"Rasa perih terlewatkan, karena rasa sayang"
By Rajuk Rindu
💝💝💝
Herman dan anjeli sedang duduk di ruang tengah, sambil menonton televisi, mereka bercengkrama mesra, sesekali Herman mengelus dan mengecup perut Anjeli yang terlihat membuncit. Kehamilan Anjeli sudah memasuki 7 bulan. Herman sudah tak sabar ingin melihat hasil buah cintanya lahir kedunia.
Sepasang mata Azkia menatap sedih, kearah pasangan yang sedang asik makan buah suap-suapan. Ada rasa yang teriris pedih dihatinya, melihat lelaki itu memperlakukan begitu lembut dan mesra kepada madunya. Tak terasa buliran bening berdesakan dinetranya.
Azkia bersandar di dinding pembatas ruang tengah, sambil memejamkan mata, dia berusaha menetralkan perasaannya yang hancur, dan memunguti kepingan-kepingan yang berceceran , kemudian menghimpun di sisi kisi hatinya yang terasa hampa.
"Kamu harus kuat Kia, semuanya akan baik-baik saja." bisik hatinya.
"Hay... kamu kenapa?." Kia terkejut spontan membuka matanya, Herman sudah berdiri gagah didepannya, sambil menatap lekat ke wajah Azkia.
"Ah... tidak apa-apa." ujar Kia sambil menangkupkan kedua tanganya ke wajah.
"Tapi, matamu merah, kau manangis?." tanya Herman sambil mendekatkan wajahnya.
"Ti-tidak, ini tadi karena habis mengupas bawang, jadi perih." bohong Kia sambil menunjuk bawang yang masih utuh di atas tetelan dan belum diiris.
Azkia memang lagi memasak untuk makan siang mereka, dia akan membuat rendang kesukaan Herman, Anjeli tidak bisa membantunya karena aroma bawang membuat elergi dan muntah-muntah.
"Abang, mana airnya." teriak Anjeli dari ruang tengah, rupanya Herman masuk kedapur untuk mengambilkan minuman Anjeli.
"Iya, tunggu sebentar." sahut Herman, langsung mengambil air dan mengantarkannya ke Anjeli.
"Makasih ya sayang." terdengar suara renyah Anjeli, seperti jarum menusuk telinga Azkia.
"Ya, Tuhan, perasaan apa ini, kenapa begitu terasa sakit, kuat aku." batinnya sambil menutup kedua telinganya. dia harus mampu menepis semua sakit yang tergores dengan sengaja.
"Ada yang bisa kubantu." terdengar suara Herman yang berada dibelakannya.
"Abang, bisa mengaduk ini." ujar Kia menunjuk rendang yang sudah setengah matang.
"Hemmm... aromanya saja enak, pasti enak bangat nih rendangnya.," puji Herman membuat semu merah dipipi Kia.
Kia masuk keruang tengah, mengambil sapu, pantasan Herman membantunya di dapur, ternyata Anjeli sudah tertidur pulas diruang tengah.
"Anjeli... aku iri melihat kemesraanmu dengan Herman, tapi aku harus bagaimana, Herman tidak pernah menganggapku istrinya, yang ada dihatinya cuman kamu." gumam Kia kembali keruang dapur.
"Udah masak nih." kata Herman sambil memasuk potongan daging kemulutnya.
"Hemmm... enak bangat." lanjutnya sambil menyodorkan potongan daging kemulut Azkia.
"Gak mau, masih panas." tolak Kia sambil geleng kepala.
"Ini udah dingin kok." ujar Herman sambil meniup-niup pelan, kemudian menyuapkan kemulut Kia.
"Iya, udah masak, dagingnya udah empuk."
Herman mematikan kompornya, kemudian membantu Kia mencuci piring, setelah itu menghidangkan makan siang. Setiap hari minggu Herman selalu membantu pekerjaan rumah Azkia.
"Kata Anjeli, semalam Kayra datang menawarimu pekerjaan." tanya Herman sambil menarik kursi dan duduk. Ternyata Anjeli sudah bercerita prihal kedatangan Kayra.
" Iya!"
"Apa kamu serius mau kerja."
"Kalau abang izinkan."
"Abang tidak keberatan kalau kamu mau kerja lagi."
"Serius, terima kasih ya." spontan Azkia memeluk suaminya.
"Iya, iya." ujar Herman mengusap punggungnya.
"Ma-maaf." Azkia melepaskan pelukannya, wajahnya bersemu merah karena malu.
"Kenapa minta maaf, sini abang peluk lagi." Mendadak Herman mendekapnya erat. Azkia merasa nyaman berada dalam dekapan Herman, gemuruh detak jantung berpacu kencang.
"Tapi siapa yang jaga Anjeli, kalau aku kerja, diakan lagi hamil, kasian kalau ada apa-apa." Azkia menatap lurus wajah suaminya.
"Nanti kita cari asisten rumah tangga untuk menemani dia, jadi kamu tak usah pikirkan Anjeli ya." Herman mengecup puncak kepala Azkia.
"Ya Allah, terbuat dari apa hati Azkia, dia selalu memikirkan Anjeli, padahal dia tahu Anjeli telah merampas kebahagiaannya." batin Herman semakin kuat mendekap Azkia.
"Terima kasih ya, kamu begitu perduli dengan Anjeli dan calon anakku."
Herman kembali mengecup puncak kepala Azkia, kali ini lebih lama, kecupan yang dirasanya berbeda dengan biasanya, ini keluar dari hatinya yang paling dalam. Dia merasa sudah sangat menyayangi Azkia, apakah benih-benih cintanya sudah mulai tumbuh.
Azkia samgat menikmati pelukan hangat suaminya, dia merasa begitu damai, ini pertama kalinya lelaki yang sudah delapan bulan jadi suami memeluknya dengan mesra.
"Terima kasih, Tuhan." batin Azkia, doa-doanya sudah didengar sang maha penerima doa.
Kemesraan Azkia dan Herman tidak luput dari perhatian Anjeli, Anjeli sudah terbangun dari tadi, karena dia merasakan kram diperutnya.
"Aduh... sakit." rintihan Anjeli mengusik telinga Azkia. Azkia yang sedang menikmati pelukan suaminya, mendorong tubuh Herman agar sedikit melonggarkan dekapannya. Azkia menarik napas panjang, menormalkan perasaannya.
"Anjeli bang!." Azkia menyadarkan Herman.
Bersamaan Azkia dan Herman berlari ke arah Anjeli yang sedang merintih kesakitan.
"Sayang, kamu kenapa?." terlihat cemas di wajah Herman.
"Mungkin Anjeli sudah waktunya lahiran."
"Tapi kan baru tujuh bulan." kata Herman.
"Aduh bang! sakit.. hiks..hiks..hiks." Anjeli menangis karena tak kuat menahan sakit.
"Kamu tungggu Anjeli ya, abang siapkan mobil." kata Herman bergeges keluar.
"Sabar ya Anjeli, kamu pasti kuat, sebentar lagi kita akan ke rumah sakit." kata Azkia sambil mengelap keringat yang mengucur di dahi Anjeli.
Wajah Anjeli sangat pucat, tubuhnya gemetar menahan rasa sakit, keringat sebesar biji jagung mengucur di dahinya, Azkia menggenggam erat tangan Anjeli yang terasa dingin.
"Aku sudah tak kuat kia." terdengar lirih suara Anjeli dengan bibir yang bergetar, ketika mereka sudah di mobil yang melaju ke rumah sakit
"Kamu kuat Anjeli, kamu pasti bisa, bertahanlah demi anakmu ya." Azkia terus memguatkan madunya itu.
Merekapun sampai, Anjeli harus menjalani operasi karena mengalami Solusio plasenta yaitu pemisahan plasenta dari lapisan rahim. Sang ibu akan mengalami pendarahan dari situs perpisahan dan rasa sakit di rahim. Pemisahan ini dapat mengganggu oksigen sampai ke bayi, dan tergantung pada tingkat keparahannya, caesar darurat segara dilakukan. Jika tidak akan sangat membahayakan pada bayi.
"Kamu pasti bisa Anjeli, kamu wanita yang kuat." Azkia kembali memberi harapan kepada Anjeli, sebagai seorang wanita, dia merasakan sakit yang dialami Anjeli, naluri kewanitaannya hadir untuk saling menguatkan dan memberi semangat.
"Anjeli mengangguk lemah, dia merasa sakit yang setiap detik bertambah sakit, bahkan untuk mengeluarkan rintahannya saja dia sudah tidak sanggup, pandangannya sudah buram, dan lama-kelamaan menjadi hitam, dia sudah tidak tahu kalau sudah di bawa ke ruang operasi.
Herman duduk diruang tunggu, menangkupkan kedua telapak tangannya ke wajah, berkali-kali dia menarik napas, berkali-kali dia memandang pintu ruang operasi, waktu sudah berjalan dua jam, belum ada tanda-tanda operasi selesai.
Azkia tidak kalah cemasnya, dia mondar mandir, kadang duduk, kadang berdiri, tak ada sepatahpun kata-kata yang keluar dari mulut, begitu juga dengan Herman. mereka saling diam, hanya doa-doa yang dilantunkan kedua insan yang sedang menunggu kelahiran anak Anjeli.
"Ya, Allah selamat istri dan anakku." Herman terus melantunkan doa-doa untuk Anjeli dan bayinya.
Jangan luka like dan komen ya thor
singgah dinovelku yang lain ya👇👇
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Evanafla
anjeli baik2 saja kan? ga meninggal gitu?🙏
2021-07-12
0