"Bisakah kau tidsk membohongiku sehsri saja"
By Rajuk Rindu
💝💝💝💝
"Katakan padaku, apa kau baik-baik saja." Dev menarik tangan Azkia.
"Lepaskan!, aku baik-baik saja." Azkia menyentak tangannya dengan paksa, tapi cekalan Dev lebih kuat.
"Pandang kesini!, tatap aku!, jika kau benar baik-baik saja." Dev memegang kedua bahunya, memutar tubuh Azkia memaksa menatapnya.
Azkia membuang muka, matanya mengembun, dia tidak ingin Dev melihatnya, namun semuanya sudah terlambat, dia sudah berhasil menyembunyikan kesedihan selama 8 tahun pada keluarganya, tapi kenapa pada Dev tidak.
Spontan Dev memeluknya, ketika melihat mata bening itu menangis, Azkia terisak, dia menumpahkan air matanya yang sudah lama bedesakan ingin keluar. Dev membiarkan Azkia menangis di bahunya.
"Bicaralah padaku." Pinta Dev.
"Maafkan aku, mungkin sebaiknya kita tidak bertemu lagi." Azkia menatap Dev, kemudian membalikkan tubuhnya dan menjauh meninggalkan Dev.
"Kia!, dengar aku dulu." Dev berusaha mengejar dan meraih tangannya.
"Lepaskan! aku sudah punya suami, aku tak butuh kamu lagi." ujar Azkia meyakinkan Dev, agar dia tidak mengejarnya lagi.
"Baiklah." kata Dev melepaskan pegangannya dan mempersilahkan Azkia pergi.
Azkia melangkah meninggalkan Dev, padahal dia berharap Dev mencegahnya. Tidak!.. Dev membiarkannya pergi, dan di saat Azkia menoleh kebelakang, Dev sudah menghilang.
Kenapa terasa perih?, begitu mengetahui Dev mengabaikannya, OMG,.. kia jangan berpikir tentang Dev, biarkan Dev bahagia dengan hidupnya, dulu kau sudah membuatnya terluka, haruskah luka itu kau toreh lagi.
Perlahan Azkia menghapus sisa air matanya, menata hatinya sempat berantakan, kemudian melangkah dengan pasti masuk ke ruang desainer, karena ada beberapa pelanggang yang memesan baju pesta dan harus selesai dalam minggu ini.
"Pagi Kay."
"Pagi Kia."
"Maaf, agak telat, tadi pagi Arta agak cerewet." ujar Azkia berbohong.
"Ah, gak papa." Kayra menyerah nama lima pelanggan yang bajunya harus siap dalam minggu ini.
"Kia, aku ke bank dulu ya, mau bayar pajak, kamu tak apa-apakan ku tinggal." ujar Kayra sambil menyambar kunci mobil di atas nakas.
"Gak papa, pergi sana." Azkia mengibaskan tangannya, memberi isyarat agar Kayra segera pergi.
Sepeninggalan Kayra, Azkia duduk dikursi dengan meja yang penuh tumpukan kertas, dia mengambil selembar kertas, mulai menggoreskan mata pencil.
"Uhhhhs.. kenapa hasilnya jelek semua." Azkia meremas kertas yang ada di tangamnya kemudian melempar ke tong sampah. Entah kertas yang keberapa, tong sampah disampingnya sudah tidak bisa menampung, hingga kertasnya meluber ke luar tong.
Hampir satu jam Azkia mengoret-oret kertas, satupun belum membuahkan hasil, dia tak bisa fokus, bayangan Anjeli dan Dev datang silih berganti mengganggunya.
"Kia!, ada apa denganmu." Kayra yang baru masuk ruangan, kaget melihat gumpalan kertas berserakan di mana-mana.
"Ceritakan padaku, jika kau punya masalah, mungkin bisa mengurangi beban pikiranmu." Kayra memeluk sahabatnya itu, sebenarnya dari awal datang tadi, Kayra sudah menduga kalau Azkia sedang ada masalah.
"Aku baik-baik saja." Azkia mengangguk, dia paling ahli berdrama di depan Kayra. Selama ini Kayra tidak pernah tahu, kalau Arta bukan anak kandungnya.
"Baiklah kau begitu, mungkin kamu butuh shoping, atau sekedar jalan ke mall, buat mengendorkan sarap-sarap yang lelah."
"Ide yang bagus, aku sudah lama juga tidak cuci mata."
"Ayukkk.. kita berangkat."
"Lets go." kedua sahabat itu keluar sambil bergandengan tangan.
Walaupun persahabat Azkia dan Kayra sudah sangat erat, namun masalah rumah tangga, Azkia menutup rapat-rapat dari siapapun, bukan Kayra saja, bahkan keluarganya tak pernah tahu.
Azkia masuk mobil duduk di samping Kayra, biasanya dibawa mobil sendiri, tapi karena tadi pagi dia diantar Herman. Ingat Herman jadi ingat Arta. Azkia mengambil ponselnya di dalam tas, dia ingin mengingatkan Herman supaya tidak lupa menjemput Arta.
Baru saja Azkia mengaktifkan data selulernya, beratus pesan masuk, memang sudah jadi kebiasaan Azkia, jika berada di tempat kerja, dia mematikan data seluler ponselnya, semua itu dia lakukan hanya karena ingin profesional saja dalam pekerjaan.
[Kia, aku tidak bisa menjemput Arta] pesan pertama dari Herman yang dikirimnya pukul 09.45 Wib.
[Aku sudah telpon Mang Udin, untuk jemput Arta, nanti aku yang jemput kamu di kantor] pesan kedua dikirim Herman pukul 10.05 Wib.
[Baiklah, kalau begitu, tidak usah dijemput, aku pulang dengan Kayra] Azkia membalas pesan Herman.
Apa dia sedang bersama Anjeli, sehingga tidak bisa menjemput Arta, Azkia menarik napas dalam, kemudian menghempaskannya dengan kasar, terasa sesak di dadanya, dia berusaha menetralkan emosinya, agar terlihat baik-baik saja di mata Kayra.
Notifikasi Whatsapp berbunyi, pesan dari Herman masuk. Azkia menyentuh nama Herman di layar ponselnya, dan membaca pesannya
[Baiklah, kalau begitu] Herman membubuhi emoji😘
[Arta sudah di rumah, tadi barusan ku telpon mang Udin]
Azkia menghela napas lega, setelah mengetahui kalau Arta sudah berada di rumah, berarti Anjeli tidak bersama Arta. Azkia hanya membalas chating dari Herman berupa jempol.
[Sudah dulu ya, aku lagi sibuk] Herman menutup chatnya dengan emoji sun lagi😘
Azkia memasukkan ponselnya ke dalam tas, entah kenapa, tiba-tiba hatinya terasa perih, selama ini dia berharap Herman memberinya sedikit perhatian, tapi kenapa di saat itu terjadi, Kehadiran Anjeli merubah segalanya.
Baru tadi malam Herman mulai romantis dengannya, dan dilanjut tadi pagi, dia begitu senang dan bahagia dapat perhatian dari lelaki yang dicintainya diam-diam, selama tujuh tahun pernikahannya Herman belum pernah menyentuhnya, apalagi tidur dengannya. Tadi malam dia sudah larut dalam pelukan Herman, kalau tidak gara-gara lampu mati dan Arta bangun, mungkin malam pengantin yang tertunda tujuh tahun itu sudah terjadi.
Azkia tersenyum sendiri, mengingat kejadian tadi malam, menbuat Kayra terheran-heran melihat Azkia senyum-senyum.
"Ayuk turun, kita udah sampai." Kayra membuyarkan lamunannya.
Sepanjang jalan Azkia habiskan dengan pikirannya, dia tidak menyadari kalau Kayra sudah turun dan membukakan pintu mobil untuknya.
"Kita isi perut dulu yuk, lapar nih." ujar Kayra sambil memegang perutnya. Kayra gitu lo, perut itu hal yang paling utama dan penting menurutnya, kalau yang lain nomor kesekianlah.
Mereka masuk ke cafe Solaria, lantai tiga mall plaza pekanbaru, memesan dua minum jeruk peras hanyat dan nasi goreng sea food, tambahannya satu porsi goreng kentang rasa balada.
"Kay!, aku ke toilet dulu ya, udah kebelet dari tadi." Azkia beranjak meninggalkan Kayra.
"Jangan lama-lama ya." teriak Kayra berisik, mengalahkan alunan musik di cafe.
Azkia bergegas ke toilet, dia juga tidak ingin makanannya disantap Kayra. Sepulang dari toilet, tanpa sengaja matanya terpandang dua sosok yang begitu dikenalnya sedang bercengkrama di sebuah resto bunda kandung, di sebelah cafe tempat dia dan Kayra memesan makanan.
Untuk memastikan kalau dia tidak salah orang, Diam-diam Azkia masuk ke resto itu. Benar dia adalah Herman dan siapa wanita itu, Azkia tidak bisa melihat dengan jelas karena wanita itu membelakanginya membelakangi
"Inikah yang dikatakannya sibuk, hingga tak bisa menjemput anaknya." batin Azkia.
*****
Jangan lupa tekan like.
Terima kasih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Evanafla
kalo boleh aku lempar bom buat mereka Kia
2021-07-12
0