"Karena cintaku, aku rela tersakit demi kebahagiaanmu"
By. Rajuk Rindu
💝💝💝💝
Azkia terbangun mendengar tahrim di masjid, dia masuk ke kamar mandi, membersihkan diri dan berwudhu, menunggu waktu shalat tiba, dia membaca surah yasin dan ArRahman, setelah selesai melaksanakan shalat subuh, pergi ke dapur, seperti biasa akan menyiapkan sarapan untuk suaminya.
Setelah menyiapkan sarapan, dia mengambil sapu untuk membersihkan halaman depan, karena banyak daun-daun mangga yang berguguran, ini sudah menjadi pekerjaan rutin Azkia setiap hari, karena tidak ada asisten rumah tangga yang mengerjakannya.
Sebenarnya Herman pernah mengajukan ke Azkia akan mencari asisten rumah tangga, tapi Azkia menolaknya, karena dia ingin mengerjakan sendiri pekarjaan rumah, bahkan dia rela berhenti kerja hanya karena ingin mengabdi pada suaminya.
Tiga bulan sudah, dia tinggal di rumah Herman, tapi tak membawa perubahan sikap Herman padanya, Herman tetap cuek dan dingin, seperti tidak ada tertarik sedikitpun dengannya.
Azkia tetap mengerjakan tugasnya sebagai istri, memasak, mencuci, bersih-bersih rumah dan menyiapkan kebutuhan Herman
Begitu juga dengan Herman, dia memberikan uang belanja yang cukup bahkan lebih, dia juga memberikan ATM tanpa batas ke Azkia, jika Azkia butuh sesuatu dia bisa menggunakan sesuka hatinya. namun sampai saat ini, saldo di ATM itu belun sesenpun berkurang.
Azkia sudah selesai membersihkan halaman depan, mentari masih enggan menampakkan wajahnya, cuaca terlihat cerah dan segar, hujan tadi malam masih menyisakan kristal-kristal bening di permukaan dedaun.
Sepasang mata mengintai semua aktifitas Azkia, dari balik gorden Herman setiap pagi memperhatikan Azkia membersihkan halaman, wanita yang sudah tiga bulan sah menjadi istrinya itu, tidak pernah mengeluh tentang pekerjaannya.
Azkia wanita baik, rajin dan mandiri, dia tidak pernah manja, untuk membeli kebutuhan rumah tangga saja, dia tidak pernah, meminta bantuan Harman, semua keperluan Herman selalu ada dan beres.
Herman bukan tidak tertarik pada Azkia, istrinya itu seksi, cantik dan berkulit putih, Herman masih ragu dengan Hatinya, dia tidak ingat Azkia kecewa lebih dalam, jika dia memberikan harapan pada Azkia, maka dia membiarkan hubungannya dengan Azkia mengalir begitu saja.
Jam menunjukkan pukul tujuh lewat 10 menit, Herman belum juga ke luar dari kamarnya. Azkia menyusul ke kamar, untuk memanggilnya sarapan, langkahnya terhenti, sayup terdengar Herman sedang menelpon seseorang.
"Iya sayang, sebentar lagi kita akan sah jadi suami istri."
"Tentu di rumahku, kalau sudah jadi istriku, aku akan membawamu ke rumah ku."
"Apa?, Herman akan membawa Anjeli ke sini, OMG... apakah aku sanggup melihat suami dan maduku setiap saat di rumah ini." batin Azkia.
Azkia tidak bisa membayangkan bagaimana penderitaannya nanti, setelah Anjeli berada di rumah ini. Apa dia mampu melewati hari-harinya.
"Kia..." Herman memanggilnya, Azkia memutar balik tubuhnya, yang sudah terlanjur mau kembali ke dapur, tapi keburu ketahuan sama Herman.
"Ngapain berdiri di situ, masuk."
"Iya, bang!."
"Kau menguping pembicaraanku dengan Anjeli."
"Tidak!." ujar Azkia berbohong.
"Baiklah kalau begitu, aku hanya ingin memberitahumu, kalau Anjeli akan tinggal bersama kita.
"Apa kamu setuju, Anjeli tinggal di sini?."
"Andai boleh dia berteriak, dia pasti mengatakan "tidak!!" tapi dia tak punya hak untuk itu, walaupun Herman selama ini tidak pernah memberinya nafkah batin, tapi dia mencukupi kebutuhan Azkia, dan Herman dengan baik memperlakukannya.
"Jika kau keberatan, aku akan mencarikan rumah Anjeli dekat-dekat sini." ujar Herman, begitu melihat Azkia hanya diam.
"Tidak, aku tidak keberatan Anjeli tinggal di sini."
"Kebodohan apa lagi yang kau lakukan Azkia, setelah kau mengizinkannya menikahi wanita itu, kau juga mengizinkannya membawa wanita itu kesini." suara hati Azkia menolak, tapi kenyataannya Azkia tidak mampu melalukannya.
Entah apa yang telah merasukinya, dia begitu menjaga perasaan Herman, Azkia sangat berhati-hati mengambil keputusan, dia tidak ingin hati suaminya itu tergores kecewa, hanya karena dia salah bertindak, sementara Herman tak pernah perduli dengan perasaannya.
Azkia tidak pernah mampu mengatakan tidak, untuk permintaan yang Herman ajukan, Azkia tidak ingin melihat Herman bersedih, makanya semua keinginannya di restui Azkia, walaupun itu akan merenggut kebahagiaannya.
"Sekarang kamu siap-siaplah, bukankah kamu akan mendampingi pernikahanku."
"Iya bang." ujar Azkia mengangguk, dia segera membalikkan tubuhnya dan berlalu meninggalkan Herman.
"Aku mandi dulu, bang!." ujar Azkia masuk ke kamar, mengambil handuk dan terus ke kamar mandi.
Kamar mandi inilah, tempat curhat dan keluh kesahnya, dia menumpahkan segara rasa yang sulit dia ungkapkan. Dia menangis terisak di bawah guyuran shower. bahkan sudah 10 menit dia menangis di kamar mandi.
Ikhlaskah dia melepaskan suaminya menikah lagi, mulut berkata iya, tapi hatinya tidak, "Ya Allah, sesakit inikah rasanya dikhianati, berikan aku kekuatan ya Allah." batih Azkia.
"Azkia!... kia!. Apa kamu sudah siap." Herman masuk ke kamar Azkia, masih terdengar suara air di kamar mandi.
"Tok...!. Tok...!." Herman mengituk pintu kamar mandi.
"Iya! sebentar!." Azkia mematikan shower air.
"Apa kamu masih lama."
"Tidak! ini udah hampir siap."
"Baiklah, kalau begitu."
"Abang!, sarapan aja dulu!" teriak Azkia dari kamar mandi.
Azkia segera menyelesaikan mandinya, berpakaian rapi dan memoles bedak dan lipstik seadanya. menenteng tas tangan berwarna keemasan. Kemudian ke luar menemui suaminya di ruang makan.
Herman terkesima melihat penampilan Azkia, baru kali ini, dia serius memperhatikan Azkia, Azkia terlihat sangat anggun dan cantik
"Abang! kok liatin aku kayak gitu bangat."
"Apa penampilanku norak, kalau iya, aku bisa ganti baju yang lain." ujar Azkia membalikkan tubuhnya.
"Jangan!, kamu cantik kok."
"Cantik, Herman mengatakan dia cantik." Azkia membalikkan tubuhnya ke posisi awal, mata membulat menatap Herman.
"Beneran, kamu udah cantik pakai baju ini, gak usah diganti ya." ujar Herman meyakinkan
Baru kali ini Herman memuji, dia sudah sangat bahagia mendengarnya, itu artinya suaminya sudah mulai memperhatikannya. tapi mengingat suaminya akan menikahi wanita lain hari ini, wajah cerianya hilang seketika.
"Hay.. kok cemberut gitu, jadi jelek tau." Azkia berusaha tersenyum menanggapi godaan Herman
"Sekarang kamu sarapan dulu, aku mau menyiapkan beberapa berkas yang ingin mas antar ke kantor, sebelum kita ke rumah Anjeli."
Azkia hanya mengangguk, tanpa mencegah kepergian Herman, pada hal dia ingin sekali bisa sarapan dengan suaminya, yah... sudahlah!, sarapan saja sendiri, biasanya juga sarapannya sendiri, daripada nanti kelaparan.
Besok akan ada Anjeli di meja makan ini, pasti Herman tambah tak perduli dengannya, dan dia mungkin tidak akan pernah sarapan di meja ini lagi.
"Kia!.. apa kamu sudah siap sarapannya." terdengar suara Herman memanggilnya.
Azkia bergegas ke luar menemui suaminya, sambil mengelap bibirnya dengan tissu dia berjalan ke luar.
Herman mendekati Azkia, dan mendekatkan wajahnya, jantung Azkia berdebar, dia memejamkan mata, terasa ada yang menyentuh bibirnya.
"Ada sisa nasi di bibirmu." ujar Herman, spontan Azkia membuka matanya, dia tersipu malu, dikira Herman akan menciumnya. "duh Azkia malu-maluin aja kamu, semoga saja Herman tidak membaca pikirannya.
"Yuk!, kita berangkat." ajak Herman.
Azkia mengunci pintu dan masuk ke mobil Herman. Harman pun meluncur meninggalkan rumahnya menuju kantor, kemudian langsung ke rumah Anjeli.
******
Jangan lupa tekan like, komen dan votenya
Terima kasih🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
nand channel
ada ya manusia sebodoh azkia ini, nikmatilah penderitaan mu *bodoh*
2023-10-17
0
Nelly Noor
cinta buta askia yg bodoh
2022-05-25
0
Kasmawati S. Smaroni
kalau wanita seperti azkia,di jual sm suaminya pun dia rela yg oenting tinggal sm suami
2022-05-24
1