"Walaupun kau tak pernah menganggapku ada, namun aku tetap tulis berada disisimu"
💝💝💝💝
"Saya akan membawa putri saya pulang ke Medan" Roberto ayah Anjeli datang ke Pekanbaru setelah Anjeli koma selama 3 bulan.
Dia sangat murka kepada Herman, lelaki yang sudah menjadi menantunya itu, karena tidak bisa menjaga putrinya, hingga Anjeli mengalami pendarahan dan koma.
Satu tahun lalu ketika Anjeli meminta izin kepadanya, untuk kembali ke Riau, dia sangat ceria dan baik-baik saja, kini wajah itu sudah tirus, tubuh anjeli sangat kurus. Anjeli hanya terbaring tanpa bisa beraktifis. Bernapaspun dengan alat bantu. Roberto tak pernah membayangkan kalau putrinya akan seperti ini.
"Kau memamg leleki tak berguna, hanya bisa menyakiti putriku, menyesal aku mengijinkan kau menikah dengan Anjeli." Roberto memaki Herman karena kesalnya.
Andai saja tidak di rumah sakit, ingin rasanya dia memukuli menantunya itu, menghajarnya habis-habisan. Dia kesal bukan saja karena Herman tak bisa menjaga Anjeli, tapi karena Herman sudah menjadikan Anjeli istri keduanya.
"Andai papa tahu, kau menikah dengan Herman jadi istri kedua, papa tak akan mengizinkan." batin Roberto menyesali keputusan putrinya.
Herman menghela napas dalam, setelah berdebat panjang dengan ayah mertuanya tentang Anjeli, dia akhirnya pasrah ketika disuruh memilih menceraikan Anjeli, dengan berat hati dan sedih, Herman menandatangi surut perceraian yang diajukan ayah mertuanya itu.
"Setelah ini jangan pernah kau hubungi lagi putriku." ujar Roberto setelah Herman menandatangi surat yang disodorkannya.
Roberto membelai wajah Anjeli dengan lembut, wajah cantik putrinya itu, kini terlihat sangat pucat dan kurus. Roberto meneteskan air mata tak sanggup melihat penderitaan yang dihadapi putrinya.
"Papa akan membawamu pulang sayang, akan mencari dokter yang hebat untukmu, dan mengakhiri penderitaanmu." Roberto menggenggam erat jemari putri semata wayangnya itu.
Anjeli yang terbaring lemah, merasa ada tetesan air mata papanya jatuh dipipi. Anjeli ingin sekali memeluk papanya, tapi tubuhnya terasa sangat berat.
"Pa!, Anjeli tak ingin pulang ke Medan, biarkan Anjeli tetap di sini bersama Herman dan Arta." Anjeli berkata dalam hatinya. Dan berusaha bersuara, tapi gagal papanya tak mendengar ucapannya.
Anjeli melirik Herman yang berdiri disampingkan, wajah lekaki yang sangat mencintainya itu, terlihat sedih dan lelah.
"Bang! bang! jangan biarkan papa membawaku." Anjeli berteriak dengan mengumpulkan tenaganya yang tersisa, tapi suaranya tak juga bisa keluar, Herman tak mendengarnya.
Lelaki itu menatap wajahnya, kemudian mendekat disisi ranjang dan meraih tangan mengenggam jemarinya, "Apakah Herman mendengar ucapanku." batin Anjeli.
"Maafkan aku sayang, aku tidak bisa mempertahankan mu tetap disisiku." Herman berbisik di telinga Anjeli sambil mengecup kening Anjeli untuk terakhir kali, hatinya sangat hancur, dia melepaskan genggaman tangannya kemudian pergi meninggal Anjeli tanpa menoleh kebelakang sekalipun.
"Bang! bang!" Anjeli berteriak sekuat tenaganya, Herman tak mendengar sedikitpun. Anjeli yang berusaha beranjak dari tempat tidur, dia berusaha bangun dan menggerakkan seluruh anggota tubuhnya.
"Dok!, dok!, Anjeli menggerakkan jari tangannya." Roberto berteriak mengangetkan dokter Farah.
"Alhamdulillah ini pertanda baik tuan." dokter Farah memeriksa keadaan Anjeli sebelum pesawat yang membawanya mengudara.
Roberto beserta dokter dan 2 orang perawat yang sudah dicarternya, masuk ke pesawat pribadi dan membawa Anjeli mengangkasa tinggi dan akhirnya menghilang.
Sepasang mata menatap kepergian Anjeli, separoh jiwanya ikut dibawa wanita yang ada dipesawat itu. Dia merasa hampa, hatinya sangat sedih, orang yang begitu dicintainya pergi meninggalkannya.
Herman menarik napas dalam, lalu membuangnya kesembarang tempat. Dia duduk lemas dipintu gerbang bandara, dengan menangkupkan kedua tangan kewajahnya, Semua kenangan bersama Anjeli membayang, membuatnya semakin terpuruk.
"Anjeli, aku mencintaimu sayang." Herman menangis terisak, hingga tubuhnya tergoncang.
Azkia yang dari tadi hanya memperhatikan Herman sambil mengendong Arta mendekat.
"Bang!, ayuk kita pulang." Azkia menyentuh pundak lelaki ayah dari bayi yang ada dalam gemdongannya.
"Kenapa tidak kau saja yang pergi dari hidupku." karena emosinya tidak stabil, dia memaki dan mendorong tubuh Azkia, hingga Azkia tersungkur, Arta yang berada digendongan Azkia, hampir saja menyentuh aspal, kalau tidak ditumpu dengan tangan Azkia.
Suara tangis Arta pecah, dia yang sedang tidur nyenyak terkejut karena tubuh mungilnya terjepit tangan Azkia. Azkia mencoba menenangkannya, dengan menepuk-nepuk pantatnya.
Perih luka lecet ditangannya tidak dirasakannya, tangisan Arta melupakan segalanya, sakit hatinya, sakit perasaannya, bahkan harga dirinya. Arta sudah menjadi bagian hidupnya, dia bersyukur tuan Roberto tidak ikut membawa Arta bersama Anjeli.
"Kau boleh menjaga Arta sampai kapanpun, aku dan Anjeli tidak akan pernah menjumpainya lagi, pastikan kalau Arta tidak tahu Anjeli ibu kandungnya."
"Baik tuan!, aku akan menyimpan rahasia ini."
"Terima kasih, kau sudah dengan tulus menjaga anak Anjeli, penuhi semua kebutuhan Arta, aku tidak ingin dia kekurangan.," Roberto menyerahkan kartu ATM ke Kia. Walaupun dia tidak menginginkan Arta, tapi dia menyadari kalau bayi mungil itu adalah cucunya, Namun Kia memilih untuk tidak menerima bantuannya.
Azkia memang betul-betul wanita yang tulus, sudah dikhianati Herman dengan menikahi Anjeli, masih mau menjaga Arta yang jelas-jelas merupakan anak dari wanita yang telah merampas kebahagiaannya.
"Arta dititip ke saya saja, saya sudah berterima kasih bangat sama tuan dan Anjeli, maaf bukan saya tidak mau menerima pemberian tuan, biarkan saya memenuhi kebutuhan Arta dengan usaha saya, sebagai rasa syukur saya, karena sudah diberi kepercayaan untuk menjaga dan membesarkan Arta." Ujar Azkia waktu itu.
Tangisan Arta semakin kencang, Herman baru menyadari perbuatannya, Dia telah mencelakai Azkia dan Arta yang ada digendongannya, Herman mendekat dan mengambil Arta dari gemdongan Azkia.
"Maafkan ayah sayang, ayah sudah membuatmu kaget." Herman mengayun tubuh Arta dengan kedua tangannya. Arta mulai tenang dan diam.
Herman memandang lekat wajah Azkia, entah kenapa tiba-tiba dia begitu muak melihat wanita yang susah 3 bulan menjaga putrinya.
"Apa sebaiknya kuceraikan saja Azkia." batin Herman tanpa memperdulikan Azkia yang meringis kesakitan gara-gara tangannya lecet terbentur ke aspal.
Begitu melihat Arta sudah tenang dan tidur kembali, dia menyerahkan Arta ke Azkia, mana mungkin dia menggendong Arta sambil menyetir. Herman membuka pintu belakang dan menyuruh Azkia masuk.
Mobil meluncur meninggalkan bandara, menuju jalan Akasia, jalanan sedikit macet, banyak kendaraan yang berlalu lalang.
Arta kembali tidur nyenyak dipangkuan Azkia, dia terlihat begitu nyaman dalam pelukan ibu sambungnya itu. Mungkin dia tahu kalau Azkia begitu tulus menyayanginga.
Azkia mencuri pandang wajah lelaki yang sedang menyetir, masih membias wajah kesal di situ, Azkia tahu kalau suaminya itu pasti kesal dengannya, karena alasan Roberto membawa Anjeli ke Medan adalah dirinya.
Andai tidak ada bayi mungil yang sudah mencuri perhatian Azkia, dia pasti sudah pergi jauh dari Herman, karena tidak ada alasan untuk dia tetap berada disisi Herman, apalagi perlakuan Herman sangat tidak romantis padanya.
Kehadiran Arta telah merubah segalanya, dia tidak perduli dengan perlakuan Herman, semua rasa sakit dibuangnya jauh-jauh, yang terpenting baginya sekarang adalah bisa memeluk Arta setiap saat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
nand channel
perempuan bodoh kau azkia
2023-10-17
0
Santy Mustaki
herman laki3 berhatibinatang
2021-12-13
0
Ratna Utami
bidadari tak bersayap Azkia..
sabar ya sayang,azkia pasti bahagia😍😍😍🤗🤗🤗
2021-08-07
3