Waktu berputar seperti roda kadang di atas kadang di bawah,semua berjalan pada relnya seperti perasaan Hadi saat ini,perasaan baru kemarin rasanya aku melihat Arini,dan jatuh hati pertama kali memandangnya, mencari tahu tentangnya,mengikutinya,kebiasaannya dan lain lainnya, sebagian di lakukan di bantu Pak Priyo, waktu begitu cepat berubah merubah semuanya.
Dan kini antara Arini dan dirinya sudah bisa tahu hati masing masing,bisa bicara hati ke hati bisa duduk begitu dekat,bisa memandang wajah cantiknya, bisa memegang tangannya, membelai pipinya,menggenggam jari jemarinya,bisa memeluknya.
Dalam pandangannya Arini begitu mempesona, menggoda dan menggairahkan, senyumnya, kerlingannya,juga ngambeknya membuat hatinya meleleh,
Dan yang tak kalah penting diatas segalanya Arini mencintaiku juga apapun statusku.
Terkadang tanpa di duga Arini menyandarkan kepalanya sendiri di dadanya,atau memeluk sebelah tangannya dengan manja.
Aaah...Arini Atmaja,semangat hidupku bangkit kembali,aku seorang pria yang punya masa depan kembali, semangat hidupku berkobar kembali, hadirmu di dalam hari hariku bak setitik pijar api kehidupan,di tengah gelapnya jelaga perjalanan rumah tanggaku dan terpuruknya aku dalam lingkaran permasalahan yang tak putus putus, aku saat saat itu seperti tak ada energi untuk meneruskan jalan hidupku.
Jangan sampai ada yang salah,yang aku lakukan hingga membuat kerikil ganjalan diantara kita,aku ingin melihat Arini selalu tersenyum,
Ingin rasanya setiap saat bertemu,melihat senyumnya, walau dengan alasan yang sepele dan di buat buat hanya untuk mengganggu dan menggodanya.
Hadi tersenyum sendiri di belakang kemudi mobilnya,Mobil melaju ke kantor utamanya,yaitu perusahaan properti yang mulai naik daun.
Pak Priyo menyambutnya di ruang depan kantornya.
"Pagi Pak Hadi"
"Ya Pak Pri,pagi juga,
Gimana semuanya lancar Pak ?"
Mereka duduk santai di sofa bersebrangan.
"Alhamdulillah, Pak tinggal proses akhir yaitu pembayaran pembebasan tanah untuk proyek baru kita yang di daerah itu, setelah semuanya selesai tinggal mulai peletakan batu pertama, tapi untuk lebih meyakinkan harusnya kita survai lagi,kapan kira kira Pak Hadi punya waktu yang tepat ?"
"Iya,yaaa nanti saya coba atur Pak,kalau sudah punya waktu saya kabarin Pak Pri"
"Iya Pak saya siap...."
"Trus yang lain lainnya ada kendala Pak ?"
"Sementara enggak,masih bisa saya tangani Pak,gimana kabar Bu Arini Pak ? heee...saya sudah agak lama nggak ketemu dia"
"Baik baik aja,lancar Pak Pri,semuanya beres,heeeee...
terimakasih loh pak Pri atas bantuannya,kalau nggak ada pak Pri juga saran sarannya mungkin saya belum sampai ke titik sekarang ini"
"Saya senang mendengarnya Pak Hadi,saya do'akan sampai ke jenjang yang lebih jauh lagi... semoga Pak Hadi sama Bu Arini bahagia selamanya"
"Aamiin...Pak Pri hebat, pengalaman banget dalam urusan wanita, haaaaaaaa..."
Mereka ngakak berdua, Pak Pri senang melihat pimpinannya senang,juga saran sarannya yang dianggap mujarab banget dalam menaklukan hati wanita.
"Jadi kapan kira kira Pak Hadi mau melamar Bu Arini ?"
"Wah itu belum terfikirkan Pak, nanti aja saya diskusi dulu sama Arini,sebaiknya kapan dan bagaimana"
"Jangan lama lama Pak,saya juga tak sabar pengen melihat Pak Hadi sama Bu Arini jadi pasangan suami istri,Pak Hadi juga sudah tak sabar toh ? haaaaaaaa..."
Beruntung seorang Hadinata memiliki orang kepercayaan seperti Pak Pri,terasa ringan beban pekerjaannya,selalu ada jalan keluar di setiap permasalahannya,dari mulai soal pekerjaan yang berat,juga persoalan hati dan cinta yang tak kalah beratnya.
Hadi memasuki ruangannya,dan Pak Priyo juga pergi entah kemana,Hadi tercenung di meja kerjanya,terngiang ucapan Pak Priyo.
"Jadi kapan kira kira Pak Hadi mau ngelamar Bu Arini ?"
Belum pernah tersinggung ucapan dan bahasan soal itu antara dirinya dan Arini, mereka larut dalam kemesraan dan kemesraan manisnya madu cinta,seakan baru pertama mengenalnya,dan merasakannya.
Terfikirkan oleh Hadi nanti kalau ada kesempatan akan memulainya dan betapa ingin melihat sumringah wajah kekasihnya..mengingat dan membayangkan wajah Arini Hadi senyum senyum sendiri,ingin segera bertemu dan memandang lama lama wajah Arini hingga Ia menjadi malu mukanya memerah dan memeluknya.
Hadi melihat jam di tangannya,baru jam 09.15
Hadi menghela nafas dalam dalam,jam makan siang masih lama fikirnya,Hadi tahu Arini orangnya disiplin tak membuang buang waktu percuma,Mungkin sekarang juga lagi sibuk dengan pekerjaannya.
Tapi aku coba aja telephon Aku godain.
kriiiiiiiiiiiiing, kriiiiiiiiiiiiing...
"Ya Pak Hadi,ada yang bisa saya bantu ?"
"Ya Rin,aku butuh banget bantuan mu nih"
"Soal apa ya Pak ?"
"Aku lemes banget,seperti mau pingsan"
"Bapak di mana ? kenapa ? apa sudah sarapan ?"
"Belum,kayaknya aku mau sakit Rin"
"Ya ampuuun Bapak sakit apa ?"
"Sakit rindu...heeee"
"Huh,di kira bener,dasar gombal...modus pagi pagi sudah ngelawak nggak lucu tahu"
"haaaaaaaa..."
"Udah ah,saya mau kerja"
"Eith...jangan marah dulu,
Emang kamu nggak kangen ?"
"Enggak"
"Serius nih nggak kangen ?"
"Ya sudah,aku juga kangen Mas,tapi aku kerja dulu,nanti aku di tegur sama pimpinan,kerja nggak tanggung jawab"
"Gitu doooong,jangan lupa tar makan siang aku tunggu di tempat biasa ya,tepat jam 12.00 jangan kurang jangan lebih"
klik...telephon terputus.
Arini menarik nafas dalam dalam,dan menaruh kembali ponselnya,hatinya senyum senyum sendiri beginikah orang orang yang lagi kasmaran ?
Kerjanya jadi terganggu, konsentrasinya nggak fokus lagi,dan kenapa juga Ia ingin cepat cepat waktu bergulir hingga jam 12.00.
***
Hadi berdiri saat Arini datang, Hadi menatap Arini dari atas sampai bawah, Arini kikuk merasa di telanjangi dengan pandangan khusus tertuju padanya.
"Mas,kenapa ? apa ada yang salah sama saya ?"
"Enggak,perasaan ada yang lain aja"
"Maksudnya apa ? apa baju saya ,apa sepatu saya ?"
"Maksudnya kamu tambah cantik aja"
"Huh mulai dasar gombal,di kira apa"
"Aku seneng tahu bikin kamu marah Rin,habis kalau marah kamu tambah cantik,jadi aku makin sayang"
"Udah,udah cukup obral gombalannya,makan aja yu,aku lapar Mas"
Mereka mulai makan, Arini mulai terbiasa dengan situasi seperti ini,makan bareng,melihat Hadi yang selalu mencuri pandang, juga tatapan orang orang di sekelilingnya.
"Rin,kapan kamu ajak aku bertemu orangtuamu ?"
Deg...! Arini agak gugup,
Akhirnya Hadi sampai juga ke arah situ,yang sendirinya juga belum siap untuk memulainya yaitu memberi tahu kedua orangtuanya.
"Iya,ya Mas aku, gimana ya aku takut duluan Mas takut sikap orangtuaku akan hubungan kita,
Sebenarnya aku pengen ngobrol lebih jauh sama Mas soal ini tapi bukan di sini,tapi kapan ya ?"
"Ok Rin kamu sekarang sibuk nggak ?"
"Nggak juga,kerjaan biasa aja,nggak ada janji dengan siapapun"
"Yu,yu sekarang kita ngobrolnya, ikut aku"
Hadi berdiri menyudahi makannya dan membayarnya, menggandeng tangan Arini keluar dari rumah makan itu.
Mobil melaju pelan,Arini samar samar ingat ini menuju rumah yang di perlihatkan Hadi waktu malam malam sebagai hadiah kejutannya.
"Kita ke rumah itu Mas ?"
"Ya ,kenapa ? takut lagi ? ini kan rumah kita"
"Nggak,aku mau lihat kalau siang siang pemandangannya bagus nggak ya"
"Pasti bagus,untuk orang special seperti kamu Rin"
Arini mendelik,memanyunkan bibirnya,mereka masuk beriringan.
Sepasang sofa masih di bungkus plastik dan yang lain lainnya belum ada,lemari kaca belum ada isinya kulkas belum di colokin listrik dan semuanya belum tertata.
"Kita di atas ngobrolnya yu"
Hadi meraih pinggang Arini,dan Arini tak menolaknya,Ia malah sebaliknya melingkarkan tangannya juga ke pinggang Hadi, Hadi tersenyum mengangguk Arini tersenyum hanya mereka yang tahu artinya.
"Jadi gimana rencana mu sayang ?"
"Mas maaf,aku mau tahu, boleh nggak ? soal status Mas Hadi sekarang sama Bu Hesti itu seperti apa ? Sebagai bahan jawaban untuk kedua orangtuaku,dan aku punya kekuatan menjelaskannya"
Hadi menarik nafas panjang, seperti ingin mengumpulkan kekuatan hatinya untuk berterus terang sejujurnya,dan memang inilah saatnya.
"Arini,aku dan Hesti menikah kurang lebih 7 tahun lalu,kami saling cinta,merintis usaha bersama,sayang kami tak punya anak,dan keadaan berubah saat dokter memvonis istriku kangker rahim stadium empat 3 tahun lalu, Hesti sudah beberapa kali operasi bahkan pengangkatan rahim segala...
"Sejak saat itu hidup kami berubah hampa pernikahan kami hambar,kecuali sakit berobat dan rumah sakit itu dan itu yang kami jalani"
"Hesti meminta cerai padaku tapi aku tak mengabulkannya,aku fikir aku ini laki laki apa meninggalkan istriku dalam keadaan seperti itu"
"Hesti orangnya tidak egois, sadar akan kekurangannya dan menghargai setiap pendapatku, keputusanku,aku perlu pasangan hidup ,aku perlu orang yang melayaniku, mengurusku,dan satu lagi aku ingin anak dan semua itu tak bisa Hesti penuhi,semua harapanku masih memungkinkan,masa depanku masih panjang dan harapan kedepannya akan lebih baik"
"Dia menyuruh aku mencari wanita untuk menjadi istriku,dengan syarat yang dia ajukan,mengerti keadaan dia,mau menerima keadaan dia, juga diantaranya harus orang baik baik,dalam arti bukan cinta yang di pungut di jalan,karena untuk punya keturunan yang baik harus dari keturunan yang jelas juga,Dia menyayangiku Rin, seperti aku juga menyayanginya,
Hubungan kami sekarang tak lebih dari seorang sahabat baik,walau terikat perkawinan,
Entah sampai kapan pernikahanku ini,setiap saat bisa saja aku melepasnya,tapi aku fikir ini bentuk tanggung jawabku"
"Dia mengharapkan yang terbaik buatku, aku sadar Rin,bisa seperti ini ada kontribusi do'a do'a nya, juga dukungannya,ridho seorang istri"
"Kami tidak bercerai,juga hubungan layaknya suami istri juga tidak,juga tidak serumah, sekarang dia lagi agak lumayan sehat Alhamdulillah, hidupnya di habiskan hanya untuk kebaikan dan beribadah, mendekatkan diri pada yang Khalik,aku hanya bisa mendukungnya,asal dia bahagia dengan jalan yang di tempuhnya, awal bulan depan dia mau keliling tour religi menapak tilas wali songo dengan komunitasnya,dan sebelumnya dia ke Bali menyaksikan acara ngaben,juga ke Tana Toraja melihat tata cara dan berbagai prosesi kematian dan entah ke mana lagi,dan itu semua hanya ingin lebih mendekatkan diri dengan Sang Pencipta.
"Dia pergi sendiri hidupnya tak mau merepotkan orang lain,paling dengan komunitasnya,tak mau di temenin dalam fikirannya setiap saat yang Maha Kuasa akan memanggilnya aku telah mempersiapkan diri"
"Kami jarang komunikasi,paling sekali kali aku menanyakan khabarnya kesehatannya,jaga obatnya juga bekal dia,
itulah sisi lain dari kehidupanku Rin"
"Dan akhirnya aku menemukanmu Rin,aku mencari tahu semua tentangmu,dan aku jatuh cinta sama kamu"
"Mas ,betapa tulusnya cinta kalian,apa aku bisa meneladani seorang Bu Hesti tidak ya ?
Mas aku semakin simpatik sama kamu,Aku yakin kamu orang terbaik yang aku kenal"
"Rin,aku juga yakin kamu orang baik, aku tak salah memilihmu,
Jadi kapan kamu bawa aku ke orangtuamu ?"
"Mas,sebaiknya aku aja dulu yang pulang ya semoga aku bisa pelan pelan meyakinkan orangtuaku,Kalau itu baik menurutmu,pulanglah,
Bawa khabar baik untukku ya"
"Heemght...ya Mas semoga"
Hadi memeluk Arini erat erat, beban hatinya telah ia ungkapkan sisi lain pribadinya Arini telah tahu, Arini mengerti keadaannya,tapi orangtuanya akankah mereka mengerti ?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Yayoek Rahayu
ooo... gitu ceritanya......
2022-02-11
1
Enis Sudrajat
semangat....
2020-11-06
3
Enis Sudrajat
Lanjuuuuit...
2020-10-28
5