Sejak kejadian malam itu. Syasa sering berkunjung ke rumah Ferdy, sekadar bermain dengan Nabila. Hampir dua minggu Nabila di sini. Itu artinya hampir setiap malam Syasa bermain, meski hanya di depan teras saja.
Semakin lama Ferdy mulai hangat pada Syasa, akan tetapi ia belum menjelaskan apa sebenarnya hubungan mereka.
Tiba saatnya Nabila pulang ke rumah neneknya, namun anak kecil ini menolak pergi jika tidak bersama Syasa. Ferdy bingung, ia tidak mungkin membawa Syasa ke rumahnya.
Dia tidak ingin membawa anak gadis orang, terlebih Ferdy berniat menginap dua hari untuk menikmati cuti.
"Bila maunya pulang sama Tante Syasa," rengek Nabila yang sudah siap dengan pakaian dan kopernya.
"Sayang, Tante Syasa lagi sibuk," jawab Ferdy.
"Engga kok. Kata Tante Syasa, Tante itu pejabat," celetuk Nabila.
"Pejabat!"
"Iya,"
"Pejabat itu apaan?"
"Pengangguran jarang berdebat. Itu kata Tante Syasa, Pa," jelas Nabila.
Ferdy menggaruk kepalanya yang tak gatal. Ia khawatir anaknya akan ketularan konyolnya Syasa, jika terus bersama wanita itu.
Ferdy tidak tahu besok apalagi yang akan Syasa katakan pada anaknya ini. Dengan lembut Ferdy membelai rambut Nabila sambil berkata, " Sayang, sekarang kita pulang, ya. Oma pasti sudah rindu sama Bila."
Anak perempuan itu menggelengkan kepalanya. Ia tidak tergoda sedikitpun dengan ucapan Ferdy.
Ferdy menyerah, badannya sudah lelah seharian bekerja. Ia pun mau tidak mau pergi ke rumah Bu Mirna, untuk meminta izin membawa Syasa.
Sesampainya di depan pintu. Ferdy sedikit ragu, ia hendak berbalik ketika suara seseorang menghentikannya.
"Eh, ada Kang gendang mampir ke rumah Syasa. Ampun, Syasa berasa ketiban durian runtuh!" teriak Syasa.
"Kamu! ucap Ferdy, " bisa tidak kamu jangan selalu teriak, saya malu di dengar orang lain."
"He he he. Ampun, Bang jago," ucap Syasa.
Dari dalam rumah Bu Mirna membawa ubi goreng sambil berkata, " Sya, cepetan. Sinetron ku menangis udah mulai nih. Emak bosen kalau nonton sendirian."
Syasa yang mendengar itu hanya tersenyum kecil. Ia malu ketahuan Kang gendangnya suka nonton sinetron yang viral di kalangan Emak-Emak.
"Duh, muka Syasa taruh mana, ya. Malu bener nih," batin Syasa.
Ferdy yang melihat gerak-gerik gadis dihadapannya yang tidak seperti biasa. Mencoba menerka-nerka pikiran Syasa.
"Apa Bu Mirna ada di rumah?" tanya Ferdy.
"Yah, sekalinya datang ke rumah yang ditanyainnya malah Emak! Kali-kali Syasa kek yang dicari! protes Syasa.
"Saya ada perlu sama Bu Mirna, Sya,"
"Jangan-jangan, Pak Dokter mau ngelamar Syasa, ya! Aduh, bahagianya,"
"Astagfirullah. Saya kehabisan kata-kata kalau ngomong sama kamu," keluh Ferdy.
"Tenang, Pak Dokter. Nanti Syasa beliin ditoko bangunan batu batu yang paling bagus,"
"Kata-kata, Sya bukan batu bata! seru Ferdy.
"Yah, beda dikit engga apa-apa, Pak Dokter," kilah Syasa.
"Terserah kamu saja," pasrah Ferdy. " sudah sana panggil Bu Mirna, saya mau bicara."
Syasa masuk ke dalam memanggil Ibunya, lalu kembali lagi bersama Bu Mirna.
"Ada apa ini, Pak Dokter?" tanya Bu Mirna pada Ferdy.
"Saya ada perlu, Bu," jawab Ferdy.
"Silahkan duduk dulu, Pak Dokter," tunjuk Bu Mirna pada kursi di depan rumahnya.
Ferdy segera duduk diikuti Bu Mirna dan Syasa, yang matanya masih menikmati ketampanan Ferdy.
"Begini, Bu. Nabila malam ini pulang ke rumah neneknya, tapi dia tidak ingin pulang hanya dengan saya. Dia meminta Syasa ikut, kalau tidak Nabila tidak ingin pulang," beber Ferdy.
"Lalu maksud, Pak Dokter?"
"Kalau Ibu mengizinkan saya ingin membawa Syasa ber__,"
"Tidak bisa, Pak Dokter. Ini kan perjalanan jauh, saya takut Syasa merepotkan," tolak Bu Mirna. " kalau hanya berdua, saya takut terjadi apa-apa. Maaf, Pak Dokter."
Ferdy menghela napas. Ia mengerti kekhawatiran Bu Mirna. Namun Ferdy sudah memikirkan solusi untuk masalah ini.
"Bagaimana kalau Raka ikut bersama kami juga?" usul Ferdy.
Bu Mirna melirik Syasa, anak gadis itu malah memperlihatkan deretan giginya saja. Bu Mirna sendiri sedikit berat melepas Syasa, akan tetapi ia juga sayang pada Nabila.
"Baiklah, Pak Dokter. Ibu mengizinkan, tapi jangan terlalu lama, ya," pesan Bu Mirna.
"Insyaallah tidak, Bu. Paling lambat besok sore sudah pulang,"
"Baiklah," ucap Bu Mirna. " Sya, suruh Raka siap-siap. Kamu juga!"
"Siap, Emak!" seru Syasa.
Dengan hati bergembira Syasa melangkah masuk. Berniat memberi tahu adiknya, sekaligus bersiap-siap.
Sepuluh menit berlalu Syasa dan Raka sudah siap. Setelah berpamitan dengan Bu Mirna, mereka bertiga termasuk Ferdy segera melangkah menuju halaman rumah Ferdy.
Terlihat Nabila tengah murung dipangkuan Mbak Ningsih. Sejak tadi anak manis itu terus saja menangis, menunggu Papanya kembali membawa orang yang ia inginkan.
Ketika melihat Syasa mata Nabila langsung ceria. Ia segera berlari ke arah Syasa sambil teriak, " Hore, Tante Syasa ikut."
Syasa yang sudah sayang dengan Nabila, langsung mengangkat tubuh anak kecil itu. Nabila terlihat ceria.
Ferdy menyuruh Mbak Ningsih pulang bersama Mang Arman, supir Mamanya yang sengaja ia bawa takut Mbak Ningsih perlu keluar rumah.
Setelah memastikan semua naik. Ferdy segera melajukan mobil menembus ramainya gemerlap malam. Raka yang duduk didepan bersama Ferdy, asyik bermain game di ponselnya.
Nabila masih asyik bernyanyi riang dengan Syasa. Gadis itu sangat telaten dan akrab dengan Nabila.
"Tante, kapan Bila bisa bobo bareng sama Tante sama Papa juga? tanya Bila polos.
Syasa terdiam mendengar pertanyaan bocah kecil ini, sedangkan Ferdy terlihat tenang. Ferdy bahkan tidak merasa risih atau terusik dengan pertanyaan polos Nabila.
"Eh__Tante engga bisa bobo bareng sama kamu dan Papamu, karena__,"
"Karena Tante Syasa, kan belum pake gaun pengantin, Sayang," timpal Ferdy.
"Memang kalau mau bobo bareng mesti pake gaun pengantin dulu ya, Pa?" tanya Nabila kembali.
"Iya, Sayang," jawab Ferdy.
"Kalau gitu Tante Syasa cepetan pake baju pengantinnya, biar kita bisa bobo bareng," rengek Nabila.
"Sabar, ya, Sayang. Sebentar lagi juga Tante Syasa pake baju pengantin plus bonus Dedek bayi buat Nabila," lontar Ferdy.
"Wah, Dedek Bayi. Bila mau, Pa? buatin Bila Sepuluh Dedek bayi ya, Pa!" pinta Bila.
"Siap, Sayang. Jangankan sepuluh, dua belas juga Papa pasti buatkan," sahut Ferdy sambil menahan tawa.
Mata Syasa membulat. Bagaimana bisa laki-laki ini menjanjikan Dua belas Dedek bayi sekaligus. Di antara mereka saja tidak ada hubungan apa-apa.
Selang sepuluh menit Nabila sudah terlelap tidur dipangkuan Syasa, begitu pun Raka yang asyik berselancar ke dunia mimpi. Tinggal Ferdy yang pokus menyetir dan Syasa yang masih belum mengantuk.
"Sya," panggil Ferdy.
"Iya, Pak Dokter! Ada apa sih panggil-panggil Syasa. Kangen, ya?" jawab Syasa.
"Bukan," bantah Ferdy.
"Terus ngapain manggil?"
"Kamu udah siap belum?" tanya Ferdy.
"Siap kemana, Pak Dokter?" tanya Syasa balik.
Ferdy melirik Syasa lewat kaca di depan, ia terlihat menyunggingkan senyum sambil berkata, " Siap buat bikin dua belas Dedek bayi."
...****************...
Bersambung~~~
Jangan lupa jempolnya, Say🙈
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
abdan syakura
Ampuuuun bg Jago!!
12??????
2023-01-13
0
Nur fadillah
Wadidauwwww....bikin klepek-klepek...🤣🤣🤣🤣
2023-01-04
0
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦a͒r͒r͒o͒w͒ 🏹
Haisss ngakak
2021-07-01
0