Begitu juga Arman, sedari mengantar Arini habis maghrib tadi tak henti-hentinya membayangkan wajah Arini yang semakin mempesonanya, semua yang ada pada diri Arini di mata Arman terlalu sempurna walaupun agak beda dari bayangan awal sebelum mereka berjumpa.
Bayangan Arini masa-masa SMA jauh dengan sekarang, dulu Arini belum berhijab masih menggerai rambut ombak sepinggangnya dengan anak rambut di belah atas depan mukanya, tinggi langsing kulit kuning langsat,
mengingat itu semua membuat Arman senyum-senyum sendiri hatinya berbunga-bunga aaaaah... Arini begitu menggodaku, begitu ingin aku miliki, begitu ingin ku sampaikan rasa ini.
Sudah pulang kah dia? sudah tidurkah dia? bagaimana perasaannya padaku?
apa kalau aku telephon sekarang apa nggak menggangu?
Arman melirik jam dinding dan waktu sudah menunjukan jam 23:15 Arman menarik nafas panjang.
Keyakinan Arman akan pilihan hatinya membuat hatinya berdebar, kapan ya kira-kira aku bisa menyatakan perasaanku kembali, pertama apa yang akan dia berikan pada Arini? bunga? cincin? atau ajak aja dia belanja biar dia yang milih? Tapi akankah Arini mau menerimanya? mencintainya seperti dirinya?
Bagaimana kalau Arini menolaknya? Aaaah jatuh cinta memang berjuta rasanya, walaupun slogan lama tapi itulah kenyataannya.
Berjuta rasa angan khayal berkecamuk dalam benak Arman, sampai tak sadar Arman pun terlelap dalam tidurnya.
Terbangun agak kesiangan Arman buru-buru ke kamar mandi dan berganti pakaian, celingukan mau bikin kopi tapi sudah siang Arman hanya menatap dispenser dan berlalu ke arah mobilnya setelah mengunci pintu, banyak yang harus di bereskan di kantornya terlebih kantornya masih berbenah karena baru beberapa hari di tempati.
Mengendarai mobil pelan sambil menyalakan radio tape nya mencari frekuensi Riang Fm 89,14. Perutnya terasa keroncongan tapi terasa seger walaupun siang kemarin dia makan seingatnya.
Arman pun tenggelam dalam kesibukan di kantornya, hingga siang habis makan siang baru bisa agak longgar Arman menelphon Arini.
"Hai Rin."
"Hai juga Man."
"Aku pagi nggak antar kamu, aku kesiangan heeee..."
"Emang aku tuan puteri pake di antar antar segala."
"Sekarang di mana?"
"Aku masih di kantor mau rapat."
"Terus pulangnya kapan, maksudku sampai jam berapa?"
"Nggak tahu, sampai selesainya aja, kalau sampai malam aku langsung siaran malam, mungkin nginep di sini."
"Segitunya Rin?"
"Heeeee...emang begitu,
enggak...enggak...bercanda kok."
"Ya udah, kalau masih sore khabari aku ya, aku mau ketemu ada surprise buat kamu."
Deg! "Apaan tuh?"
"Bukan juga surprise kalau tahu duluan mah."
"Yeh..."
Apa ya surprise Arman, seperti tebakanku kah? atau yang lain yang belum terfikirkanku, bathin Arini sibuk menebak-nebak iya apa bukan membuat hatinya tambah gamang. Arman emang perusuh karena suka bikin orang terkejut dengan ketiba-tibaannya, juga tindakan tak terduga nya.
Arini masuk lagi kantor setelah makan siang, semua karyawan dari semua divisi sudah ada di aula tinggal menunggu pimpinan Pak Hadinata. Semua sudah duduk di kursi masing-masing sambil pada ngobrol ada juga yang sibuk dengan hp nya masing-masing, sepuluh menit kemudian rapat di mulai,
seperti rapat pada umumnya ada rentetan acara presentasi dan lain-lain, dan sampailah pada acara intinya.
"Silahkan Bapak pimpinan."
Pak Priyo manggut ke arah Pak Hadinata.
"Terimakasih untuk semua, atas kerja samanya yang luar biasa sehingga pencapaian kita semakin naik grafiknya."
prok prok prok...
Semua anggota rapat memberikan tepukan meriah,dan Pak Hadinata meneruskan bicaranya.
"Perlu di ketahui Alhamdulillah perusahaan kami di bidang lain semakin maju, juga untuk itu saya perlu pendamping orang yang tangguh untuk lebih memaksimalkan kinerja kami, Jadi, saya perlu mencopot dan mengangkat dua orang
pertama saya mencopot Pak Priyo dari pimpinan Riang Fm, dan mengangkat menjadi pemimpin semua perusahaan saya, dan bertanggungjawab langsung pada saya."
prok prok prok...
Tepukan kembali di berikan semua anggota rapat.
"Kedua, untuk menggantikan Pak Priyo saya mengangkat Ibu Arini sebagai pimpinan baru Riang Fm, dan bertanggungjawab langsung dengan saya, semua sudah saya pertimbangkan dedikasi kinerja masa kerja dan kriterianya."
prok prok prok....
Tepukan meriah lebih ramai lagi anggota rapat langsung mengerumuni Arini yang kelihatan kikuk, grogi, serba salah dan mendadak jadi sulit bicara, semua secara tiba-tiba tanpa ada pemberitahuan sebelumnya semua menyalaminya.
Setelah duduk kembali dengan tenang Pak Hadinata melirik ke Pak Priyo lalu Pak Priyo berdiri dan mengangkat tangan Arini untuk berdiri mereka bersalaman sebagai simbol serah terima.
"Ibu Arini, silahkan memberi ucapan sepatah dua patah kata sebagai pimpinan baru."
Suara Pak Hadinata samar terdengar oleh Arini, Arini bangkit berdiri, tegar, berkharisma berwibawa menyampaikan pidato pertamanya.
"Terimakasih untuk Pak Hadinata yang telah memberikan kepercayaan kepada saya, semoga saya bisa mengemban amanat ini dengan baik sekali lagi terima kasih. Juga rekan-rekan semua semoga kita bisa lebih menjalin kerjasama ke arah yang lebih baik dan lebih baik lagi, terima kasih."
prok prok prok...
Rapat pun bubar, meninggalkan lunglai, lemas di tubuh Arini, keringat dingin masih membasahi punggung dan keningnya walau berada di ruangan ber AC, lagi beres-beres barangnya Arini di samperin Pak Priyo, sambil agak membungkuk Pak Priyo ngomong sesuatu dan Arini mengangguk.
"Selamat ya Bu Arini....semoga kita bisa kerjasama dan menjadi team work yang baik."
"Iya, iya Pak...Hadi..."
Pak Hadinata menyalami Arini begitu lama sambil memandang wajah Arini yang masih agak kikuk, baru kali ini Pak Hadinata memandang wajah Arini yang sejelas jelasnya, cantik, menarik, rapi dan juga wangi, Arini gelagapan, sambil menarik tangannya, Pak Hadi memang tampan proporsional, sempurna fisik pria terawat masa kini, Arini mengaguminya.
"Santai aja, kita kan rekan satu team "
"Kenapa saya Pak? saya takut kinerja saya mengecewakan Bapak."
"Jangan panggil saya Pak kalau kita lagi berdua, panggil saja Mas atau Hadi aja untuk bisa lebih bebas membicarakan segala hal ya Rin."
"Tapi, Pak..."
"Eith..."
"Iya Mas, saya siap."
"Sekarang kita pulang bareng saya antar kamu, kamu naik mobil ikut saya, saya ada yang mau dibicarakan lebih lanjut sama kamu ya, mari."
"Iya, Pak...eeeh Mas."
Pak Hadi memandang Arini tanda protes, Arini tertawa pelan sambil menutup mulutnya atas kesilapannya sambil berjalan mengikuti Pak Hadi keluar dari gedung itu.
Mobil belok di pertigaan menuju kost-an Arini, Arini heran kok Pak Hadi tahu tempatku padahal seorang pimpinan jarang atau boleh dikata tak pernah berhubungan soal apapun dengan karyawannya selain pekerjaan di kantor, apalagi ini seorang Hadinata pimpinan beberapa perusahaan yang lagi berkembang.
Belum selesai herannya mobil sudah sampai halaman rumah yang lumayan besar, yang punya bangunan bangunan kecil di pinggir-pinggirnya itu merupakan kost-kostan yang di peruntukkan untuk mahasiswa dan karyawan,
Hadi turun dan Arinipun mengikutinya, tambah lagi heran Pak Hadi tahu mana kamar Arini.
"Nggak mempersilahkan tamunya masuk?"
"Ooh iya, silahkan masuk Mas."
Arini tambah gelagapan Hadi langsung duduk di kursi panjang satu-satunya memandang sekeliling isi kamar hunian Arini sambil senyum-senyum,
tempat tidur single, meja rias, lemari, kulkas dan radio transistor, Hadi tertawa pelan melihat radio transistor Arini.
"Percis punyaku Rin."
Katanya masih sambil tertawa, Arinipun ikut tertawa mulai hilang rasa gugupnya, Hadi senang melihat Arini mulai ketawa agak lepas.
"Mas mau minum apa, kopi teh atau..."
"Air putih aja."
Arini bergegas ke belakang saking bingungnya tadi minta air putih dingin apa biasa ya?
Ah yang pasti air putih aja fikirnya.
Arini mau menyimpan gelas beserta tatakannya di meja tapi keburu di tangkap di ambil Pak Hadi tangan mereka bersentuhan Arini menunduk sambil perlahan menarik tangannya, Pak Hadi senyum sambil langsung meminum air tadi.
"Duduk aja, udah sini."
Arini manut kayak murid di suruh gurunya.
"Ada mobil kantor yang boleh kamu pakai untuk menunjang keperluan mu, dan ruangan Pak Priyo menjadi ruangan mu mulai besok ya, jika belum lancar bawa mobil nanti aku carikan sopir untukmu."
Deg! mobil? sesuatu yang tak pernah terbayangkan oleh Arini selama ini ya Allah apa ini rezeki ku? Arini bergumam dalam hatinya, aku bisa pulang kampung menemui orangtuaku dan adik-adikku dengan membawa mobil dan membawa mereka jalan-jalan.
"Ya sudah saya pulang dulu ya,
Istirahat, siapkan diri untuk besok menjadi pimpinan hari pertama."
"Iya Mas."
Arini mengangguk pasti,
mereka bersalaman erat dan Arini kikuk kembali sampai tak sadar mobil Hadi sudah menghilang...
Happy reading❤️🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Yayoek Rahayu
ada sinyal nih dr pak hadi.....
2022-02-11
1
🌸Santi Suki🌸
Lanjut Mak 🥰🥰
2022-01-29
1