Arini kembali ke kantornya dan menenggelamkan diri dengan kesibukan pekerjaannya, sesekali menelephon Pak Priyo sekedar menanyakan sesuatu atau juga pada seseorang partner perusahaannya. Arini perlu penyesuaian atas pekerjaan barunya perlu adaptasi dan belajar lagi terutama dari Pak Priyo mantan pimpinannya.
Sesekali Arini menyandarkan kepala pada sandaran kursinya dan membuka kacamatanya melihat keluar sekedar merefresh kan mata dan fikirannya.
Teringat Arman hatinya sakit, walau bukan di sakiti, sakit karena tak menjadi orang yang di harapkan Arman, Arman baginya adalah sahabat itu aja.
Arini tahu Arman dari sejak pakai seragam biru hingga seragam abu hatinya tak bisa terbuka selain kata itu, dan kenangan bersama Arman adalah kenangan masa-masa sekolahnya dulu. Maafkan Aku Arman ,aku tak bisa menjadi masa depanmu.
Waktu menunjukkan pukul 15.50 Arini pengen menyudahi pekerjaannya, tapi Ia nggak mau pulang dulu barang beberapa saat Ia ingin bersantai dulu Ia ingin menikmati senja di tempatnya sekarang, biar pulangnya nanti aja habis maghrib, fikirnya di kost an juga mau ngapain.
Arini merogoh tasnya mengambil anak tas kecilnya yang berisi kosmetik lalu Ia mengambil bedak dan membukanya Arini berkaca di tutup bedak bagian atasnya menelisik wajahnya, membetulkan kerudungnya.
"tok tok tok..."
"Ya, masuk!"
Kepala Lusy nongol dari balik pintu sambil senyum.
"Bu Arini di tunggu Pak Hadinata di ruangannya kalau belum pulang."
Deg...!
Arini gelagapan, kaget tapi tak di perlihatkan di hadapan Lusy, ada apa nih orang fikir Arini sore-sore gini masuk kantor, jangan-jangan ada keperluan mendadak.
"Emang Pak Hadi ada di sini sejak kapan Lus?"
"Tadi jam tigaan Bu?"
"Bu Arini mau langsung pulang?"
"Nggak tahu Lus, tadinya mau habis maghrib."
"Ya udah Bu ya."
"Oh iya Lus, makasih ya."
Arini bangkit merapikan bajunya, hatinya penuh tanda tanya, mungkin Pak Hadi mau memberi pengarahan khusus buatku fikirnya, Arini mengetuk ruangan yang ada di seberang ruangannya, ruangan yang hampir tak pernah dia masuk karena itu ruangan khusus Pak Hadi, paling tamu penting, rekan bisnisnya atau pimpinan pimpinan dari perusahaan Pak Hadi lainnya.
"tok tok tok..."
"Masuk!"
"Bapak memanggil saya?"
"Ya, silahkan duduk."
Hadi mempersilahkan Arini duduk di seberang sofa yang ia duduki.
"Belum pulang Rin?"
"Belum Pak...eeeh Mas."
"Gimana kerjaan ada kesulitan?"
"Enggak Mas, mungkin belum ketemu yang sulitnya."
"Bagus! kendaraannya belum di pakai Rin kenapa?"
"Belum lancar Mas, rencana mulai besok mau kursus lagi dulu pernah belajar mobil tua Bapak di kampung tapi belum sampai mahir banget."
"Ya...hati-hati aja, kamu itu pasti banyak waktu keluar jadi harus lebih cepat lancarnya."
"Ya Mas."
"Kalau saya ada waktu, nanti bisa sekali kali bersama saya untuk bisa lebih lancar."
Hadi bangkit dari duduknya menuju kaca berdiri melihat pemandangan luar yang semarak di ambang senja, pemandangan yang luar biasa, waterpark, air mancur dan orang-orang lalu lalang dengan berbagai aktifitas, perumahan elite berjejer rapi dan rimbun pepohonan nya yang di tata sedemikian rupa.
"Rin sini, pernah melihat itu?"
Arini berdiri maju ke arah Hadi ada penasaran di dalam dadanya.
"Ada apa Mas?"
Setelah dekat Hadi meraih tangan Arini lebih mendekat lagi, Arini panas dingin tak mampu melepaskan genggaman erat tangan Hadi.
"Pernahkah kamu berfikir untuk punya rumah di situ?"
Arini diam seribu bahasa tak mampu mencerna ucapan Hadi.
"Pernahkan kamu berfikir untuk punya rumah di situ?"
Hadinata mengulang pertanyaan yang sama, Arini kikuk sambil geleng-geleng kepala,
Ditariknya pinggang Arini pelan pelan lebih merapat lagi, Arini semakin dag dig dug panas dingin."
"Rin apa kamu mengerti sinyal yang aku berikan padamu, apa kau tahu arti tatapanku?"
"Heemght.. A-aku, Aku" Arini manggut perlahan.
Hadi senyum
"Ta-tapi Mas Aa-aku, aku merasa bersalah."
Nafas Arini tersendat di kerongkongan, pesona Hadinata telah membuatnya tak berdaya, tungkainya lemas dan dadanya bergemuruh berirama tak menentu.
"Ssssssssst...cukup,
Mengerti saja itu cukup bagiku, kamu terlalu pintar kalau sampai tak tahu isi hatiku Rin, Aku tahu itu, Aku mencintaimu, telah lama Aku memendam rasa ini padamu."
Telunjuk Hadi menempel di bibir Arini, terus bergeser ke dagu, ke pipi sambil di usap-usap, perlahan Hadi menempelkan punggung tangannya di pipi Arini, jari-jari itu bergerak membelai wajah putih dan Arini tak mampu bergerak seperti patung dan seperti kena sihir matanya terpejam menikmati gerakan tangan Hadi, dan membalasnya perlahan memegang tangan itu dan membiarkannya tetap di pipinya, seperti dalam khayalan saja sesaat terbuai dan lupa siapa mereka.
Hadi menarik tangan Arini di lingkarkan ke pinggang dan bahunya seperti posisi mau dansa, tangan Hadi mengusap-ngusap punggung Arini tapi perlahan. Arini meronta nafasnya ngos-ngosan mendorong tubuh Hadi menjauh darinya, Arini melepaskan pelukan Hadi, apa-apaan ini? belum apa-apa sudah main peluk saja? pikir Arini.
"Jangan mas, jangan Aku nggak mau, ada apa ini Aku sungguh nggak mengerti!"
Suara Arini hampir tak kedengaran di sela tersengal sengal suaranya, matanya berair menatap Hadi sambil mendekap dadanya.
"Oh, I-iiiiiiya maafkan maafkan Aku Rin...maafkan Aku... Aku khilaf, Aku lupa diri maafkan Aku."
"Apa Mas Hadi benar mencintaiku atau hanya mempermainkan ku saja? atau hanya mencari pelampiasan saja? Mas mencintaiku seperti apa? Apa Mas hanya memanfaatkan ku saja?"
Arini memperlihatkan kemarahannya.
Hadi menarik Arini untuk duduk kembali di sofa, tak tega rasanya melihat Arini dalam ketegangan dan ketakutan.
"Hai Rin, Aku mencintaimu itu tulus sayang, lebih dari setahun ini aku ikuti langkah kamu, kemanapun kamu pergi aku tahu, bicara dengan siapapun kamu aku tahu, tempat tinggalmu aku tahu, orangtua dan adik-adikmu aku tahu, malam minggu nyanyi-nyanyi sama anak-anak kost mahasisawa teman kost-kostan mu aku tahu, kamu nonton ke bioskop aku tahu, kamu berbelanja dengan siapa aku tahu, Aku memang mau tahu segala tentang kamu, dan yang tadi siang kau tolak cintanya. belum kau beri jawaban pasti aku tahu Arini, Aku tahu hatimu tak mencintainya, mungkin kamu mencintaiku."
Mata Arini terbelalak bengong melongo mendengar penjelasan Hadi.
"Jangan jangan Mas juga tahu dalam tubuhku, saat aku mandi dan juga tidur."
"Boleh jadi..."
Hadi berseloroh, sambil tersenyum menarik Arini mendekat dan memeluknya, tapi Arini meronta dan melepaskannya.
"Licik dan tak beretika,
Apa Mas selalu memanfaatkan semua bawahan perempuan, dan menjadi sasaran nafsu Mas?"
"Tidak, jangan katakan itu lagi Arini!!! Aku bukan orang yang seperti itu, Aku seorang laki-laki yang punya segalanya, tapi Aku bukan orang bodoh, Aku tidak mencari cinta yang di jajakan di jalan, itu terlalu mudah bagiku, Aku ingin kasih sayang dari orang yang tulus mencintaiku."
Arini tetap marah, hatinya tak terima di mata-matai semua langkah-langkahnya, Arini merasa terhina merasa di telanjangi.
"Berarti semua jabatan, kendaraan, adalah hanya gratifikasi semata bukan karena dedikasi ku juga prestasiku kan Mas?"
Arini tetap bersuara tinggi.
"Tidak, itu hakmu penilaian ku tidak salah tentangmu Arini, hanya kamu salah faham aja."
"Aku tahu, Mas sudah berkeluarga, lalu Mas menempatkan cintaku di mana? apa Mas menjadikan Aku orang yang salah? apa pandangan orang? kenapa Mas seakan menjeratku?"
"Arini, Arini sayang, itu yang belum kamu tahu tentang Aku Hadinata, Aku tidak akan menerangkannya sekarang, terlalu banyak yang kamu alami hari ini."
"Pokoknya Aku belum terima di mata-matai seperti pesakitan, seperti maling yang meresahkan."
"Sudah, sudah aku hanya ingin kamu mencintaiku dan Aku mencintaimu, sebenarnya tadinya aku tahan tahan tidak mengungkapkan perasaan, tapi aku tak kuasa Rin, maafkan aku kamu terlalu sempurna di mataku Rin, cantik, menarik,baik, pintar."
Hadi kembali memeluk Arini,yang terdiam masih berlinang airmata,
perasaan hangat, damai, tenang, nyaman yang di rasakan Arini di pelukan Hadi boleh jadi itu pelukan pertama dari seorang pria, juga sentuhan tadi adalah sentuhan pertamanya, Arini hanya tahu pelukan dan itu dari buku dan film-film saja, itu juga hanya ingin memuaskan keingintahuannya saja...
dan semua membuat Arini bergidik panas dingin.
Happy reading❤️🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Yayoek Rahayu
arini jangan.....sama arman yg single gak mau....masa sm suami org sih.....penonton kecewa lho...
2022-02-11
1
Enis Sudrajat
usum nyicip saalit landong rindu 🤣🤣🤣🤣😂
2021-12-10
1
Dwisya12Aurizra
belum halal lho 🤭
2021-12-10
1