahat tidur di ruangan kosong di lantai 2 kantor Citra. Biasanya ruangan tersebut digunakan untuk menyimpan barang-barang kiriman yang tiba tapi sudah lewat jam antar. Semenjak Faiz sering mampir, Citra sudah membersihkan ruangan tersebut.

Waktu menunjuk kan pukul 5 sore. Citra sudah mau pulang kantor, Faiz sepertinya masih tidur. Ia pun berniat membangunkan Faiz. Ketika Citra membuka pintu ia terkejut karena Faiz sedang mengenakan pakaian.

"Ups. Maaf." Citra menutup matanya.

Faiz segera menaikkan celananya. Ia tak bugil. Mengenakan celana pendek boxer tapi tak mengenakan baju. Ia baru habis mandi.

"Gak apa-apa. Kan aku gak bugil. Maaf ya aku ketiduran lama banget. Capek." jawab Faiz sambil mencari kemejanya yang ternyata ketinggalan di kamar mandi.

"Iya. Aku mau pulang nih udah sore. Kirain kamu masih tidur." jawab Citra agak terpana melihat postur tubuh Faiz.

"Oke. Tapi sepertinya mau hujan. Mau ku antar?" tawar Faiz yang melihat sepertinya mendung sudah mengundang rintik kecil.

"Gak apa-apa aku bawa motor." Tolak citra.

"Besok kan bisa naik ojek ke kantor. Daripada kehujanan." Ternyata memang hujan turun cukup deras. Citra pun mengiyakan untuk diantar pulang. Faiz memang sangat humble dan perhatian kepada orang lain. Itu yang ditakutkan Audy. Takut kalau kebaikannya membuat orang lain tersalah perasaan atau baper.

Terpopuler

Comments

Uthie

Uthie

Audi salah juga sihh sbg istri 😁

2022-10-10

0

sahabat syurga

sahabat syurga

klo dsni mnurut aku sm2 slah...audy sbgai istri gk mnjlaskan uang dpt dr mn dan gk mnt ijin lg pd suami...sm2 dingin lg suami istri

2021-08-15

0

arin

arin

wah mulai ada bau"salah makan ikan nich

2021-07-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!