Detak jantung itu berpacu lebih kencang. Tatapan mata penuh kebahagian tatkala pertanyaan manis terlontar dari laki-laki pujaannya.
Syasa tersenyum manis, bahkan lebih manis melebihi permen gula. Ia menyambut hangat setiap kata yang keluar dari Ferdy.
"Ha ha ha. Pak Dokter kalau bercanda suka kelewatan," jawab Syasa.
"Apa kamu mengangap ucapan saya hanya sebuah candaa?"
Syasa hendak menjawab, akan tetapi Darrel menepuk bahu Syasa dari belakang sambil berkata, " Sya, saya mau teh manis hangat, ya!"
Darrel duduk kembali di tempatnya semula, sedangkan Ferdy berpura-pura memainkan handphone kembali.
"Siap, Pak Dokter laksanakan!" Syasa bangkit sembari memberi hormat.
"Kamu ini, memang saya pahlawan harus dihormati," ujar Darrel.
Syasa hanya tertawa kecil, kemudian melangkahkan kaki ke dalam kedai untuk membuat teh manis hangat.
Hatinya masih bergetar. Debaran jantung ini tidak bisa ia kendalikan. Tidak bisa dipungkiri, rona bahagia terpancar jelas di wajah imutnya.
"Apa Pak Dokter akan tetap bertanya seperti itu, jika tau masa lalu Syasa," gumam Syasa.
Sementara itu Darrel berdehem mencairkan suasana, antara dirinya dan Ferdy.
"Hm.. hm..,"
"Kenapa Lo?" tanya Ferdy.
"Engga kenapa-napa," jawab Darrel." Syasa cantik ya?"
Ferdy menghentikan aktivitasnya. Melirik sekilas pada sahabatnya lalu berkata, " Dia wanita, sudah pasti cantik."
"Ya, gue tahu. Lo suka, kan sama dia sebenarnya?" tanya Darrel.
Ferdy terdiam. Otaknya berpikir bagaimana ia harus menjawab. Dulu ia pernah berkata tidak pernah menganggap Syasa lebih dari adik. Haruskah sekarang ia berkata lain?.
"Memang kenapa?" jawab Ferdy.
"Bukankah Syasa hanya adik buat Lo?"
"Adik ketemu besar!" tegas Ferdy.
"Maksud_ Lo?"
"Pikir aja sendiri,"
Perbimcangan mereka terpotong karena kehadiran Syasa. Gadis itu membawa nampan berisikan dua gelas teh manis hangat.
Dengan cekatan ia segera menyimpan masing-masing satu gelas ke hadapan dua Dokter tampan itu.
"Silahkan diminum teh manis hangat spesial engga pake telor, apalagi telor bebek," ujar Syasa.
"Loh, kok dua, Sya. Bukannya saya hanya pesan Satu!" protes Darrel.
"Satu lagi buat Kang gendang Syasa yang cuakepnya kebangetan,"
"Yah, saya iri deh. Saya ngerasa kalah cakep dari Ferdy," sindir Darrel.
"Eh, Pak Dokter jangan gitu dong. Pak Dokter juga Cakep, Kok.
"Ha ha ha. Saya hanya bercanda, Sya," ujar Darrel.
"Hm... hm...," Ferdy mengusap tenggorokannya.
"Pak Dokter sakit, ya?" tanya Syasa.
"Sa__,"
"Dia mah sakit hati, Sya!" potong Darrel.
"Sakit hati kenapa?"
"Sakit hati, takut gebetannya direbut orang. Ha ha ha,"
"Ha ha ha." Syasa yang tidak paham akan maksud Darrel hanya ikut tertawa.
Ferdy meneguk sedikit demi sedikit teh manis hangat. Matanya tidak lepas dari gadis yang terlihat asyik tertawa dengan Darrel.
🌷🌷🌷🌷🌷
Hari telah berganti malam. Setiap karyawan bergantian pulang. Ada yang bertugas berjaga malam, ada pula yang pulang untuk melepas penat seharian.
Syasa sudah berada di rumahnya. Ia tengah asyik menonton sinetron ku menangis kesukaannya.
Dari dapur sang Ibu berteriak memanggil anak gadisnya, akan tetapi suara televisi yang kencang mengalahkan suara Ibunya.
Dengan sangat terpaksa Bu Mirna melangkahka kakinya menghampiri Syasa, yang tengah tersedu-sedu menangis tidak jelas.
"Eh, kamu kenapa, Sya kok nangis?" tanya Bu Mirna khawatir.
"Itu, Mak. Cowoknya jahat, masa udah ngehamilin malah ditinggalin. Kan sedih, Mak,," rengeknya.
"Astagfirullah, ni bocah Emak kira kenapa? tahunya cuman karena nonton sinetron,"
Bu Mirna kembali ke dapur, mengambil rantang lalu menghampiri Syasa kembali.
"Nih, bantuin Emak. Kasiin ini ke rumah Pak Dokter Ferdy, mumpung anget!" perintah Bu Mirna.
Syasa yang tengah pokus menghayati sinetron, langsung meloncat kesenangan mendengar perintah menggiurkan itu.
"Kalau itu mah Syasa mau banget! Aduh, malam-malam ketemu Kang gendang." Syasa menompang kedua tangannya di dagu, membayangkan wajag Ferdy yang segar habis mandi dengan memakai baju tidur.
"Pasti cakep dah," batin Syasa.
"Hus! Anak gadis kagak baik ngayal yang macem-macem," tegur Bu Mirna.
Syasa mengambil alih rantang kecil dari ibunya sambil berkata, " Syasa mah kagak macem-macem, Mak. Cukup satu macem aja udah seneng banget."
"Apaan emang?"
"Bisa bersanding dipelaminan sama Kang gendang. Ah, co cweetnya,"
Bu Mirna memukul tangan anak gadisnya ini. Menarik kembali jiwa Syasa dari lamunannya yang terlalu jauh.
"Aww... sakit, Mak," keluh Syasa.
"Makanya, jadi orang jangan banyak ngayal. Inget, kita ini orang miskin mana mau Kang gendangmu itu," tegur Bu Mirna.
"Ih, Emak suka bikin mental Syasa down, aja. Udah, ah mending Syasa capcus ke rumah Kang gendang," ujar Syasa. " tapi ini rantang isinya apa, Mak?"
"Semur jengkol," jawab Bu Mirna.
Syasa menggaruk kepalanya. Dia baru tahu kalau Kang gendangnya juga suka semur jengkol buatan Ibunya. Syasa akui, memang semur jengkol buatan Ibunya itu sangatlah menggiurkan. Sekali makan, bisa ketagihan.
"Ok!"
Syasa berdendang ria melangkahkan kakinya keluar. Ia mempercepat jalannya, tak sabar ingin bertemu Dokter tampan.
"Assalamulaikum". Syasa mengetuk pintu begitu tiba di depan rumah Ferdy.
Tidak berapa lama seorang wanita muda membukakan pintu sambil berkata, " Waalaikumsalam. Mau ketemu siapa ya?"
Mata Syasa membulat melihat seorang wanita berdiri tepat di hadapannya. Wanita itu sangat anggun dan cantik, Syasa saja sampai tidak berkedip melihatnya.
"Maaf, Mbak mau ketemu siapa?" tanya wanita itu kembali.
"Ah, maaf. Saya hanya mau anterin ini ke Pak Dokter," jawab Syasa sambil menyodorkan rantang.
"Oh. Pak Dokter belum pulang," jawab wanita itu mengambil alih rantang dari tangan Syasa.
"Oh, engga apa-apa, Mbak. Maaf saya mengganggu," ucap Syasa.
"Engga kok, Mbak,"
"Kalau begitu saya permisi pulang, Mbak," pamit Ferdy.
"Baik, Mbak. Biar nanti saya sampaikan pada Pak Dokter,"
"Terimakasih,"
"Sama-sama,"
Syasa segera melangkah pergi meninggalkan wanita itu, begitu pun wanita tersebut juga segera menutup pintu.
Baru sepuluh langkah Syasa menjauh dari rumah Ferdy. Sebuah mobil berwarna merah masuk ke halaman rumah tersebut.
Syasa bisa menebak siapa gerangan pemilik mobil tersebut. Hatinya sedang tidak ingin melihat laki-laki yang berada di dalam mobil. Namun, sebuah tarikan di tangan Syasa membuat gadis itu menghentikan langkahnya.
"Kamu habis dari rumah saya, Sya?" tanya Ferdy.
"Iya, Pak Dokter. Syasa cuman nganterin semur jengkol dari Emak. Syasa engga bermaksud ganggu waktu Pak Dokter sama Mbaknya," jawab Syasa.
Ferdy mengerutkan kening mendengar Syasa menyebut sebutan Mbak. Dia merasa tidak punya Kakak perempuan. Dia hanyalah anak tunggal di keluarganya.
"Mbak siapa maksud kamu?" tanya Ferdy.
"Ya, Mbak yang di rumah Pak Dokterlah. Masa Mbak tukang jamu!" ketus Syasa.
Ferdy kini paham arah ucapan Syasa. Ia sangat gemas dengan tingkah laku Syasa, yang selalu menyimpulkan sendiri tanpa bertanya.
Dengan satu gerakan tubuh Syasa Ferdy tarik ke sisi mobil. Pandangan mereka bertemu.
"Maaf!" cicit Ferdy yang segera melepaskan tangannya dari Syasa, lalu menjauhkan diri dari tubuh gadis itu.
"Saya tidak bermaksud menyentuhmu," ujar Ferdy. "Ikut saya masuk ke rumah, maka kamu akan tahu siapa sebenarnya wanita yang kamu panggil Mbak."
...****************...
BERSAMBUNG~~~
Terus dukung Author dengan cara like, coment dan vote.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦a͒r͒r͒o͒w͒ 🏹
Bakal ketemu nabilah nih
2021-07-01
0
nonce
syasya dihamilin Ferdy terua ditinggal terus syasya ga inget sm masa.lalunya yg itu 😅nebak
2021-06-12
0
💝GULOJOWO💝
Jadi penasaran ma rasa jengkol yg katanya uuuueeenak nya kebangetan 🤔🤔
2021-06-04
0