BAB 16

Hari ini Audy tidak ada job apa-apa. Ia menolak job untuk satu minggu ini. Karena ingin fokus pada Cindy. Audy pun merasakan lelah yang teramat sangat. Mungkin karena satu minggu ini ia harus bolak balik rumah sakit dan memikirkan Cindy. Alhasil tubuhnya terasa lemas dan ingin tidur-tiduran saja di rumah sambil mengasuh Cindy. Ia memesan makanan melalui aplikasi ojek online. Hari ini ia benar-benar ingin istirahat di rumah memulihkan tenaga dan emosi yang terkuras habis-habisan. Cindy pun sudah ceria kembali dan berangsur sehat.

Faiz sudah tiba di kotanya. Ia tak memberitahu Citra bahwa ia sudah kembali. Entah kenapa ia merasa mulai tak nyaman dengan segala perlakuan Citra. Sebelum kembali ke rumah ia akan menghampiri teman-temannya untuk sebentar menghilangkan penat setelah perjalana jauh. Ia butuh kopi dan rokok nya.

Setiba di tempat ngopi Deri menatapnya dan menghela napas. Ia sebenarnya enggan ikut campur.

"Baru sampe bro?" tanya Deri.

"Iya. Gue butuh kopi dulu nih. Baru pulang ke rumah. Lagian biasanya jam segini rumah pasti kosong. Audy kerja dan Cindy di rumah omanya." Faiz memanggil pelayan dan memesan secangkir kopi.

"Bro, sorry bukan maksud gue ikut campur dengan masalah rumah tangga lo. Cuma sepertiny lo gak tau kalo Cindy sakit ya?" Faiz yang baru saja merebahkan bahunya di sandaran kursi langsung beranjak kaget.

"Cindy? Sakit? Tau dari mana lo?" tanya Faiz.

"Kemaren gue jenguk adiknya nyokap gue di rumah sakit Harapan Sehat, gue liat Audy sama Cindy. Cindy katanya infeksi bakteri dan harus dirawat, tapi sepertinya kemarin sudah keluar dari rumah sakit." Faiz seketika beranjak dari kursinya. Meninggalkan uang untuk secangkir kopi yang dipesannya walaupun tak sempat meminumnya.

"Pantas Audy kemarin menelpon puluhan kali. Astaga kenapa gue bisa bego gini sih!" Faiz memaki dirinya sendiri di dalam hati. Ia merasa bersalah sekali. Sesampai di rumah Faiz melihat Audy dan Cindy sedang tertidur. Semakin besar rasa bersalahnya. Faiz tak tega membangunkannya. Ia mandi dan kemudian berinisiatif untuk memasak makan malam. Kebetulan Faiz dulu anak kost juga jadi sudah biasa memasak, tapi semenjak menikah dengan Audy ia sadar bahwa hidupnya semua dikerjakan oleh Audy.

Audy terbangun karena mendengar aktivitas di luar kamar. Ia kaget jangan-jangan ada maling masuk ke dalam rumah. Setelah membuka pintu ia melihat Faiz sedang membersihkan rumah dan di atas meja sudah terhidang nasi dan lauk pauknya.

Melihat Audy keluar kamar Faiz menyapanya. Karena Audy tak menyapanya.

"Cindy gimana?" tanya Faiz.

"Kamu liat aja sendiri." Audy masih geram soal Faiz tak bisa dihubungi dan tak membalas panggilan.

"Muka mu pucat. Sudah makan? Kayaknya kamu kecapean." Faiz mencoba untuk tetap tenang walaupun ia tahu Audy sedang marah.

"Udah." tiba Audy memegang kepalanya. Terasa pusing seperti berputar-putar. Faiz segera menghampiri Audy yang hampir terjatuh.

"Duduk sini. Aku ambilkan minum." Faiz meraih tubuh Audy dan membawanya ke sofa.

"Sorry.." Audy melepaskan rangkulan Faiz.

"Kamu sakit? Mau aku antar ke dokter?" tawat Faiz.

"Gak usah, akh cuma kecapean dan butuh istirahat." Tiba-tiba Audy berlari ke wastafel. Ia merasakan mual luar biasa.Perutnya seperti diaduk-aduk. Audy muntah-muntah. Faiz datang lagi membawakan minum.