Malaikat tanpa sayap

"Sekuat apa cinta, jiks setiap haji badai melanda, masih mampukah, aku bertahan?"

💝💝💝💝

Suara azan subuh membangunkan Azkia, diliriknya Arta yang terbaring di sampingnya, masih terlelap, dipandangnya lekat gadis kecil yang sudah dianggap seperti anak kandungnya itu.

Setiap memandang wajah Arta, terbayang gurat-gurat luka di hatinya, namun kehadiran Arta dengan celoteh bawelnya membuatnya melupakan semua itu.

Arta anak madunya yang ditinggal pergi ibu kandungnya, sudah lima tahun dijaga dan dirawatnya dengan tulus, bahkan keluarganya hanya tahu, kalau Arta adalah anaknya dengan Herman.

Azkia beranjak dari tempat tidur, setelah membelai dan mengecup kening Arta, dia begitu menyayangi Arta, dia bahkan lebih ikhlas kehilangan nyawanya dari kehilangan Arta.

Setelah melaksanakan shalat subuh, dia membangunkan Arta, kemudian beranjak ke dapur menyiapkan sarapan dan menghidangnya.

Dia berjingkat pelan masuk ke kamar Herman, menyiapkan baju kantor, sepatu, tas dan kunci mobil, kemudian meletakan dengan rapi di tempat biasa, setelah itu diapun bersiap-siap mengantar Arta ke sekolah Taman Kanak-kanak. Kemudian langsung berangkat ke kerja.

Kina Arta sudah berumur lima tahun, sejak Arta masuk Taman Kanak-kanak, Azkia diberi izin oleh Herman bekerja di kantor Kayra, karena kebetulan, kantor tempat Azkia bekerja tidak jauh dengan sekolah Arta, jadi Azkia bisa setiap saat menjemput Arta.

Sejak kepergian Anjeli, hidup Herman sudah tak karuan, emosinya selalu tak stabil, setiap kemarahan pasti dilimpahkan ke Azkia. Karena dia menganggap Mr Robet membawa Anjeli dan menyuruhnya berpisah gara-gara dia sudah menikah dengan Azkia.

Sampai Arta berumur lima tahun, tidak membawa perubahan sikap Herman pada Azkia, semakin hari dia semakin kasar, dan tak ada baik-baiknya Azkia dimatanya. Dia selalu saja membuat air mata Azkia hadir dan hadir lagi.

"Bunda kenapa?, kok nangis?, ayah marah lagi ya, bunda yang sabar ya." Arta kecil dengan piawai memeluk dan menenang Azkia.

"Ayah pasti hanya khilaf, dia tidak benar-benar marah sama bunda, maafin ayah ya. bunda jangan sedih lagi." malaikat kecil itu telah diutus Tuhan untuk mengobati luka-lukanya, kata-kata selalu menyejukkan hati Azkia.

"Terima kasih Tuhan, sudah menghadirkan malaikat kecil tanpa sayap ini untukku." batin Azkia manatap Arta dengan senyuman getir, dia tidak pernah menyesal telah menjaga dan merawat anak dari wanita yang telah menghadirkan duri-duri tajam antara dia dan Herman.

"Ini bukan salah Arta, juga bukan salah Anjeli, ini salahku, karena menerima perjodohan ini." Azkia membatin, direngkuhnya bahu kecil Arta dan membenamnya dalam pelukan.

"Iya sayang, bunda tidak akan sedih lagi, asal Arta janji tak boleh pergi dari bunda." Azkia menghapus air matanya, kemudian mengangkat jari kelengking dan mengarahkan ke Arta, Arta menyambut dan menautkan kelengkingnya.

Dengan mata beningnya yang polos, gadis kecil itu berusaha membuat mamanya tersenyum dan tersenyum terus, dia tidak mengerti kenapa ayah selalu membuat bunda menangis. dan dia selalu membujuk dan memaksa Herman untuk berbaikan dengan bundanya.

"Ayah!, minta maaf sama bunda." Arta menarik tangan Herman supaya mengikutinya.

Herman melangkah mengikuti putrinya, dia tidak pernah menolak permintaan Arta, sekalipun dia harus berpura-pura baikan dengan Azkia. Bahkan berkali-kali.

"Maafkan ayah ya, bun!." Herman akan memeluk Azkia dengan mesra seperti biasanya.

"Jangan kepedean ya, aku gak serius minta maaf dengan kamu." bisik Herman di telinga Azkia. Herman berdamai hanya di depan Arta, sudah itu dia akan perang lagi.

Azkia menatap lurus wajah suaminya itu, dia tidak tahu sampai kapan dia bertahan dengan keadaan rumah tangganya ini. Dulu pernah dia memberanikan diri berbicara pada Herman, agar menceraikannya.

"Apa cerai?, hahaha, kau ingin cerai dan membiarkan aku menjadi gembel, setelah aku menceraikanmu, maka papa akan mencoret namaku di daftar ahli warisnya."

"Iya!, itu yang kau mau?." tanya Herman sambil memegang dagu Azkia kasar.

"Aku bisa bilang sama papa, kalau yang minta cerai aku." Azkia mengumpulkan berjuta sisa keberaniannya, hingga mampu mengeluarkan kata-kata itu, walaupun dia sadar bibirnya bergetar ketakutan.

"Hahaha." Herman tertawa keras, membuat tubuh Kia gemetar.

Herman mencengkram tubuh Kia lalu mendorongnya hingga tersandar di sofa. Azkia tertunduk lemah, dia tidak berani menatap Herman, sorot matanya seakan mau menelan Kia hidup-hidup.

"Jangan pernah bicara soal perceraian dengan papa. Ingat itu!." Herman mengangkat telunjuknya dan menudingkan dahi Kia.

"Jika kau berani melakukannya, kau tak akan pernah bertemu Arta lagi selamanya." Herman mengancam, sambil mengangkat dagu Kia agar menatapnya.

"Tidak bang!, maafkan aku." Azkia berlutut dan bersimpuh di kaki suaminya. Herman menarik bahu Kia dan memaksanya bangun.

"Sekali lagi kau bicara seperti itu, kau boleh pergi dari rumah ini, tanpa Arta." ancam Herman sambil mendorong tubuh Kia, hingga terduduk di sofa.

"Dasar perempuan tak tahu dirinya." makinya dan cepat berlalu. Jika dia tetap di situ, maka akan berlipat ganda marahnya dan pasti Azkia yang jadi sasaran empuk.

Herman menyambar kunci motor dan jaket yang bergantung di balik pintu, kemudian menuntup pintu kamar dengan keras, hingga menimbulkan bunyi yang kuat dan mengagetkan Azkia, terus mengeluarkan motornya dan pergi meninggalkan rumahnya. Jika sudah begini dia pasti akan pulang larut malam.

Azkia yang masih terduduk di sofa, hanya bisa menangis, mengutuki kebodohannya, kenapa dia bisa mencintai lelaki arogan dan kasar seperti Herman, yang sama sekali tak pernah menghargainya. Kenapa ya Allah, dia terisak hingga tubuhnya tergoncang.

Dibiarkannya air mata menganak sungai di kedua pipinya, dia menangkupkan kedua tangan kewajahnya, kemudian menarik napas dalam, akankah hidupnya seperti ini terus sampai akhir hayat, hidup seatap dengan lelaki yang bernama suami, tapi tak pernah menganggapnya istri.

Ini bukan yang pertama Herman memperlakukannya dengan kasar, sudah beribu kali dia diperlakukan oleh lelaki yang disebutnya suami itu.

Entah apa istimewanya, lelaki yang hanya berperawakan biasa saja, dengan wajah yang juga pas-pasan, dan kulit sedikit gelap, lebihnya hidung mancung dan mata berbinar indah, yang membuat orang menatapnya terasa teduh, hanya itu kelebihan yang dimiliki Herman, mampu membuat Azkia jungkir balik mencintainya, menyenangkan hatinya dengan segala cara, sampai dia tak perduli dengan harga dirinya, yang tak pernah dihargai suaminya.

Dia mampu menahan segala rasa perih, dari caci maki lelaki yang menurutnya akan membawanya ke surga nanti, dia hanya mampu menelan salivanya berkali-kali, jika lelaki yang kini telah terpatri dihatinya, menyalahkannya atas kepergian Anjeli istri kedua suaminya.

Sesekali Azkia memaki dirinya sendiri, marah pada takdir yang menciptakan hatinya terlalu lembut, dia sedih dan hancur jika melihat Herman terpuruk, namun suaminya itu tak perduli dengan air matanya.

"Ya Allah, beri aku kekuatan untuk menghadapi semua ini, dan berilah kelembutan pada suamiku." Do,a inilah yang selalu dilantunkan Kia di dalam sujud-sujud malam panjangnya.

******

Jangan lupa like dan koment ya readers.

Terima kasih🙏🙏

Terpopuler

Comments

Aulia Ananda

Aulia Ananda

thor knp azkia dibikin sgt bod h jengkel aq thor

2024-09-22

0

nand channel

nand channel

wanita lemah dan bodoh, menciptakan neraka sendiri di hidup nya...nikmatilah kebodohanmu bego.
udah gak dianggap suami, di rendahkan, di maki2, di sakiti, dikasari, di beri madu, jagain anak madu lagi...sempurna ketololan mu sbg wanita

2023-10-17

0

Hany Aza

Hany Aza

bodoh jangan sendiri bagi2 sama orang lain

2022-05-05

0

lihat semua
Episodes
1 Meratapi Takdir
2 Jas untuk Herman
3 Meminta Izin
4 Di Rumah Anjeli
5 Anjeli pindah ke Rumah Herman
6 Anjeli Operasi
7 Anjeli pendarahan Postpartum
8 Anjeli kembali ke Medan
9 Malaikat tanpa sayap
10 Hasrat yang Tertunda
11 Mengantar Arta
12 Pertemuan yang Tak Terduga
13 Azkia gagal fokus
14 Kunjungan Anjeli
15 Anjeli merasa Terabaikan
16 Herman Kecelakaan
17 Kekecewaan Azkia
18 Azkia Sangat Kecewa
19 Batal Pulang Ke Tembilahan
20 Penyesalan Herman
21 Dinner di Teras Kayu
22 Azkia dan Riyan
23 Azkia Memutuskan Pergi
24 Di Hotel Grand Zura
25 Anjeli Ke Rumah Sakit
26 Kecurigaan Wati
27 Tangisan Terakhir untuk Herman
28 Bahu Sandaran Azkia
29 Hari Pertama Azkia Masuk Kantor
30 Tangisan Untuk Riyan
31 Salah Paham
32 Kesedihan Azkia
33 Kejutan-Kejutan untuk Anjeli
34 Kejutan-kejutan untuk Anjeli 2
35 Kejutan-kejutan untuk Anjeli 3
36 Surat dar Dev
37 Ke rumah Keluarga Riyan
38 Pertemuan di Kantor Hadi Group
39 Rencana Anjeli
40 Herman Membawa Anjeli ke Rumah Sakit
41 Wati Bertemu Azkia
42 Ke RumahMendiang Hadi Group
43 Makan Malam Bersama
44 Kenyataan yang Pahit
45 Anjeli Pingsan
46 Anjeli Pingsan 2
47 Keresahan Azkia
48 Di Kantor Azkia
49 Makan Siang Bersama
50 Dev Meninggalkan Kantor Azkia
51 Penderitaan Anjeli
52 Penderitaan Anjeli2
53 Bayaran untuk Sebuah Kebohongan
54 Rahasia Anjeli Mulai Terkuak
55 Mengejar Cinta Azkia
56 Di Rumah Azkia
57 Anjeli Kecelakaan
58 Herman kembali ke Rumah
59 Di Rumah Sakit
60 Kembali Terluka
61 Pulang Ke Tembilahan
62 Tembilahan Kota
63 Tembilahan Kota 2
64 Mencari Azkia
65 Arta Ke Kantor Azkia
66 Di Ruang Kerja Azkia
67 Mengantar Arta ke Rumah Sakit
68 Di Rumah Sakit
69 Di Rumah Dokter Daniel
70 Rani dan Gunawa
71 Herman Sudah Tidak Perduli
72 Kehilang Ayah Tercinta
73 Azkia Menyesali Diri
74 Amukan Si Kembar
75 Kebaikan Azkia
76 Dev Kehilangan Harapan
77 Kejutan Azkia
78 Kepergian Rani
79 Gunawan Mengantar Rani Pulang
80 Permintaan Terakhir Rani
81 Pemakamam Rani
82 Dev berangkat ke Batam
83 Pertemuan Dev dan Azkia
84 Kedatangan Daffin Abhizar
85 Kedatangan Harisman dan Anggita
86 Menjadi Ayah yang Sesungguhnya
87 Bertemu Messi
88 Anjeli ke Pekanbaru
89 Anjeli ke Kantor Herman
90 Anjeli Kesal
91 Anjeli Kesal 2
92 Anjeli Kesal 3
93 Azkia, Carla dan Kanaya
94 Makan Malam Bersama Daffin
95 Bersama Daffin
96 Herman Kehilangan Lagi
97 Anjeli dan Daniel
98 Rapuhnya Hati Herman
99 Arta yang Memilih
100 Menemukan Jejak Keberadaan Azkia
101 Harisman di Rumah Sakit
102 Di Rumah sakit
103 Murkanya Anggita
104 Aku Terlambat
105 Yokohama Sakafune
106 Di Dalam Pesawat
107 Waktu yang Terlalu Singkat
108 Kekacaun di Kontor Azkia
109 Naya yang Sesungguhnya
110 Pernikahan Kedua
111 Azril dan Auril
Episodes

Updated 111 Episodes

1
Meratapi Takdir
2
Jas untuk Herman
3
Meminta Izin
4
Di Rumah Anjeli
5
Anjeli pindah ke Rumah Herman
6
Anjeli Operasi
7
Anjeli pendarahan Postpartum
8
Anjeli kembali ke Medan
9
Malaikat tanpa sayap
10
Hasrat yang Tertunda
11
Mengantar Arta
12
Pertemuan yang Tak Terduga
13
Azkia gagal fokus
14
Kunjungan Anjeli
15
Anjeli merasa Terabaikan
16
Herman Kecelakaan
17
Kekecewaan Azkia
18
Azkia Sangat Kecewa
19
Batal Pulang Ke Tembilahan
20
Penyesalan Herman
21
Dinner di Teras Kayu
22
Azkia dan Riyan
23
Azkia Memutuskan Pergi
24
Di Hotel Grand Zura
25
Anjeli Ke Rumah Sakit
26
Kecurigaan Wati
27
Tangisan Terakhir untuk Herman
28
Bahu Sandaran Azkia
29
Hari Pertama Azkia Masuk Kantor
30
Tangisan Untuk Riyan
31
Salah Paham
32
Kesedihan Azkia
33
Kejutan-Kejutan untuk Anjeli
34
Kejutan-kejutan untuk Anjeli 2
35
Kejutan-kejutan untuk Anjeli 3
36
Surat dar Dev
37
Ke rumah Keluarga Riyan
38
Pertemuan di Kantor Hadi Group
39
Rencana Anjeli
40
Herman Membawa Anjeli ke Rumah Sakit
41
Wati Bertemu Azkia
42
Ke RumahMendiang Hadi Group
43
Makan Malam Bersama
44
Kenyataan yang Pahit
45
Anjeli Pingsan
46
Anjeli Pingsan 2
47
Keresahan Azkia
48
Di Kantor Azkia
49
Makan Siang Bersama
50
Dev Meninggalkan Kantor Azkia
51
Penderitaan Anjeli
52
Penderitaan Anjeli2
53
Bayaran untuk Sebuah Kebohongan
54
Rahasia Anjeli Mulai Terkuak
55
Mengejar Cinta Azkia
56
Di Rumah Azkia
57
Anjeli Kecelakaan
58
Herman kembali ke Rumah
59
Di Rumah Sakit
60
Kembali Terluka
61
Pulang Ke Tembilahan
62
Tembilahan Kota
63
Tembilahan Kota 2
64
Mencari Azkia
65
Arta Ke Kantor Azkia
66
Di Ruang Kerja Azkia
67
Mengantar Arta ke Rumah Sakit
68
Di Rumah Sakit
69
Di Rumah Dokter Daniel
70
Rani dan Gunawa
71
Herman Sudah Tidak Perduli
72
Kehilang Ayah Tercinta
73
Azkia Menyesali Diri
74
Amukan Si Kembar
75
Kebaikan Azkia
76
Dev Kehilangan Harapan
77
Kejutan Azkia
78
Kepergian Rani
79
Gunawan Mengantar Rani Pulang
80
Permintaan Terakhir Rani
81
Pemakamam Rani
82
Dev berangkat ke Batam
83
Pertemuan Dev dan Azkia
84
Kedatangan Daffin Abhizar
85
Kedatangan Harisman dan Anggita
86
Menjadi Ayah yang Sesungguhnya
87
Bertemu Messi
88
Anjeli ke Pekanbaru
89
Anjeli ke Kantor Herman
90
Anjeli Kesal
91
Anjeli Kesal 2
92
Anjeli Kesal 3
93
Azkia, Carla dan Kanaya
94
Makan Malam Bersama Daffin
95
Bersama Daffin
96
Herman Kehilangan Lagi
97
Anjeli dan Daniel
98
Rapuhnya Hati Herman
99
Arta yang Memilih
100
Menemukan Jejak Keberadaan Azkia
101
Harisman di Rumah Sakit
102
Di Rumah sakit
103
Murkanya Anggita
104
Aku Terlambat
105
Yokohama Sakafune
106
Di Dalam Pesawat
107
Waktu yang Terlalu Singkat
108
Kekacaun di Kontor Azkia
109
Naya yang Sesungguhnya
110
Pernikahan Kedua
111
Azril dan Auril

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!