Syasa berjalan ke arah kantin dengan wajah ditekuk, ia sedikit sedih bercampur malu atas kejadian barusan. Sedih, karena Pak Ferdy bersikap cuek, sedangkan dia juga malu menjadi pusat perhatian orang banyak karena kekonyolannya.
Namun, bukan Syasa namanya jika ia tidak bisa menyembunyikan semua kesedihan, atau aura negatif dari dirinya. Begitu masuk ke dalam kantin, Syasa kembali dengan senyuman manisnya.
Bu Mirna baru saja selesai menata masakan jualannya di etalase, sedangkan Fei tengah duduk manis di bangku sembari menyeruput kopi hitam.
Mata Syasa menatap jail pada Fei, ia berjalan mendekati Fei tanpa di duga ia bernyanyi sambil berjoget ria.
Eh, eh Bang Fei.
Mengapa abang tak pulang-pulang.
Nanti conter bisa dibobol orang.
Aduh kasian Abang kemalingan.
Dengan bermodal mengubah lyrik lagu Bang Jono dari penyanyi Zaskia Gotik, Syasa bernyanyi dengan lantang dan ceria.
Fei yang sama komplaknya justru ikut berjoget mendengar Syasa bernyanyi.
"Tarik, Sya. Jangan kasih kendor," ujar Fei sambil berjoged.
Bu Mirna yang melihat mereka berdua segera menghampiri keduanya, Bu Mirna menjewer telinga mereka berdua seraya berkata, " Kalian ini kebiasaan banget, kalau ketemu pasti aja bikin heboh.
"Ampun, Mak. Telinga Syasa sakit nih," ujar Syasa kesakitan.
"Iya nih, Mak. Fei juga sama sakit," kata Fei mengikuti ucapan Syasa.
Bu Mirna menurunkan tangannya dari telinga mereka berdua lalu berkata, "Awas ya, kalau Emak denger lagi kalian bikin kehebohan. Emak gantung kalian di pohon toge."
"Lah, gimana caranya, Mak digantung dipohon toge?" tanya Syasa.
"Urusan, Mak itu mah," jawab Bu Mirna. " terus kamu kenapa terlambat lagi?"
"Maaf, Mak. Tadi angkotnya ngetem lama, kagak tahu nungguin apaan!" adu Syasa.
"Nunggu Lu waras kali, Sya. Hahahaha," timpal Fei.
"Idih, Bang Fei mulutnya minta dicium Panci Kang bakso. Syasa mah udah waras kali!" sungut Syasa.
"Kalau waras mah, pasti tuh si Kang gendang suka sama, Lu," ledek Fei.
"Sekarang mungkin belum suka, Bang. Tapi, entar klepek-klepek juga,"
"Klepek-klepek, Lu pikir tuh si Kang gendang ayam yang lagi sekarat,"
"Hus, engga baik ngomongin orang itu dosa, Bang. Kata Pak Ustad kita ini engga boleh gibah! Eh, tapi Bang ngomong-ngomong si Mpok sela emang bener ya ngutang pulsa di Bang Fei banyak banget. Keliatannya aja kaya tapi, aslinya mah kagak," cakap Syasa.
"Eh bocah, Lu gimana sih! Lu yang bilang engga boleh gibah tapi, Lu sekarang lagi ngomongin orang!" tegu Fei.
"Eh, iya. Astagfirullah. Maafin Syasa ya, Mpok Sela," sesalnya.
"Mak, kapan-kapan si Syasa bawa ke dokter syaraf napa, Mak?" usul Fei ke Bu Mirna.
"Lah, ngapain mesti bawa ke dokter syarap segala, Fei?" tanya Bu Mirna keheranan.
"Kali aja urat syarafnya ada yang putus, Mak. Makanya eror terus hahahaha," ejek Fei.
"Abang Fei!" teriak Syasa.
"Berisik! suara cempreng kaya gitu juga masih pengen teriak," ledek Fei.
" Udah, udah! Emak pusing liat kalian berdua, Lama-lama Emak kawinin kalian!" seru Bu Mirna.
"Ogah, Mak. Syasa mending sama Kang gendanglah," ujar Syasa.
Sedangkan Fei hanya tertawa mendengar jawaban Syasa, gadis kecil yang dulu sering diajak main bersamanya sudah tumbuh menjelma menjadj gadis cantik.
"Udah, Mak. Fei, pamit pulang dulu, ya? takut conter di gondol kucing!" pamit Fei pada Bu Mirna.
"Ikan asin kali, Bang yang di gondol kucing," timpal Syasa.
"Ya udah, hati-hati di jalan. Makasih udah bantuin, Emak," jawab Bu Mirna.
"Iya, Mak. Sama-sama." laki-laki itu melangkahkan kaki meninggalkan kantin.
Syasa segera masuk ke dalam warung, mengambil lap bersih untuk memulai aktivitasnya.
Sementara itu, Ferdy baru saja duduk di kursi ketika sahabatnya datang ke ruangan. Darrel berkata, " Fer, kantin, yuk? udah jam makan siang."
Ferdy melirik arloji di tangannya, benar saja waktu sudah menunjukan pukul dua belas siang.
"Lo, duluan aja. Gue mau sholat dulu ke mushola," sahut Ferdy.
"Ok! Gue tunggu di sana, ya?"
"Sip!"
Darrel melangkah pergi meninggalkan ruangan, tak berapa lama Ferdy pun ikut menyusul sahabatnya keluar untuk menunaikan sholat dzuhur di mushola.
Setelah sampai mushola Ferdy segera melepas sepatu, menggantinya dengan sandal lalu, pergi mengambil air wudhu.
Selesai berwudhu Ferdy segera masuk mushola, mata indahnya menangkap seorang gadis yang sedang memakai mukena.
Ferdy menghampiri Syasa lalu berkata, " Kamu baru mau sholat?"
Syasa menoleh ke arah Ferdy, dengan senyuman indahnya Syasa berkata, " Iya, Pak Dokter. Loh, Pak Dokter juga baru mau sholat."
"Iya! Ayo, berjamaah dengan saya." ajak Ferdy.
"Hah!" seru Syasa.
"Kamu engga mau? ya sudah, kita sholat masing-masing saja kalau begitu,"
"Ah, bukan kaya gitu, Pak Dokter. Syasa cuman berasa mimpi di ajak sholat berjamaah sama Kang gendang Syasa," bantah Syasa.
"Ya, sudah Ayo, nanti keburu habis jam istirahat saya,"
Ferdy memulai memimpin sholat dengan Syasa sebagai makmumnya, mereka terlihat sangat khusu.
Selesai sholat, mereka sama-sama memanjatkan doa pada Sang Ilahi. Dalam hatinya, Syasa terus berdoa berharap ada kesempatan lagi untuk bisa seperti ini.
Ferdy beranjak dari sholatnya, ia ingat akan janjinya pada Darrel. Syasa yang melihat langsung mengikuti Ferdy.
"Pak Dokter mau ke ruangan lagi, ya?" tanya Syasa begitu mereka mulai sedikit jauh dari musholla.
"Engga! Saya mau ke kantin, sudah waktunya jam makan siang. Terlebih saya punya janji sama Dokter Darrel," jelas Ferdy.
"Oh!" seru Syasa. "Pak Dokter mau ikut engga nanti malam?"
Ferdy mengerutkan keningnya sebelum menjawab pertanyaan Syasa. Ia melihat sekilas wajah putih nan mulus milik gadis disampingnya lalu berkata, " Kemana?"
"Aku sama Dokter Darrel mau kencan! Eh, salah maksud aku. Aku sama Dokter Darrel mau pergi jalan-jalan," kata Syasa.
"Kalaupun kencan bukan urusan saya juga, kan!" seru Ferdy.
"Yah, Pak Dokter mah kagak peka,"
"Peka gimana?"
"Yah, jangan kaya gitu jawabnya, kesannya kaya engga anggap aku! Kali-kali marah kek liat aku jalan sama yang lain!" ketus Syasa.
Ferdy menggelengkan kepala, ia tidak mengerti akan perilaku gadis ini. Untung apa dia marah pada wanita yang jelas-jelas tidak ada hubungan dengannya.
"Kamu ini ada-ada aja, Sya! Buat apa saya harus marah, kamu bebas jalan atau pacaran dengan siapa saja," cakap Ferdy.
"Ih, Pak Dokter gimana sih. Syasa, kan cintanya cuman sama Kang gendang seorang. Engga ada tempat untuk lelaki lain di hati Syasa, selain Kang gendangku tersayang," ungkap Syasa layaknya seperti membaca puisi.
Lagi-lagi Ferdy hanya menanggapi perkataan Syasa sebagai hiburan semata. Tidak bisa dipungkiri ia memang menyukai Syasa, akan tetapi hanya sebatas suka sebagai adik kecil.
"Kamu ini masih muda, perjalananmu masih panjang. Jangan pernah sia-siakan hidupmu untuk seseorang yang tidak menggangapmu sama sekali." Ferdy menatap dalam bola mata indah Syasa.
...****************...
BERSAMBUNG~~~
Jempolnya digoyang dong, Say😉
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
abdan syakura
hmmmm sing sbr ya,sya
2023-01-13
0
Nur fadillah
Sabar...sabar...
2023-01-04
0
Nabipa
yah....ko gtu sih
2021-06-14
0