Arini dan Hadi memang pasangan yang serasi walau beda usia lumayan jauh, perempuannya cantik ,laki lakinya tampan,kalau berjalan bareng atau lagi duduk di muka umum membuat iri mata yang melihat,itu pandangan sepihak bagi orang yang memandangnya
Karena orang melihat hanya dari luarnya saja tanpa tahu dalam hati mereka yang sebenarnya.
Lain lagi dengan perasaan hati yang di rasakan Arini saat ini,saat meminta izin Hadi untuk pulang dulu ke tempat orangtuanya akhir minggu ini.
Perasaan Arini begitu kacau, merancang apa yang akan di sampaikan pada orangtuanya, menebak nebak jawaban orangtuanya dan sejuta fikiran fikiran lain membayanginya, keraguan menyergap ketegarannya selama ini,dan kebimbangan menguasai dan menghantuinya.
Hadi menggenggam tangan Arini, memandang menelisik setiap sudut muka Arini,ingin rasanya Ia memberi kekuatan lebih pada wanita di depannya ini,setidaknya Hadi bisa mengantar Arini sampai ke tempat tujuan,tapi Arini bersikeras ingin pulang sendiri ingin menyampaikan sendiri pada orangtuanya.
"Aku janji mas kalau Bapak udah memberi lampu hijau, kita pulang lagi bareng,sekalian aku kenalkan Mas pada mereka"
"Rin,tapi aku khawatir sama kamu,biarlah aku antar kamu walau nggak sampai rumah juga,kamu turun di pasar kek atau di pangkalan angkot kek biar aku tidur di mobil atau nyari hotel yang deket ke rumahmu, aku akan menunggumu"
"Tapi aku nginep di sana Mas,
Perasaan aku nggak tega Mas nunggu aku berlama lama"
"Arini,aku menunggumu itu lebih dari setahun sampai aku bisa mengungkapkan perasaan ku padamu,apa kamu masih nggak yakin ?Kalau nggak kamu pulang diantar Pak Priyo aja"
"Nggak ! nggak Mas jangan jangan ! aku malu,ngerepotin orang lagi,ya udah Mas aja antar aku,entar kita cari tempat nginap buat Mas yang paling deket dengan rumahku"
"Keputusan yang sangat bijaksana,kamu bisa tenang dan aku nggak khawatir,ya sudah, besok sabtu sore kamu siap siap"
"Heemght..."
Hadi mengusap ngusap punggung dan kepala Arini, Arini diam dengan hati yang bimbang,
Raut mukanya masih muram,tak mudah melewati situasi seperti ini fikirnya.
***
Sepanjang perjalanan, Arini juga Hadi lebih banyak diamnya, mereka sibuk dengan lamunan dan fikiran masing masing,
Arini menguatkan hatinya, mencoba tegar di hadapan Hadi.
Juga Hadi selalu ingin mencairkan suasana kaku diantara mereka,ingin Arini kelihatan ceria lagi,ingin satu ganjalan di depannya cepat terlewati.
Hadi memegang tangan Arini di sela sela ngover kopling kendaraannya,sesekali Arini
mengangguk sambil tersenyum.
"Kamu nggak bawa apa apa buat adikmu Rin?"
"Udah tuh
"
Arini melirik ke jok belakang,
"Buat Bapak sama Ibumu ?"
"Heee...Aku bingung tar aja cari di sana makanan kesukaan mereka"
Perjalanan sekitar 2 jam setengah dari kota Bandung hampir sampai,kota kecil kota kabupaten,tepatnya kota Tasikmalaya ke arah selatan dari kota Bandung.
"Stop di depan ya Mas,pas di hotel yang warna kuning itu"
Mereka turun,dan masuk ke pront office, setelah selesai booking kamar dan di kasih kunci mereka di antar room boy ke kamar yang di tuju.
Arini dan Hadi duduk di ujung tempat tidur, Hadi memeluk Arini yang terdiam.
"Aku akan kangen sama kamu Rin"
"Alaaah Mas aku cuma semalem doang,tepatnya sehari semalem,
Besok sore kita udah berangkat lagi"
"Udah aku pulang dulu ya!"
"Rin ngapain aku sendiri di kamar ini ?"
"Heeee...ya terserah Mas, mau tiduran,mau jalan jalan,mau nonton,Asal jangan cari masalah aja ya,Juga jangan ikuti aku"
"Ngapain aku ikuti kamu,aku udah tahu rumahmu kok"
"Hah ? emang kapan Mas ke rumahku ?"
Arini sewot,kaget juga setengah marah melepaskan pelukannya memandang Hadi dengan sejuta pertanyaan,Bener bener ni orang pengintai ulung.
"Ssssst...Rin,apa sih yang aku nggak tahu soal kamu ?
Bapakmu Pak Atmaja,Ibumu Ibu Aryani, adikmu Andini dan Arya aku tahu semua Rin"
Arini terheyak pasrah, memandang Hadi sekali lagi,dan memeluknya.
***
Arini sampai di rumahnya menjelang ujung senja, hari sudah mau mulai gelap, Arini di sambut Ibu dan adik adiknya dengan sukacita dan kegembiraan.
Arini menyalami semuanya dengan perasaan kangen.
"Pulang nggak ngasih khabar dulu,biasanya nelephon sama Adikmu"
"Buru buru Bu,kebetulan libur Rini mau pulang ya pulang"
"Bapak kemana Bu ?"
"Bapakmu sudah di mushola pulangnya biasa habis sholat isya"
Arini mengelilingi tengah rumah besarnya kursi jati ukir kehitam hitaman dengan jok mengkilat coklat tua,lemari ukiran jepara yang umurnya Arini juga nggak tahu,jam antik yang setiap jamnya bunyi ning nong dan lain lainnya, rumah warisan neneknya yang dulu kakek buyutnya pernah jadi camat pada jamannya,rumah yang asri nyaman dengan beberapa kamar besar juga halaman luas di tumbuhi rumput jampang juga palm yang sudah tua,terasa lama Ia nggak pulang ada kali 6 atau 7 bulan yang lalu Arini tak ingat lagi.
Arini masuk ke kamarnya,kamar paling depan yang juga di peruntukkan kalau ada tamu bisa menempati kamar itu,toh Dirinya sekarang jarang pulang,
tempat tidur kayu yang kokoh, meja dan kursi kecil sewarna dengan kayu tempat tidurnya.
Arini membuka tasnya, panggilan tak terjawab Hadi,Arini tersenyum membayangkan lagi ngapain Mas Hadi di kamarnya yang membosankan itu,
Arini mematikan handphonenya.
Sayup sayup Ibunya bersuara,ciri khas seorang Ibu mengingatkan anaknya yang kadang menjadi kerinduan tersendiri bagi dirinya.
"Rin,maghrib dulu keburu akhir"
"Ya Bu."
Selesai makan mereka berkumpul di ruang keluarga semua ada termasuk Bi Minah, kerabat Bapak yang udah janda, sudah sedari kecil Arini ikut keluarganya.
"Teh,nanti kalau pulang lagi Arya mau di belikan hp teh masa aku pakenya hp turunan aja bekas Teh Dini"
"Idiiih itu masih mending di kasih, dari pada beli sendiri,sono beli aja sendiri"
"Teh,kasih tahu ya kalau di Radio teteh ada artis idolaku ya Iqbal Ramadhan,Dini pasti ke Bandung, boleh ya Teh"
Arini tersenyum mendengar pengaduan dan permohonan, juga keinginan adik adiknya.
"Boleh,tapi kalau bertepatan libur sekolah ya...Juga Arya, do'a in teteh ya biar rezekinya banyak bisa beliin Arya hp baru,
Jangan lupa belajarnya yang rajin biar tambah pintar dan juara terus,Udah sana pada belajar ya, Teteh mau ada yang di bicarakan sama Bapak dan Ibu"
"Gimana pekerjaanmu di Bandung Rin ?"
Bapaknya mulai bicara, Pak Atmaja tahu anaknya ada hal penting yang menurutnya meminta saran dan pertimbangan orangtuanya,kalau nggak pekerjaan pasti masalah jodoh,laki laki atau apalagi.
"Baik Pak,semua lancar dan Alhamdulillah Rini secara jabatan Rini di percaya Pak Hadi memimpin perusahaan radio itu,jadi Rini udah nggak siaran lagi"
"Dari kapan itu ?"
"Kurang lebih dua tiga bulanan, jadi Rini lumayan rada repot adaptasi lagi banyak penyesuaian pekerjaan baru"
"Ya di jalani dengan syukur aja, jabatan itu amanah,jadi jangan takabur, ambisi boleh tapi dalam batas wajar dan jalan sehat"
"Iya Pak,selain itu Rini juga mau meminta restu sama Ibu Bapak kalau Rini selama ini menjalin hubungan serius dengan atasan Rini Pak Hadinata"
. . . . . . . . . . . . . .
Bapak Ibunya menyimak sampai anaknya selesai bicara.
"Kami ingin serius Pak,maju ke jenjang yang lebih jauh lagi,Arini memohon restu Ibu sama Bapak"
Bapaknya menghela napas berat,
"Arini,bapak mengerti perasaanmu,kamu sudah dewasa bisa memilah dan memilih mana yang baik dan buruk,harapan Bapak bukan cinta yang seperti itu Nak"
"Bapak minta pertimbangkan dulu baik buruknya buat kamu,kalau mengikuti perasaan sesaat kedepannya seperti apa ?
Rumah tangga itu nggak mudah,nggak hanya mengandalkan cinta saja,apalagi ini kamu mau memasuki gerbang pernikahan dengan setumpuk masalah di depanmu" Arini menunduk.
"Bapak Ibumu sayang sama kamu,nggak mau melihat kamu memikul masalah yang terlalu berat yang di bawa suamimu"
Arini bersimpuh bercucuran air mata di pangkuan Ibunya,Bi Minah juga menyeka air matanya,
"Apa yang telah kamu lakukan terhadap rumahtangga orang lain Rin ? dari sisi manapun Ibu melihatnya tetap salah anakku"
Ibunya buka suara,Arini semakin terisak pilu.
"Carilah yang lajang,yang sama sama bebas bukan status suami orang Anakku"
Ibunya Arini menangis,tak sanggup membayangkan, Anaknya jadi istri kedua,duri dalam rumah tangga orang lain
Bapaknya menghela nafas dalam dalam.
"Maafkan Rini Bu,Pak Rini tak seperti yang Ibu Bapak harapkan,Rini mencintai Mas Hadi dan mungkin ini cinta sejati Rini Bu"
"Jangan terus kau pupuk rasa itu nak,betapapun kamu mencintainya, menyayanginya kamu akan terluka oleh rasa itu sendiri"
"Semua tidak seperti yang Ibu Bapak bayangkan,tidak serumit itu Bu"
"Arini anakku,perasaan telah membius mu,memudahkan segala jalan dan masalah,itu salah Nak,Ibu takut semua jabatan yang dia berikan hanya untuk menarik perasaanmu juga"
"Tidak Bu,tidak Arini bukan orang seperti itu,Arini bukan penjilat, juga bukan orang yang bermuka dua,itu adalah pencapaian prestasiku"
"Iya Ibu percaya,mungkin itu hanya ketakutan Ibu saja, terangkan lah dulu hatimu,berfikir lah dengan bijaksana"
Arini terdiam,hanya sesekali mengusap air matanya,untuk apa aku bicara lagi toh orangtuanya sudah ada jawabannya.
"Bapak berharap banyak padamu Rin,kamu itu jadi contoh yang baik buat adik adikmu,
bukan Bapak tak merestui mu,tapi Bapak menyarankan kamu untuk berfikir lagi yang lebih bijaksana,kalau toh kamu tak ada pilihan lain dan di rasa itu yang terbaik buatmu mungkin Bapak sama Ibu berubah fikiran,
Walau bagaimanapun Bapak sama Ibumu ingin melihat kamu bahagiaKamu faham maksud Bapak Rin ?"
"Iya Pak,Rini mengerti"
"Sudahlah sekarang sudah malam kamu Istirahat, Berdoalah memohon petunjuk yang terbaik pada Yang Maha Kuasa..."
Ibunya mengelus elus kepala Arini dengan perasaan sayang,
Arini bangkit memohon diri pada kedua orangtuanya,dan masuk kamar.
Arini masuk kamar di sambut Andini adik perempuannya,
"Teh teteh kenapa ? apa teteh hamil ?"
"Hus ngaco kamu,hamil apaan nikah aja belum,hamil itu harus ada suaminya dulu"
Arini mendorong adiknya dan terduduk di kasur berdua.
"Heeeeee...abis apaan atuh pada nangis semua"
"Teteh minta restu sama Ibu Bapak,buat hubungan teteh sama seseorang,tapi Ibu sama Bapak tak merestuinya"
"Emang kenapa Teh ?"
"Karena calon teteh itu terlalu ganteng juga terlalu kaya"
"Masa iya sih gitu aja Ibu sama Bapak nggak merestui teteh ?"
"Teh"
"Udah ah kita tidur,mau tahu aja kamu kan masih kecil"
"Kecil apaan aku kelas 3 sma teh,
teteh udah dewasa juga maen tidur aja sholat isya nya belum"
"Heeee iya yah,Terimakasih adikku tersayang, Teteh sholat dulu yah"
"Huh"
Arini ke kamar mandi mengambil air wudhu,dan melihat orangtuanya masih mengobrol, Arini menyelinap masuk lagi kamar dan sholat.
Adiknya udah ngorok di sampingnya,Arini masih terjaga dengan fikiran kacaunya,yang di khawatirkan nya bener bener kejadian,Arini tak menyalahkan orangtuanya,hanya Ia belum bisa meyakinkannya,seiring berjalannya waktu semua pasti akan berubah.
Hatinya kecewa dengan keadaannya,juga Arini membayangkan sikap Hadi akan kah Ia sabar seperti yang selama ini Ia sabar mengikuti semua langkahnya hanya ingin tahu aku ini seperti apa.
Selalu ada jalan di setiap permasalahannya,Arini mengakui di depan bawahannya Ia bisa bertindak tegas,juga sangat kuat mempertahankan prinsipnya,
Tapi di depan kedua orangtuanya Arini lemah dan tak berdaya, semua ucapan orangtuanya mengena di hatinya bagai tombak kebenaran menancap jadi pepatah yang selalu di ingat.
Membayangkan Hadi Arini jadi sedih,lagi ngapain sekarang ya,aku matikan tadi hp nya biar semua bisa tenang, sudah tidurkah atau lagi jalan jalan keluar cari angin ? Arini melirik jam dinding di kamarnya,dan waktu menunjukkan jam 02.12...
Bukan saatnya nelephon fikirnya Arinipun menarik selimutnya...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Yayoek Rahayu
ortu yg bijak....
2022-02-11
1
Dwisya12Aurizra
walau bagaimana pun orangtua tuh ingin yg terbaik buat anaknya, pemikiran ortunya Arini tuh benar, kalo bisa mencari yg masih lajang, bujang atau duda, yg terpenting bukan suami orang, iya kan mak.. 😀😘
maaf ya aku baca nya slow...
disibukkan di duta... so.. sibuk tepatnya 😅😅
2021-12-13
4