Rintik air hujan menjadi saksi bisu, dua insan berbeda jenis kelamin tengah saling berpandangan. Hawa dingin menyeruak seiring bertambah derasnya air yang turun membasahi bumi.
Ferdy menarik masuk tubuh Syasa kedalam pelukannya, ia tidak sanggup mengontrol tangan yang seakan sudah melakukan perannya.
Bersama derasnya air hujan, dua sejoli ini masih menikmati pikiran masing-masing. Mereka mencoba memahami seperti apa siatuasi saat ini, akan tetapi berbuah nihil. Mereka tidak sanggup melawan gejolak rasa yang timbul begitu saja tanpa pemberitahuan.
"Syasa, apa kamu sesenang ini dalam pelukan saya?" tanya Ferdy setelah ia mulai tersadar.
Syasa masih saja menatap lekat pemilik bola mata indah itu. Jantungnya sudah memberi peringatan akan tanda bahaya, akan tetapi Syasa masih saja tak ingin mengakhiri momen menyenangkan ini.
Payung tempat mereka berteduh terbawa angin kencang terbang meninggalkan mereka, kini tubuh dua mahluk itu tak lagi kering. air hujan masuk membasahi ke sela-sela bagian tubuh mereka.
Syasa yang baru saja tersadar karena rasa dingin dibadannya lalu berkata, " Astagfirullah, kok kita malah india-indian sih, Pak Dokter!"
Ferdy menarik tangan Syasa, membawa gadis itu masuk kedalam mobilnya. Nafas Syasa terpenggal, jarak motor Syasa dan mobil Ferdty lumayan membuatnya lelah.
"Ini ...," ujar Ferdy sembari menyodorkan baju kemeja dirinya yang selalu ia bawa untuk berganti pakaian sewaktu-waktu pada Syasa.
"Untuk apa, Pak Dokter? tanya Syasa.
"Pakailah! Tutupi badan bagian depanmu dengan itu!" perintah Ferdy.
Ferdy adalah laki-laki normal, ia menelan salivanya tat kala melihat pemandangan indah. Pasalnya saat ini baju Syasa yang basah kuyup membuat bagian tubuh Syasa tercetak jelas. Ferdy bahkan sempat melihat warna dalaman bagian depan Syasa yang gadis itu kenakan saat ini, daribalik kaos putih Syasa.
Syasa melihat pada bajunya lalu berteriak, " Aaaah! Kenapa ini bisa keliatan segala."
Syasa segera meraih kemeja ditangan Ferdy, menutup badan depannya dengan itu. Ia tertunduk malu, laki-laki ini pasti tengah menertawakan dirinya.
"Pak Dokter, engga itu ...,"
"Tenang saja, saya tidak melihatnya," potong Ferdy.
"Syukurlah." gadia itu bernapas lega.
"Kamu menemui Alex lagi?" tanya Ferdy.
"Pak Dokter paranormal, ya? kok tahu Syasa lagi ngurus Alex?" goda Syasa.
"Saya melihatnya sendiri, Sya," bantah Ferdy.
"Berarti Pak Dokter ada disana pas Syasa lagi ngurusin Alex?" tanya Syasa.
"Iya," sahut Ferdy.
"Ih, Pak Dokter jahara deh,"
"Jahara! Siapa itu?"
"Hahahaha. Astagfirullah, kata jahara aja kagak tahu. Itu kata kekinian, Pak Dokter!" jelas Syasa.
"Saya engga paham soal kata-kata alay seperti itu,"
"Iya, ya. Syasa ngerti, kan Kang gendang Syasa mah tahunya soal jantung orang aja! Tapi, Pak Dokter jantung Syasa saat ini lagi sakit," keluh Syasa.
"Sakit apa jantungmu? saya lihat kamu baik-baik saja, bahkan barusan bisa mengejak saya!" tegas Ferdy.
"Jantung Syasa bukan sakit karena penyakitan, Pak Dokter,"
"Terus?"
"Tapi sakit karena terlalu silau melihat ketampan Kang gendang, hehehe." gadis itu memperlihatkan barisan giginya yang putih bersih.
Ferdy hanya menggelengkan kepala, sakit dikepalanya seketika hilang begitu dekat Syasa. Bahkan saat ini ada perasaan aneh yang Ferdy rasakan, ia bahagia ketika bersama gadis cerewet ini.
"Pak Dokter bisa anterin ke pintu gerbang depan engga?" rengek Syasa.
"Untuk apa?"
"Syasa mau pulang atuh, Kang gendangku," ujar Syasa suaranya sedikit manja.
"Kenapa hanya sampai gerbang depan saja?"
"Ya, kan Syasa mesti nunggu angkot disana. Ih, Pak Dokter ini gimana sih! Kalau engga naik angkot, Syasa pulang gimana? ya, kali Syasa punya pintu kemana saja kaya Doraemon mah, tinggal buka pintu cling dah Syasa udah ditempat tujuan," jelas Syasa.
"Kamu ikut saya!" perintah Ferdy sembari menancap tuas mobil lalu segera melajukan kendaraannya.
"Ikut kemana dulu, Pak Dokter? kalau ke hutan, kagak mau Syasa. Mending dirumah, nonton sinetron kumenangis sambil makan singkong goreng. Ah jadi pengen singkong goreng pasti cocok dah sama kopi itemnya abah," racau Syasa membayangkan makanan kesukaannya.
Ferdy tidak memperdulikan perkataan ngawur gadis disampingnya, telinganya sudah gatal mendengar itu semua. Mobil Ferdy keluar rumah sakit menembus derasnya hujan, bergabung dengan mobil lain dijalanan.
Mulut Syasa terus berkicau bak burung beo, Ferdy hanya mendengarkan tanpa berniat menanggapi. Dia tidak ingin membuat dirinya lelah, hanya karena berdebat dengan gadis ini.
"Loh, Pak Dokter ini bukan arah jalan pulang? kita mau kemana? Emak .... Syasa diculik nih!" racau Syasa kembali.
"Berisik! Kamu bisa diam sebentar engga sih, saya sedang fokus menyetir. Akan sulit konsentrasi kalau kamu terus berbicara!" seru Ferdy.
"Tapi, kita mau kemana, Pak Dokter? gimana kalau Emak nyariin Syasa, terus lapor polisi karena Syasa belum pulang, terus--," rengek Syasa.
"Lama-lama telinga saya bisa tuli, denger suara cemprengmu itu. Bu Mirna engga mungkin lapor polisi, Sya. Saya bukan menculikmu," potong Ferdy.
"Terus kalau bukan nyulik apa namanya, Pak Dokter,"
"Saya mau ajak kamu kencan! seru Ferdy.
"Kencan! teriak Syasa.
"Aduh, Sya. Jangan teriak seperti itu, saya tidak tuli," protes Ferdy.
"Tapi-- tapi--, tadi Pak Dokter ngajak Syasa apa?" ujar Syasa terbata-bata.
"Kencan! Sudah jelas sekarang jadi, sebaiknya kamu diam duduk tenang dikursimu! tegas Ferdy.
Suasana berubah hening, Syasa seakan terhipnotis dengan perkataan Ferdy. Ia menurut seperti anjing kecil pada majikannya.
Hujan mulai mereda, Mobil Ferdy menepi di salah satu toko pakaian wanita disalah satu ruko yang mereka lewati lalu berkata, " Tunggu aku disini. Jangan pernah keluar mobil sejengkalpun."
Syasa mengerucutkan bibirnya, ini tidak adil. Ferdy masuk kedalam toko, sedangkan dia harus menunggu didalam mobil.
"Lagian mau ngapain sih Kang gendang ke toko pakaian wanita! Atau," ujar Syasa. " jangan-jangan Kang gendang mau belikan baju wanita buat kekasihnya. Ih, sebel deh lagi sama Syasa tapi, sempat-sempatnya mikirin orang lain."
Pikiran Syasa berasumsi sendiri, ia menyimpulkan sesuatu tanpa tahu yang sebenarnya.
"Tunggu! Bukannya Pak Dokter itu kagak punya pacar, ya. Seingat Syasa sih kaya gitu," gerutu Syasa.
Selang beberapa menit, Ferdy terlihat keluar toko dengan membawa bingkisan berwarna pink. Ia mengetuk kaca mobil, Syasa dengan malas membukanya lalu berkata, "Udah beliin pakaian buat pacarnya, Pak!"
Ferdy tersenyum kecil lalu berkata, " Sudah! ini baru mau saya kasihkan langsung padanya."
Syasa semakin dibuat kesal, ia menyesal menuruti Kang gendangnya. Jika tahu Ferdy mengajaknya untuk membeli pakaian wanita lain, Syasa tentu akan menolak.
Ferdy mengulurkan tangannya yang membawa bingkisan kedalam mobil lalu berkata, "Pakailah! Saya membelinya khusus untukmu, bukan untuk kekasih yang kamu pikirkan"
Ferdy mengurai senyum, ekspresi terkejut Syasa sangat lucu. ia bahkan lupa akan rasa acuhnya selama ini pada gadis manis didepannya.
...****************...
BERSAMBUNG~~~
Tolong dukungannya untuk Author dengan
Like
Coment
Vote
Rate 5
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
Nur fadillah
heeeheee...lucuuu...🤣🤣🤣
2023-01-04
0
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦a͒r͒r͒o͒w͒ 🏹
Lah.. Gimana dengan janjinya sama dokter Darrel?
2021-07-01
0
RO_che
lanjoouut dokter.. 🥳🥳❤️
2021-05-12
0