Hasrat yang Tertunda

"Aku terlalu naib untuk mengakui keberadaanmu"

By Rajuk Rindu

💝💝💝💝

Suara pintu digedor dari luar sangat kencang, hingga menghadirkan bunyi gaduh, Azkia yang tertidur di sofa, setengah sadar berlari dengan mata terkantuk-kantuk karena kaget.

Pintu terkuak, Herman masuk mendengus, sambil melemparkan jaketnya ke kepala Azkia.

"Lama bangat buka pintunya." Bentak Herman mendorong pintu, mengenai tubuh Azkia hingga terhuyung.

Azkia hampir saja terjatuh, karena tiba-tiba jaket melayang di kepalanya, untung dengan sigap ditangkapnya. Kemudian menutup pintu dan menguncinya.

"Siapkan air hangat aku mau mandi." Herman duduk di sofa sambil meluruskan kaki dan menyandarkan kepala.

Azkia bergegas masuk ke kamar mandi, mengisi bak dan merasa suhu kehangatan air.

"Airnya sudah siap." ujar Azkia tertunduk.

Herman menggerakkan kaki, memberi isyarat agar Azkia melepas sepatu dan kaos kakinya, kemudian menyodorkan pergelangan tangan, memerintah Azkia melepaskan kancing dilengan bajunya.

"Yang ini juga." Herman memonyongkan bibir menyuruh Azkia melepaskan baju dan celananya. Azkia hanya menurut tanpa protes, kemudian meletakkan ke keranjang kain kotor.

"Siapkan handuk." teriak Herman sambil masuk ke kamar mandi.

Azkia menyiapkan handuk, kemudian meletakkan di atas nakas samping pintu kamar mandi, setelah itu dia beranjak masuk ke kamar. Dan membaringkan tubuh di samping Arta yang sudah tertidur lelap.

Jam dinding menunjukkan pukul 01 lewat 15 menit, kantuk Azkia yang sampat tertunda kembali menyerang. Baru saja matanya terpejam dan hampir terlelap, sayup terdengar suara Herman memamggil.

"Iya, bang." Kia bergeges masuk ke kamar suaminya.

"Pijat." kata Herman sambil menelungkupkan tubuh, tanpa persetujuan Azkia.

Azkia beringsut duduk di tepi ranjang di samping Herman, dia mengambil minyak urut dan memulai aktifitas dari jari kaki. Herman sangat menikmati pijatan Azkia.

Berkali-kali Azkia menguap, kantuk sudah mengusik dari tadi, dengan terangguk-angguk dia masih saja menyusuri tubuh Herman dengan pijatan jari lentiknya, setiap kali dia berhenti memijat, Herman akan menegurnya.

"Pundak lagi." perintah Herman begitu pijatan Azkia terhenti, karena terkantuk.

Herman yang menyadari, kalau Azkia sudah mengantuk berat, pura-pura tertidur, Azkia yang merasa kalau Herman sudah tertidur, merasa bebas dan ingin beranjak kembali ke kamarnya.

Tiba-tiba Herman menggeliat, Azkia mengurungkan niatnya, dia kembali duduk di samping suaminya, dan mulai memijat lagi, kantuk yang menderanya semakin berat, dia sudah tak tahan menahan matanya agar melek. Azkia membaringkan tubuh di samping Herman, dengan posisi miring, dia terus memijat Herman sampai dia tertidur dan tangannyapun terkulai.

Herman membuka mata dan menatap wajah istrinya yang sudah terlelap di sampingnya. Enam tahun Azkia menjadi istrinya, baru kali ini dia tidur seranjang. Entah kenapa malam ini Herman sengaja mengundang Azkia ke kamarnya, membuat dia lelah, mengantuk dan akhirnya tertidur.

Azkia tersentak kaget, ketika kaki dan tangan Herman naik ketubuhnya, dan mengepitnya seperti bantal guling. Azkia berusaha memutar ingatannya kenapa dia bisa tertidur di sini.

Dia berusaha bangkit, menjauhkan tangan dan kaki Herman, tapi tak bisa, Herman terlalu kuat memeluknya. Dia ingin mendorong tubuh Herman, tapi takut, jika Herman terbangun dia pasti marah dan akan terjadi kegaduhan di tengah malam.

Azkia pasrah di dalam dekapan suaminya, jantungnya berdebar kencang, ada perasaan nyaman berada disisi lelaki yang sudah enam tahun menjadi suaminya, dan ini yang pertama suaminya tidur memeluknya.

Dia diam dan membiarkan tangan kekar Herman melingkar di dadanya dan kaki mengapit kedua kalinya, Azkia mencoba menikmati keadaan dengan memejamkan mata. Herman yang merasa sudah memperdaya Azkia, diam-diam menikmati hangat tubuh istrinya, dia mencium wangi rambut Azkia.

Perlahan Herman mendekatkan wajah dan mencium kening Azkia, kemudian menatap wajah tanpa dosa itu.

"Maafkan aku, selama ini telah mengabaikanmu Kia, maafkan aku ya." batinnya mendekap dan menciumi wajah Kia berkali-kali. Hingga Azkia terusik.

"Maaf bang! aku ketiduran disini." Azkia spontan bangun dengan wajah tersipu, dia menggeser menjauh, terlihat bibirnya bergetar, dia sudah siap menerima kemarahan Herman malam ini. Herman mencekal lengannya ketika melihat Azkia bergerak ingin berdiri.

"Tidurlah di sini, bersamaku." Herman bangun dan menggangkat tubuh Azkia, membaringkannya kembali, Azkia menuruti kemauan suaminya, berbaring tanpa bicara sepatahpun.

Herman yang dari tadi sudah terusik kelelakiannya, meneruskan keinginannya, dia mulai menyusupkan tangannya masuk dalam baju Azkia, Azkia hanya diam dan menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya dengan hati berdebar.

Klik.. tiba-tiba lampu mati, Azkia terlonjak dan berdiri, kesadarannya langsung mengingatkan pada Arta yang takut kegelapan. Benar suara Arta terdengar mencari dirinya. Azkia bergegas meninggalkan Herman, walaupun didengarnya helaan napas kekesalan suaminya.

Azkia meraba benda pipih di atas nakas, menghidupkan supaya mendapat pencahayaan.

"Bunda, Arta takut." Arta memeluknya dengan tubuh bergetar, dari kecil Arta memang sangat takut dengan kegelapan.

"Jangan takut lagi, bunda ada disini." ujar Azkia memeluk erat putrinya sambil membelai rambutnya.

Beberapa menit kemudian lampu hidup kembali, Arta melepaskan pelukannya dan kembali berbaring di kasur.

"Ayuk, bunda kita tidur." Arta menarik tangan Azkia, agar dia berbaring di sebelahnya.

Dengan posisi miring menghadap ke Arta, Azkia memeluk dan menimang putri kesayangannya itu, dia tidak pernah meninggalkan Arta, sebelum tidurnya benar-benar pulas.

"Selamat tidur sayang." Azkia menumpukan sikunya ke kasur, kemudian mencium kening putrinya yang sudah tidur kembali, dia bangkit menarik selimut dan menyelimuti tubuh mungil itu.

"Apa Herman sudah tertidur." seketika ingatan Azkia kembali ke Herman, yang tadi sempat merasa kesal saat ditinggalkannya menemui Arta.

Pandangan Azkia lurus menerawang kelangit-langit kamar, dia gelisah tak bisa memejamkan mata.

"Apakah dia harus kembali ke kamar suaminya?, nanti dibilang aku kepedean." gumam Azkia

"Kalau aku tidak kembali, ntar dia marah." Azkia dilanda kebimbangan, semoga saja dia sudah tertidur, doanya dalam hati.

Sementara Herman, sepeninggalan Azkia ke kamar Arta, dia gelisah, berkali-kali memejamkan mata, tapi tak juga terlelap, berkali-kali memindahkan posisi tidur tetap saja tidak bisa tidur.

Dia bangun dan beranjak menuju kamar Arta, Azkia yang mendengar suara seretan kaki mendekat ke pintu kamar, dia bergegas memejamkan mata dan pura-pura tertidur.

Dengan debaran jantung yang berpacu, Azkia menunggu reaksi suaminya, Azkia berharap Herman membangunkannya dan mengulang hasrat yang tertunda tadi, sedetik, dua detik, tak ada apa-apa, tidak ada sentuhan lembut tangan suaminya, Azkia menelan kekecewaan dari harapannya.

Herman duduk di ranjang, tepatnya disamping Azkia, dipandangnya putri kecilnya sudah terlelap, begitu juga Azkia, dia membelai lembut wajah Arta kemudian mencium keningnya, setelah itu berpindah ke kening Azkia.

"Selamat tidur istriku." bisiknya pelan kemudian mengecup lembut pipi Azkia. Azkia mendengar jelas bisikan suami, hatinya sangat senang bagai bunga sedap malam yang sedang bermekaran dan menebarkan aroma.

Herman menarik selimut dan menyelimuti tubuh Azkia, kemudian melangkah meninggalkan kamar, niatnya untuk membangunkan Azkia diurungkan, karena tak tega melihat wajah lelah perempuan yang sudah lama diabaikannya, akhirnya dia tidur di sofa dengan hasrat yang tertunda. Dan menghadirkan kekecewaan di hati Azkia.

Terpopuler

Comments

Nadyaa

Nadyaa

awas kelamaan di anggurin tar karatan loh😅

2021-08-19

0

anisaaaa

anisaaaa

sebel si azkia nya gampang bngt di rayu sm si herman bkn nya jaga diri mlah begitu...kasih pelajaran dl kia si herman nya...jngn di bikin kesel trs thor

2021-08-10

2

Evanafla

Evanafla

tuh kan mau juga ujungnya😅

2021-07-12

0

lihat semua
Episodes
1 Meratapi Takdir
2 Jas untuk Herman
3 Meminta Izin
4 Di Rumah Anjeli
5 Anjeli pindah ke Rumah Herman
6 Anjeli Operasi
7 Anjeli pendarahan Postpartum
8 Anjeli kembali ke Medan
9 Malaikat tanpa sayap
10 Hasrat yang Tertunda
11 Mengantar Arta
12 Pertemuan yang Tak Terduga
13 Azkia gagal fokus
14 Kunjungan Anjeli
15 Anjeli merasa Terabaikan
16 Herman Kecelakaan
17 Kekecewaan Azkia
18 Azkia Sangat Kecewa
19 Batal Pulang Ke Tembilahan
20 Penyesalan Herman
21 Dinner di Teras Kayu
22 Azkia dan Riyan
23 Azkia Memutuskan Pergi
24 Di Hotel Grand Zura
25 Anjeli Ke Rumah Sakit
26 Kecurigaan Wati
27 Tangisan Terakhir untuk Herman
28 Bahu Sandaran Azkia
29 Hari Pertama Azkia Masuk Kantor
30 Tangisan Untuk Riyan
31 Salah Paham
32 Kesedihan Azkia
33 Kejutan-Kejutan untuk Anjeli
34 Kejutan-kejutan untuk Anjeli 2
35 Kejutan-kejutan untuk Anjeli 3
36 Surat dar Dev
37 Ke rumah Keluarga Riyan
38 Pertemuan di Kantor Hadi Group
39 Rencana Anjeli
40 Herman Membawa Anjeli ke Rumah Sakit
41 Wati Bertemu Azkia
42 Ke RumahMendiang Hadi Group
43 Makan Malam Bersama
44 Kenyataan yang Pahit
45 Anjeli Pingsan
46 Anjeli Pingsan 2
47 Keresahan Azkia
48 Di Kantor Azkia
49 Makan Siang Bersama
50 Dev Meninggalkan Kantor Azkia
51 Penderitaan Anjeli
52 Penderitaan Anjeli2
53 Bayaran untuk Sebuah Kebohongan
54 Rahasia Anjeli Mulai Terkuak
55 Mengejar Cinta Azkia
56 Di Rumah Azkia
57 Anjeli Kecelakaan
58 Herman kembali ke Rumah
59 Di Rumah Sakit
60 Kembali Terluka
61 Pulang Ke Tembilahan
62 Tembilahan Kota
63 Tembilahan Kota 2
64 Mencari Azkia
65 Arta Ke Kantor Azkia
66 Di Ruang Kerja Azkia
67 Mengantar Arta ke Rumah Sakit
68 Di Rumah Sakit
69 Di Rumah Dokter Daniel
70 Rani dan Gunawa
71 Herman Sudah Tidak Perduli
72 Kehilang Ayah Tercinta
73 Azkia Menyesali Diri
74 Amukan Si Kembar
75 Kebaikan Azkia
76 Dev Kehilangan Harapan
77 Kejutan Azkia
78 Kepergian Rani
79 Gunawan Mengantar Rani Pulang
80 Permintaan Terakhir Rani
81 Pemakamam Rani
82 Dev berangkat ke Batam
83 Pertemuan Dev dan Azkia
84 Kedatangan Daffin Abhizar
85 Kedatangan Harisman dan Anggita
86 Menjadi Ayah yang Sesungguhnya
87 Bertemu Messi
88 Anjeli ke Pekanbaru
89 Anjeli ke Kantor Herman
90 Anjeli Kesal
91 Anjeli Kesal 2
92 Anjeli Kesal 3
93 Azkia, Carla dan Kanaya
94 Makan Malam Bersama Daffin
95 Bersama Daffin
96 Herman Kehilangan Lagi
97 Anjeli dan Daniel
98 Rapuhnya Hati Herman
99 Arta yang Memilih
100 Menemukan Jejak Keberadaan Azkia
101 Harisman di Rumah Sakit
102 Di Rumah sakit
103 Murkanya Anggita
104 Aku Terlambat
105 Yokohama Sakafune
106 Di Dalam Pesawat
107 Waktu yang Terlalu Singkat
108 Kekacaun di Kontor Azkia
109 Naya yang Sesungguhnya
110 Pernikahan Kedua
111 Azril dan Auril
Episodes

Updated 111 Episodes

1
Meratapi Takdir
2
Jas untuk Herman
3
Meminta Izin
4
Di Rumah Anjeli
5
Anjeli pindah ke Rumah Herman
6
Anjeli Operasi
7
Anjeli pendarahan Postpartum
8
Anjeli kembali ke Medan
9
Malaikat tanpa sayap
10
Hasrat yang Tertunda
11
Mengantar Arta
12
Pertemuan yang Tak Terduga
13
Azkia gagal fokus
14
Kunjungan Anjeli
15
Anjeli merasa Terabaikan
16
Herman Kecelakaan
17
Kekecewaan Azkia
18
Azkia Sangat Kecewa
19
Batal Pulang Ke Tembilahan
20
Penyesalan Herman
21
Dinner di Teras Kayu
22
Azkia dan Riyan
23
Azkia Memutuskan Pergi
24
Di Hotel Grand Zura
25
Anjeli Ke Rumah Sakit
26
Kecurigaan Wati
27
Tangisan Terakhir untuk Herman
28
Bahu Sandaran Azkia
29
Hari Pertama Azkia Masuk Kantor
30
Tangisan Untuk Riyan
31
Salah Paham
32
Kesedihan Azkia
33
Kejutan-Kejutan untuk Anjeli
34
Kejutan-kejutan untuk Anjeli 2
35
Kejutan-kejutan untuk Anjeli 3
36
Surat dar Dev
37
Ke rumah Keluarga Riyan
38
Pertemuan di Kantor Hadi Group
39
Rencana Anjeli
40
Herman Membawa Anjeli ke Rumah Sakit
41
Wati Bertemu Azkia
42
Ke RumahMendiang Hadi Group
43
Makan Malam Bersama
44
Kenyataan yang Pahit
45
Anjeli Pingsan
46
Anjeli Pingsan 2
47
Keresahan Azkia
48
Di Kantor Azkia
49
Makan Siang Bersama
50
Dev Meninggalkan Kantor Azkia
51
Penderitaan Anjeli
52
Penderitaan Anjeli2
53
Bayaran untuk Sebuah Kebohongan
54
Rahasia Anjeli Mulai Terkuak
55
Mengejar Cinta Azkia
56
Di Rumah Azkia
57
Anjeli Kecelakaan
58
Herman kembali ke Rumah
59
Di Rumah Sakit
60
Kembali Terluka
61
Pulang Ke Tembilahan
62
Tembilahan Kota
63
Tembilahan Kota 2
64
Mencari Azkia
65
Arta Ke Kantor Azkia
66
Di Ruang Kerja Azkia
67
Mengantar Arta ke Rumah Sakit
68
Di Rumah Sakit
69
Di Rumah Dokter Daniel
70
Rani dan Gunawa
71
Herman Sudah Tidak Perduli
72
Kehilang Ayah Tercinta
73
Azkia Menyesali Diri
74
Amukan Si Kembar
75
Kebaikan Azkia
76
Dev Kehilangan Harapan
77
Kejutan Azkia
78
Kepergian Rani
79
Gunawan Mengantar Rani Pulang
80
Permintaan Terakhir Rani
81
Pemakamam Rani
82
Dev berangkat ke Batam
83
Pertemuan Dev dan Azkia
84
Kedatangan Daffin Abhizar
85
Kedatangan Harisman dan Anggita
86
Menjadi Ayah yang Sesungguhnya
87
Bertemu Messi
88
Anjeli ke Pekanbaru
89
Anjeli ke Kantor Herman
90
Anjeli Kesal
91
Anjeli Kesal 2
92
Anjeli Kesal 3
93
Azkia, Carla dan Kanaya
94
Makan Malam Bersama Daffin
95
Bersama Daffin
96
Herman Kehilangan Lagi
97
Anjeli dan Daniel
98
Rapuhnya Hati Herman
99
Arta yang Memilih
100
Menemukan Jejak Keberadaan Azkia
101
Harisman di Rumah Sakit
102
Di Rumah sakit
103
Murkanya Anggita
104
Aku Terlambat
105
Yokohama Sakafune
106
Di Dalam Pesawat
107
Waktu yang Terlalu Singkat
108
Kekacaun di Kontor Azkia
109
Naya yang Sesungguhnya
110
Pernikahan Kedua
111
Azril dan Auril

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!