Violet tertunduk semakin dalam saat ia melihat suaminya menghilang di balik pintu kamar. ia memejamkan mata seolah merasa tenang meski hanya untuk sementara waktu saja.
Zayn Keenan sendiri terdiam di depan pintu sejenak. ia lantas melanjutkan langkahnya menuju meja makan sambil hatinya berbicara.
"Bukan seperti ini yang aku harapkan."
Zayn Keenan masuk kedalam ruang makan, ia menarik kursi dan duduk bersandar, terdiam.
"Dimana istri ayah?" Tanya Racel pada ayahnya yang menatap kosong.
"Di kamar, sebentar lagi turun." Sahutnya.
"Aku tidak menyaksikan pernikahan ayah, aku baru sampai 30 menit yang lalu." Sambung Racel.
"Lalu di mana kakakmu Axel?" Tanya Zayn.
"Di kamar."
"Panggil dia untuk makan siang."
"Sepertinya kakak tidak akan mau makan bersama kita lagi."
"Kamu panggil atau ayah yang akan memanggilnya." Tegas Zayn Keenan.
Mendengar ucapan ayahnya mulai terdengar tegas. Racel lantas menghela nafas panjang dan bangkit dari duduk. ia pergi meninggalkan ruang makan untuk menemui Axel Zayn di kamarnya.
Kini Racel sudah berdiri di depan pintu kamar Axel, ia hendak mengetuknya namun terhenti. seketika itu juga Racel masih sangat merasa bersalah pada kakak kesayanganya.
Tok... tok...
Meski ragu pada akhirnya Racel tetap mengetuk pintu, "Kakak." panggilnya.
Axel Zayn yang saat ini hanya duduk tertunduk di atas tempat tidurnya, ia perlahan menoleh ke arah pintu.
"Aku masuk ya." Pinta Racel dan Axel hanya diam, ia kembali tertunduk lagi seolah mengabaikan adiknya.
Perlahan Axel membuka kepalan tanganya dan ia pun menjatuhkan air mata dari kedua sudut matanya saat ia melihat cincin yang telah lama ia beli untuk melamar Violet itu masih ada di telapak tanganya dan sudah tidak mungkin lagi untuk ia sematkan di jari manis wanita itu.
"Semuanya sudah berakhir..." Gumamnya lirih.
Cklak...
Sadar Racel membuka pintu, Axel Zayn lantas mengalihkan pandangan sambil ia menghapus air mata dengan menggunakan lenganya.
"Kakak.." Panggil Racel lirih seraya langkah kakinya melambat saat ia melihat kakaknya menangis.
"Ada apa?" Tanya Axel, ia bertanya tanpa menoleh padanya.
"Ayah memanggilmu untuk makan siang." Sahutnya.
"Makan? cih! pergilah! aku tidak lapar."
"Kakak masih marah padaku?"
Axel lantas menoleh hingga kakak beradik itu kini saling menatap sangat dalam.
"Kamu ikut andil dalam menggagalkan rencanaku. kamu tidak ada bedanya dengan ayah. mengecewakan." Ucap Axel seraya ia mengalihkan lagi pandanganya.
"Aku minta maaf, aku pikir ini yang terbaik untuk keluarga kita." Sahut Racel.
Axel Zayn lantas bangkit dari duduk dan menghampiri Jendela kamarnya. ia hanya diam menatap kosong keluar jendela meski pemandangan di luarnya sangat hijau dan indah.
"Pergilah makan siang bersama mereka." Pintanya pada Racel yang terdiam memandanginya penuh rasa bersalah.
"Aku tidak akan makan jika kakak tidak ikut makan." Sahut Racel, ia lantas duduk di atas tempat tidur kakaknya dan terdiam dengan sepasang telapak tangan yang menyatu di atas pangkuan.
Axel Zayn pun menoleh, ia memutar tubuh memandangi adiknya yang terdiam menundukan kepala semakin dalam.
"Kamu tau. kakak sangat mencintai Violet Racel. kamu pun tau saat ia telah di nikahi ayah maka kakak tidak lagi memiliki kesempatan meski hanya seujung kuku untuk bisa meraihnya. meski ia telah menjadi janda sekalipun. kakak sudah tidak bisa memiliki kesempatan itu. kamu menghancurkan segalanya. segala-galanya." Ucap Axel Zayn.
Racel terdiam, ia mendengarkan ucapan kakaknya yang ia sadari jika dirinya memang sangat mengecewakanya.
Racel pun bangkit dari duduk, ia menghampiri Axel dan memeluk tubuhnya, "Aku minta maaf kakak, aku melakukan ini semua untuk keutuhan keluarga kita. kakak tahu.. kita sudah berantakan saat kita kehilangan mamah dan aku tidak mau semua itu terulang kembali. aku tidak mau kehilanganmu kak." Sahutnya.
Axel pun terdiam, kini ia mulai paham akan alasan Racel Zayn melakukan ini semua padanya. meski ia sangat kecewa karena harapanya telah pupus sudah dan tidak ada lagi meski wanita itu tidak lagi hidup bersama ayahnya kelak. ia tetap tidak bisa memilikinya.
Meski kecewa dan putus asa, sepasang tangan kekar Axel Zayn kini mulai mengayun dan mendarat di puncak kepala Racel untuk ia mengelus hingga membelai rambut panjang adik kesayanganya.
"Kakak mengerti." Ucap Axel seraya ia menjatuhkan air matanya lagi.
"Aku sangat menyayangimu kakak, aku tidak mau kamu menjadi buronan ayah, ia bahkan sampai hati melukaimu dengan peluruhnya maka ia juga tidak akan segan membunuhmu jika kamu tetap melawanya. aku tidak mau." Sahut Racel, ia semakin erat memeluk tubuh Axel.
"Kekhawatiranmu terlalu berlebihan Racel, ayah tidak akan membunuh kakak. jika ia memang berniat membunuh kakak, ayah pasti tidak akan membawa kakak ke rumah sakit saat kakak tertembus peluruhnya." Ucap Axel seraya ia pun membalas pelukan adiknya.
Kini keduanya terdiam dengan pandangan kosong. jujur saja meski hatinya masih terluka dan kecewa namun pelukan adiknya mampuh sedikit mereda rasa itu semua, perlahan menenangkanya.
"Pergilah makan, ayah pasti sudah menunggumu." Ucap Axel.
"Aku hanya akan makan saat kakak mau bergabung bersama kami." Sahut Racel.
Axel Zayn terdiam lagi, ia sangat memahami sifat Racel Zayn jika ia bilang seperti itu maka wanita itu akan benar-benar melakukanya. namun di sisi lain ia tidak mau makan satu meja makan dengan ibu tirinya saat ini. ibu tiri muda yang sangat cantik pemilik seluruh hatinya.
Sungguh Axel tidak berdaya, ia menghela nafas panjang sambil memejamkan mata merebahkan kepalanya di puncak kepala Racel.
"Kakak tidak tahu apa yang harus kakak lakukan sekarang Racel. kakak tidak bisa lagi berhadapan dengan Violet." Ucap Axel lirih, sungguh ia sangat bersedih.
"Pelan-pelan kamu akan terbiasa dengan keadaan ini kakak." Sahutnya.
"Iya. mungkin seperti itu.. semoga kakak tidak menjadi gila setelah ini." Ucapnya seraya semakin erat memeluk adiknya.
"Jika kakak gila aku pun akan menjadi gila di hantui rasa bersalah pada kakak."
"Jika begitu kakak harus bagaimana?"
"Tersenyum meski hati kakak terluka."
"Cih~" Axel Zayn tersenyum getir sambil ia menghapus air mata dengan lenganya dan melepaskan pelukan Racel Zayn. Racel lantas menarik diri dan memandang wajah kakaknya. ia memandangnya sangat dalam dan mulai membantunya untuk menghapus air mata.
"Kamu pria. kenapa cengeng sekali kakak?" Tanya Racel.
"Entahlah, aku menyesali ini." Sahutnya.
Axel Zayn lantas merangkul Racel Zayn dan mengatakan, "Ayo makan siang, kamu akan menjadi kurus jika tidak makan." Ucapnya pada Racel.
Racel pun tersenyum dan keduanya mulai meninggalkan kamar Axel menuju meja makan, sepanjang langkah mereka Racel selalu memandangi wajah kakaknya. ia tau jika kakaknya pasti sangatlah hancur. bahkan hancur lebur menjadi abu tak berbentuk lagi. kini Racel tertunduk sambil ia melakah dalam rangkulan kakak kesayanganya. ia terus menerus merasa bersalah.
🍁Stay With Me Violet 2🍁
Dukung author agar rajin Up dengan cara: VOTE, LIKE, LOVE dan KOMEN sopan ya guys....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 144 Episodes
Comments
Wulan Ndari
aku suka novel ini
2020-10-31
1
Chichi Apriani
semangat thor
2020-10-14
1
Khanya
siapkan jodoh buat axel dech thor ,,,, klo axel sama violet udah gak dukung lgi ....
2020-10-14
1