Hello guys, apa kabar?!
Pastinya still healthy yah. Maaf author updatenya lama dan sedikit lebih awal dari yang tadinya akan Senin malah sekarang.
Abisnya ni tangan gatel si, pengen ngehalu terus. Hehe..
Author gak bisa basa basi lagi, intinya Author ucapkan terima kasih bagi yang mengerti keadaan Author yang sibuk parah sama pelajaran ini dan menunggu updatenya Novel ini lebih dari satu minggu.
Jangan lupa LIKE and KOMEN nya ya! Berkomentarlah yang positif dan membuat semangat menulis author berkoar-koar, eakss..
Cus ah, happy reading!
__________
Malam harinya, terlihat gadis cantik yang tidak lain adalah Shyla tengah terduduk di atas karpet bulu yang terletak di ruang tengah rumahnya.
Gadis itu sibuk mengunyah keripik pisang
gurih kesukaannya dengan mata yang menatap ke layar tv yang sedang menayangkan drama korea favoritenya. Tanpa tahu jika kedua orangtuanya sedang dilanda khawatir mengenai orang yang berniat mencelakainya.
Agnes dan Afgan terduduk di sofa yang letaknya tidak jauh dari belakang Shyla. Mereka menatap khawatir pada putrinya saat sekilas pikiran tentang Shyla yang diculik muncul dalam benak keduanya.
" Bagaimana ini yah? Apa aku turun tangan saja? Kasian Shyla, aku tidak mau anakku terluka. " Ucap Agnes yang tidak hentinya menatap nanar Shyla di depan sana.
" Jangan! " Larang Afgan langsung.
" Aku tidak mau kamu terluka, aku- "
" Jangan egois ayah! Kamu tahu aku siapa, bukan masalah besar bagiku untuk menangani mereka. Tapi Shyla? Kamu tidak memikirkan tentang Shyla sedikitpun? Dia itu anak kita yah, anak kita. " Potong Agnes membentak.
Afgan menghela nafasnya pelan. Bukan dia tidak menghawatirkan Shyla, tapi dia juga tidak bisa jika harus membiarkan Agnes turun tangan dan kembali menjadi ratu Mafia lagi.
Afgan pun akhirnya berusaha bersabar dan memilih membawa Agnes ke dalam pelukannya dengan tangan yang menepuk-nepuk punggung istrinya supaya tenang.
" Tenanglah sayang, aku yakin putra Regata bisa menanganinya. "
" Jikapun Afra tidak berhasil menanganinya, aku akan mengurung Shyla di rumah selamanya dan tidak memberikan kesempatan untuk orang itu melukai putri kita. " Lanjut Afgan lembut.
Agnes memejamkan matanya sambil mengangguk pelan yang membuat Afgan tersenyum dan mengeratkan pelukannya.
" Aku tidak mau kau ataupun putri kita terluka Agnes. Biarlah orang menilaiku buruk karena bergantung pada putra orang lain untuk melindungi keluarga kita. Yang terpenting aku tidak kehilangan kalian berdua, " Batin Afgan sambil mencium pucuk kepala Agnes.
----
Di tempat lain, terlihat Afra yang berjalan dengan gagahnya memecah kerumunan orang berpakaian serba hitam yang menghalangi jalannya menuju lantai atas.
Dia berjalan menuju lantai atas tepatnya puncak lantai yang dapat melihat dengan jelas orang-orang yang berada di bawah sana dengan diikuti seorang wanita bertopeng di sampingnya.
Setelah sampai di atas, Afra mendekat ke arah pagar pembatas dengan mata elangnya yang mengedar meneliti setiap mafiosonya di bawah sana.
Yah, saat ini dirinya sedang berada di markas Mafianya yang bernuansa serba hitam dengan bau anyir yang dapat terasa pada indra penciuman setiap orang yang berada di sana.
" Dimana dia? "
" Kanan, ketiga ujung paling belakang. " Jawab wanita yang mengikuti Afra tadi.
Afra menatap orang yang dijelaskan oleh adik dari Leon sang paman yang sudah pensiun itu. Tidak lama, dia menarik nafasnya dalam dan berkata dengan suara dingin andalannya.
" Apa dari kalian ada yang menerima tugas untuk membunuh seseorang? "
Semua mafioso disana saling lirik dan saling berbisik. Mereka merasa tidak ada yang mendapatkan tugas seperti itu, karena kebanyakan tugas dari mereka hanyalah menyerang komplotan mafia lain dan menvari informasi serta memata-matai saja.
Soal membunuh seseorang, itu harus ada dasarnya dulu. Seperti balas dendam ataupun tindakan penghiatan yang memang layak untuk dibunuh. Dan itu pun hanya akan terjalankan jika sudah ada konfirmasi dari Afra terlebih dahulu.
" Saya Sir! "
Semua mafioso menoleh ke belakang tepatnya pada seorang pria paruh baya yang mengacungkan tangannya dengan menghadap pada Afra.
Sedangkan Afra mengeluarkan senyuman smirknya tipis. Mungkin jika orang itu tidak mengaku juga, dia tidak akan segan untuk menggusurnya dan menyiksa habis walaupun itu mafiosonya sendiri.
" Bukan penghinat? Baguslah, " Batin Afra.
Afra menoleh menatap samping dan menyuruh beberapa mafiosonya untuk membawa pria paruh baya itu pada barisan depan yang langsung berhadapan dengannya.
" Siapa yang menyuruhmu? " Tanya Afra dengan suara dan tatapan mengintimidasinya.
" Sarah Firania Herlambang, putri bungsu dari keluarga Herlambang. "
" Berani membayar berapa dia untuk itu? "
" 1,2 Miliar sudah di transper sebagai DPnya Sir. Dan akan dikirim tambahan serta bonusnya setelah tugas selesai, " Jawab Mafioso yang tidak lain adalah orang yang Sarah telepon tadi pagi.
Afra tersenyum menyeringai mendengarnya. Rupanya hanya seorang anak orang kaya manja yang berani mengusik Istri kecilnya itu, maksudnya calon istrinya.
" Kau tahu, siapa orang yang dia suruh untuk kau bunuh? " Tanya Afra sambil memiringkan kepalanya menatap tajam pada paruh baya itu.
Paruh baya itu mengerutkan dahinya seperti mengingat-ingat, tidak lama dia membuka mulutnya dan berkata:
" Shyla Agatha Afriansyah, Nona muda dari keluarga Afgan Afriansyah. " Jawab paruh baya itu jujur.
" Kau tahu siapa itu Afgan Afriansyah? "
" Tahu, pewaris perusahaan Afriansyah yang dahulunya dipegang oleh Tuan besar Ryan Afriansyah. "
" Dengan siapa dia menikah? " Tanya Afra lagi.
" Maaf? " Tanya balik paruh baya itu tidak mengerti.
" Ck, maksudku dengan siapa Afgan menikah? " Ulang Afra kesal.
" Agnes- Astaga, "
Paruh baya itu membulatkan matanya ketika mengingat hal itu. Dia langsung menunduk dan berlutut di depan Afra.
" Maaf Sir, Saya tidak bermaksud membunuh putri dari Queen kita. " Ucap paruh baya itu menyesal.
" Saya berani bersumpah untuk itu, dan Saya pun sama sekali belum menggerakkan pasukan Saya untuk menyerang Nona. " Lanjutnya sambil terus menundukkan kepalanya.
Afra menatap geram paruh baya sialan yang nyaris saja membahayakan nyawa Shyla jika saja dia tidak cepat bertindak.
" Kau sudah mengaku salah, tapi kau tahu sendiri ucapan maaf ataupun penyesalan tidak berlaku di sini. " Ucap Afra penuh penekanan.
" Saya bersedia dihukum apa saja Sir, Saya mengaku salah. Saya tidak akan mungkin mau mengikuti permintaan keponakan Saya jika tahu sasarannya adalah Nona, " Ucap paruh baya itu tanpa mengadahkan kepalanya.
" Keponakan? " Ulang Afra.
" Baiklah, mungkin kau selamat kali ini. Sebagai hukuman, kau harus memberikan pelajaran pada orang yang menyuruhmu itu. " Lanjut Afra yang langsung diangguki setuju oleh semua mafioso disana.
Dengan tubuh yang sedikit bergemetar, paruh baya itu mendongak dan menatap Afra menyesal.
" Maaf Sir, Saya tidak bisa melakukannya. " Sesal paruh baya itu dengan suara bergemetar.
" Kenapa tidak bisa? " Tanya Afra santai.
" Saya tidak sanggup jika harus mencelakai putri dari saudara Saya sendiri. Jika bisa, biarlah Saya yang menerima hukumannya dan tolong biarkan keponakan Saya selamat. " Ucap paruh baya itu yang membuat semua mafioso menatap iba ke arahnya.
Beberapa dari mereka bahkan memejamkan matanya saat Afra turun dari lantai atas dan berjalan ke arah paruh baya itu. Mereka tidak sanggup, jika harus melihat pengorbanan seorang paman yang rela mati demi kehidupan keponakanannya.
" Bagunlah! "
" Hah? "
Semua orang termasuk mafioso paruh baya itu menatap Afra heran, bangunlah? Apa Young Kingnya itu mengampuninya? Pikir paruh baya itu.
" Ayo, aku bilang bangun! " Ulang Afra sedikit meninggikan nada bicaranya.
Dengan sedikit kesusahan, paruh baya itu bangkit dari duduknya dan berdiri di hadapan Afra sambil menunduk takut.
Meskipun Afra masih terbilang bocah, tapi setiap orang yang ada disana tahu skill kemampuan bertarung bocah itu. Apalagi Afra adalah anak Regata, sang Young King pengganti King legendaris yang mendirikan organisasi ini.
" Memang siapa yang menyuruhmu membunuh keponakanmu itu? " Tanya Afra sedikit menahan tawanya.
Semua mafioso disana saling lirik dengan wajah bingung, termasuk wanita bertopeng yang masih berdiri di atas sana.
" Ma-maksudmu Sir? "
" Aku menyuruhmu untuk memberikan pelajaran pada Nona Herlambang, bukan keponakanmu. " Jelas Afra sambil melipat bibirnya ke dalam.
Mafioso paruh baya itu langsung tersenyum senang mendengar penuntunan dari Afra, tanpa sadar dia maju dan memeluk Afra saking bahagianya.
" Terima kasih Sir, terima kasih. " Ucap paruh baya itu sambil menanagis haru.
Bukannya marah karena dipeluk, Afra justru malah tersenyum hangat dan memelas pelukan pria yang usianya jauh diatasnya itu dengan tangan yang terangkat menepuk pelan punggung mafiosonya.
" Sudahlah! Aku tahu kalian tidak mungkin berani berkhianat, "
Semua mafiso yang menyaksikan kejadian haru itu hanya menunduk dan tersenyum bahagia melihat Afra yang berhati bak malaikat sampai-sampai sudi untuk memeluk dan menenangkan bawahannya sendiri.
Berbeda dengan Regata, yang bahkan tidak pernah bertegur sapa karena memang sampai sekarang pun tidak ada yang pernah dekat dengan sang Big King itu selain AK tingkat 1 dan si kembar Leon dan Deon.
Paruh baya itu melepaskan pelukannya dan menatap Afra penuh kagum, sebelum akhirnya suara tegas yang terdengar menggema membuat Afra yang sempat melamun sedikit terkejut dibuatnya.
" Kami beruntung mempunyaimu, Sir! " Ucap para mafiso serempak dengan tubuh yang membungkuk hormat.
_-_
Tbc!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Mira Wahyuni
Arfa bener2 pemimpin yg baik 😊
2021-06-24
1
Violita Putri
akhirnya 😍 sampek harus ngulang baca dari awal thor
2020-11-12
3
Rœchəə
gass vote trus
2020-11-12
1