Selesai makan, mereka kembali melanjutkan perjalanan pulang. Syasa mengusap perutnya yang hampir akan meledak karena kekenyangan.
"Makasih ya, Kang gendang eh, salah maksud Syasa Kang suling. Aduh! Ni mulut susah banget di ajak bener," ujar Syasa sambil menepuk pelan mulutnya dengan tangan kiri.
Ferdy mengeleng-gelengkan kepala mendengar ocehan gadis disampingnya. Tak berapa lama Syasa hening seketika, Ferdy melirik sedikit ke arah Syasa.
Gadis itu sudah terlelap masuk ke alam mimpi, Ferdy menaikan sedikit ujung bibirnya membentuk senyuman yang hampir tidak terlihat.
Lima belas menit berlalu, mereka telah tiba di halaman rumah Syasa, sedangkan gadis itu tidak bergeming sedikitpun.
"Gue bangunin apa engga, ya? tapi, kasian juga nih anak kayaknya kecapean," gumam Ferdy.
Pada akhirnya Ferdy memilih menggendong Syasa masuk ke dalam rumah Bu Mirna.
Di ruangan depan Bu Mirna dan Raka tengah asyik berbincang berdua, menunggu kedatangan sang anak yang tidak kunjung datang.
"Assalamualaikum," ucap Ferdy.
Bu Mirna dan Raka mendengar seseorang berucap salam, dengan berat hati Raka sebagai anak bangun untuk membuka pintu.
"Waalaikumsalam." anak laki-laki itu melongo melihat Kakaknya di gendongan Dokter tampan.
"Loh, Kakak kenapa, Pak Dokter?" lanjut Raka yang keheranan.
"Dia ngantuk banget kayaknya. Boleh saya masuk, Kakakmu lumayan berat tangan saya pegal," keluh Ferdy.
"Eh, iya silahkan Pak Dokter. Ayo, Raka antar ke kamar Kakak," tawar Raka.
Bu Mirna berdiri dari tempat duduknya begitu melihat anak gadisnya di boyong Dokter tampan ini.
"Ini Syasa kenapa, Pak Dokter?" tanya Bu Mirna mengikuti Raka dan Ferdy menuju kamar Syasa.
Raka mempersilahkan Ferdy membaringkan Syasa di kamar gadis itu. Kamar Syasa tidak terlalu besar, mungkin satu per empat kamarnya di rumah.
Banyak sekali poster dan foto artis korea kesukaannya. Mata Ferdy menangkap beberapa Foto yang ia kenal terpanjang manja didinding dekat meja kecil. Ferdy tersenyum simpul, ia tidak mengira gadis ini benar-benar menyukai dirinya sampai sejauh itu.
Ferdy, Raka dan Bu Mirna keluar dari kamar Syasa. Bu Mirna yang sempat khawatir karena anak gadinya itu tidak pulang, kini bisa bernafas lega.
"Pak Dokter saya minta maaf. Syasa selalu ngerepotin Pak Dokter!" sesal Bu Mirna.
Ferdy mengurai senyum lalu berkata, " Tidak masalah, Bu! Lagian rumah kita, kan tetanggaan."
"Bukannya Kak Syasa tadi pagi berangkat bawa motor ya, Mak?" timpal Raka karena tidak mendengar suara motor masuk halaman.
"Oh iya, saya sampai lupa," ujar Ferdy. " motor Syasa tadi mogok jadi, saya ajak Syasa pulang bareng. Motornya masih di parkiran rumah sakit, Bu."
"Terimakasih sekali lagi, Pak Dokter sudah mau mengantar Syasa,"
"Sama-sama, Bu. Kalau begitu saya pamit pulang, sudah malam," pamit Ferdy.
"Iya, Pak Dokter,"
Ferdy keluar rumah Syasa untuk pulang ke rumahnya yang tepat berhadapan dengan rumah gadis ini. Ferdy masuk mobil kemudiam segera masuk ke halaman rumahnya.
Setelah memarkirkan mobil miliknya di garasi, Ferdy bergegas masuk. Ia hanya hidup sendiri di rumah besar ini, akan tetapi dua hari sekali ada pembantu datang untuk membersihkan rumahnya.
Dia berjalan membawa tubuhnya yang lelah menuju lantai atas, keheningan kembali terasa setelah apa yang ia lewati hari ini dengan gadis manis itu.
Ferdy ingin segera membersihkan badannya yang lekat lalu, pergi tidur menuju alam mimpi yang indah. Dia ingin mengistirahatkan badan dan pikirannya.
🌹🌹🌹🌹🌹🌹
Subuh datang menyapa, membawa cerita baru bagi semua orang. Setelah melewati malam yang gelap, pagi ini sinar mentari menyambut hangat setiap insan di bumi.
Syasa baru saja bangun, suara adzan terdengar menggema. Ia sudah terbiasa bangun pagi sekali untuk membantu Ibunya mempersiapkan masakan yang akan mereka bawa ke kantin.
Mata Syasa mengerejap, ia mengumpulkan tenaga untuk melalui hari ini.
"Perasaan gue lagi di mobil Kang gendang, kok ini subuh aja," gumam Syasa.
Syasa segera bangun dan pergi ke kamar mandi. Rumah Syasa hanya memiliki kamar mandi satu di dekat dapur.
Di dapur Bu Mirna tengah meracik bumbu untuk membuat balado telur, ketika anak gadisnya masuk ke dalam kamar mandi.
Syasa selesai mandi sekaligus berwudhu, ia keluar kamar mandi. Di lihat Ibunya tengah sibuk mengupas bawang merah untuk di masukkan ke dalam belender.
Syasa mendekat ia ingin tanya kenapa tiba-tiba dirinya sudah ada di kamar bukan di mobil Ferdy.
"Mak," sapa Syasa.
"Iya." Bu Mirna masih setia mengupas bawang.
"Kok Syasa udah ada di kamar aja, seingat Syasa semalam lagi di mobil bareng Kang gendang," tanya Syasa.
"Kamu beneran engga inget. Makanya kalau tidur jangan kaya kebo, Sya, Sya!"
"Lah, emang Syasa kenapa, Mak?" gadis itu menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Semalam kamu ketiduran di mobilnya Pak Dokter terus, Pak Dokter sendiri yang menggendongmu masuk kamar," beber Bu Mirna.
"APA!" teriak Syasa.
"Aduh, ni anak. Teriak kenceng amet, mau Emaknya kena serangan jantung apa!"
"Hehehe. Maaf Mak, habis Syasa kaget." ujar Syasa. "beneran, Mak yang Emak bilang tadi soal Dokter Ferdy."
"Kalau kamu engga percaya tanya aja sama Raka,"
Raka baru saja tiba di dapur menyaksikan dua wanita di rumah ini tengah berbincang-bincang.
"Dek, kamu lihat Kakak di gendong Kang gendang?" tanya Syasa pada adiknya.
"Dokter Ferdy, Kak. Bukan Kang gendang," sahut Raka.
"Ih, ni bocah. Suka-suka gue napa? Lagian tuh julukan Kang gendang kan seksi, Dek," bantah Raka.
"Terserah Kakaklah!" seru Raka.
"Jawab napa! Bener kagak Kakak di gendong semalam?" ulang Syasa.
"Iya, Kakakku cerewet. Pak Dokter juga bilang kalau Kakak berat," ujar Raka.
"Ah, mana mungkin Kakak berat. Lihat badan mungil gini, berat darimananya?" Syasa memutar badannya.
"Masyaallah, engga nyadar apa. Badan sih iya kecil tapi, makan udah kaya kuli porsi besar. wkwkwkwk," ledek Raka.
"Ih, mulutnya minta ditabok panci Kang somay," ujar Syasa. "udah ah. Kakak pengen dandan cantik hari ini, mau ngucapin makasih sama Kang gendang. Oh Kang gendang, Syasa makin love-love dah."
Syasa berjalan sembari berdendang ria karena mendengar kabar yang sangat bahagia. Kalau saya dia tahu sebelum mandi, sudah pasti ia tidak mau membasuh bekas tangan Ferdy di tubuhnya.
Bu Mirna dan Raka saling melempar pandangan, kali ini mereka benar-benar dibuat heran dengan kelakuan Syasa.
"Mak, waktu hamil Kakak ngidam apaan sih?" tanya Raka, dia heran kenapa tingkah laku Kakaknya berbeda sendiri.
"Emak kagak inget lagi. Tapi, Emak tahu pas hamil Kakakmu Emak doyan banget makan sisa makanan Bapak," ujar Bu Ratna.
"Waduh, pantes aja otaknya juga dapet sisaan mulu."
"Hus! Jangan kaya gitu, dia itu Kakakmu. Kalau kamu tahu sebenarnya yang Kakak rasain, kamu pasti kasihan sama Kak Syasa," ucap Bu Mirna.
Raka tidak menggubris ucapan Ibunya. Dia segera masuk ke kamar mandi, sedangkan Bu Ratna kembali meneruskan aktivitas. Ia tidak mau mengingat kembali kejadian pahit yang menimpa anak gadisnya dulu.
...****************...
BERSAMBUNG~~~~
Mohon dukungan untuk Author dengan cara like, coment dan vote🤗🤗
SELAMAT MEMBACA😍😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
amalia
nama ibu nya siapa sih ratna apa mirna
2022-03-26
0
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦ᴳᴬᴺᴰᴼˢ࿐
Ehh kok aku berfikir yang nggak2 ya..
Ahh jangan² masalalu mereka berhubungan
2021-07-01
0
widhi
Bu Ratna apa Bu Mirna sih tor
2021-06-14
0