BAB 2

Sebenarnya Audy merasakan lelah yang teramat sangat. Bukan karena mengasuh Cindy atau mengurusi rumah. Tapi emosinya yang diaduk-aduk setiap hari. Kesalnya membatin tak terluap kan. Faiz semakin hari semakin hilang kepekaan sebagai pasangan hidupnya. Faiz lebih banyak diam. Seakan menyimpan rahasia.

"Faiz, aku mau ngobrol sama kamu." Malam itu Audy sengaja menidurkan Cindy lebih awal. Agar ketika Faiz pulang bekerja dia bisa mengajak Faiz membicarakan soal perasaannya.

"Ngobrol aja." Jawab Faiz singkat.

Faiz baru saja selesai makan malam yang selalu Audy siapkan sebelum ia pulang kantor.

"Iya, tapi aku minta tolong untuk kamu lepas gadget dulu sebentar." pinta Audy karena Faiz lagi-lagi langsung meraih gadget setelah selesai makan.

"Entah penyakit apa namanya kecanduan gadget begini." batin Audy.

Faiz meletakkan gadgetnya.

"Udah. Sekarang mau ngobrol apa?" tanya Faiz sambil menyeruput kopi hitamnya.

"Kamu denger aja dulu semuanya. Selesai aku ngomong baru kamu boleh jawab semuanya." kata Audy yang sudah bergetar dadanya.

"Oke." jawab Faiz singkat dan seolah tanpa rasa bersalah.

"Aku gak tau sebenernya kamu masih sayang atau enggak sama aku. Tapi, apa yang aku rasain saat ini bener-bener fakta, kamu lebih sibuk sama urusan kamu sendiri. Bahkan ke Cindy pun perhatianmu udah gak ada sama sekali. Kamu berangkat kerja Cindy masih tidur, pulangnya Cindy udah tidur lagi. Kalaupun kamu lagi di rumah, kerjaan mu cuma gadget sama rokok di teras. Kamu masih inget gak punya isteri sama anak? Kamu lupa ya gimana kamu yang minta aku untuk jadi pasangan kamu? Gimana kamu protektifnya takut aku malah balikan sama Chiko dulu? Kamu tega ya. Demi jadi isteri kamu, setiap hari aku di rumah doang sama Cindy. Kamu minta aku resign, fine aku turutin. Tapi ternyata semua ini gak bikin aku lebih baik. Aku udah gak punya temen setelah nikah sama kamu. Fine aku terima, karena ku pikir kamu temen sejati buat aku. Nyatanya sekarang apa? Kamu sibuk nge-game, sibuk sama temen-temen mu lagi. Kamu tinggalin kami di rumah. Persetan dan masa bodoh dengan kami yang selalu menunggu kamu pulang." suara Audy bergetar meluapkan emosinya yang tersimpan. Sementara Faiz masih diam menatap Audy.

"Faiz, aku gak pernah sesakit ini. Kamu tahu? Orangtua ku selalu membahagiakan ku. Kamu lihat betapa mereka menyayangi Cindy? Itu karena mereka juga sayang aku. Dulu, waktu aku masih tinggal sama mereka, aku gak pernah sedih. Seharusnya aku bisa lebih bahagia menikah sama kamu. Dan sampai saat ini mereka masih berpikir aku bahagia. Nyatanya? Nyatanya aku gak bahagia Faiz. Aku gak bahagia kalo setiap hari kita kayak gini." Audy menyeka airmatanya.

"Sekarang kamu boleh ngomong." Audy memberikan Faiz kesempatan untuk ngomong.

"Kamu maunya aku gimana?" tanya Faiz pelan.

"Terserah." Audy semakin kesal. Faiz kok malah gak tahu harus bagaimana.

"Gini ya Audy, aku berusaha untuk bikin kamu bahagia sama Cindy. Kalau aku gak sayang sama kalian, buat apa aku kerja siang malam? Semuanya aku kasih ke kamu. Aku juga gak pernah nuntut kamu harus gimana dan gimana kan? Biar kamu gak susah mikirin hal-hal yang gak penting. Sekarang kamu bilang kamu gak bahagia, Oke, fine. Kalo di rumah mama papamu lebih bahagia, kamu bilang aja, aku akan antar kamu balik ke rumah orangtuamu. Aku ini cuma manusia biasa Audy. Tekanan ku dalam pekerjaan, kamu gak tau kan? Aku cuma butuh waktu untuk merefresh pikiran ku yang suntuk karena pekerjaan. Cuma itu." Faiz menjelaskan dengan nada yang rendah. Ia tidak suka ribut di rumah karena ada Cindy. Dan sebenarnya ia pun tak tega melihat Audy menangis.

"Tapi kami lebih butuh kamu, Faiz. Kita gak pernah lagi berdiskusi tentang apapun. Bahkan kamu udah gak pernah lagi cerita soal pekerjaanmu." Audy mulai mengontrol emosinya.

"Aku gak mau ngebebani pikiran mu dengan pekerjaan ku. Aku cuma mau kamu percaya sama aku." jawab Faiz.

Audy tertunduk. Di satu sisi hatinya masih belum puas tapi di sisi lain dia menerima kebenaran alasan Faiz.

"Tumben kamu belum ngantuk? Biasanya juga tiap aku pulang kerja kamu udah tidur sama Cindy." tanya Faiz.

"Gak bisa tidur." jawab Audy singkat.

"Kamu kangen sama aku?" goda Faiz sambil beranjak dari kursinya dan memeluk Audy dari belakang. Audy hanya diam. Faiz mencium telinga Audy. Audy mulai merasa geli dan merinding. Kemudian Faiz mencium bibir Audy,melumatnya. Dan Audy masih diam, antara mau dengan tidak. Sebab baru saja Audy selesai menangis.

"Aku lagi pengen." bisik Faiz.

Audy pun melayani Faiz, karena bagaimana pun juga Faiz berhak dilayani sebagai suaminya.

Meskipun obrolan malam yang singkat dan ditutup dengan bercinta, Audy dapat menerima alasan Faiz. Entah masih seperti ini besok atau Faiz akan berubah.

Terpopuler

Comments

Yani Cuhayanih

Yani Cuhayanih

Aku pernah mimpi 3 malam berturut turut aku di anterin sama suamiku ke rumah kosong....dan dari disitulah semuanya terbongkar satu persatu....aku dianggap orang bodoh padahal aku adalah indigo lebih peka firasat kuat dan nyata...aku pingin ketawa aja...

2023-06-03

0

Sulati Cus

Sulati Cus

penyelesaian yg bagus diatas ranjang

2022-01-12

0

sahabat syurga

sahabat syurga

aku klo udh mrah mls mw mlayani suami..udh gk nafsu

2021-08-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!