Chapter-16

Rubby pov

sejak kejadian di mana malam itu mas vano pergi terburu buru keluar rumah, sampai sekarang sudah satu minggu dia belum juga kembali.

waktu pertama kali menikah aku memang belum mencintainya, seiringnya waktu aku mulai membuka hati untuknya walaupun dia tidak akan pernah mencintaiku, namun aku berusaha dan melakukan cara apa pun untuk menarik perhatiannya tetapi hasilnya tetap sama,dia lebih mencintai kekasihnya, aku masih belum menyerah untuk mendapatkan hatinya karna aku percaya.. suatu saat nanti dia pasti akan mencintaiku.

namun saat malam itu ia meminta perceraian dariku, di saat itu juga aku mulai menyerah akan dirinya, biarkanlah mengalir sesuai takdir, namun dalam setiap do'a ku selalu panjatkan namanya.

hari demi hari ku lalui tanpa ada dirinya, awalnya aku sempat khawatir dengannya karna berhari hari dia tidak pulang, karna kekhawatiran akupun bertanya pada mas riko, dia malah bertanya padaku di mana mas vano karna sudah hampir seminggu dia tidak datang ke kantor, lalu aku juga mencarinya ke apartemen kami yang dulu kemungkinan dia ada di sana tapi sayang dia juga tidak ada di sana. dan akhirnya aku tidak mencarinya lagi.

hari ini aku akan ke rumah orang tuaku, sebelum itu aku berberes di rumah, akupun bergegas ke rumah bunda sebelum ke cafe.

samapai di rumah bunda ku lihat rumah sepi, aku berjalan ke arah belakang rumah ternyata bunda ada di sana sedang menyirami bunga, aku memberi salam lalu menghampirinya.

setelah berbincang bincang, aku langsung menuju cafe.

sebelum sampai di cafe aku melewati sebuah toko buku, ku pelankan laju mobilku mencari tempat parkir lalu ku parkirkan mobilku, lalu aku berjalan masuk kedalam toko tersebut, aku melewati beberapa rak untuk melihat lihat buku yang mungkin tertarik untukku.

tak beberapa lama aku sudah memilih 5 buku komik berbagai macam jendre, saat selesai membayar aku keluar dari toko buku tersebut menuju mobilku, saat ingin memasuki mobil aku mendengar suara orang berteriakan di seberang jalan lalu aku menoleh ke arah suara, sempat terkejut saat melihat seorang anak kecil yang mungkin umurnya 4-5 tahun di tengah tengah jalan yang hampir tertatabrak anak itu menangis,tak ada yang datang molong karna jarak mereka terlalu jauh, tak menunggu lagi aku berlari ke arah anak kecil itu karna tempat ku berdiri lumayan dekat dengan anak itu, semoga aku tidak terlambat.

shuuutt

bruuukk

aku berhasil meraih anak itu untuk menepi ke seberang jalan, namun tidak semudah itu aku mendarat dengan posisi memeluk anak kecil ini dan badanku menyentuh pinggir jalan.

orang orang yang ada di sana menghela nafas lega, lalu menghampiri kami mereka bertanya keadaan kami, aku menjawab kalau aku baik baik saja lalu mereka bubar dari sini.

anak yang tadi aku selamatkan sudah berhenti menangis namun masih terdengar segukan segukan kecil dari mulut mungilnya itu, aku berjongkok di depannya untuk menyamakan panjang dengannya.

"sayaang..kamu tidak apa apa kan? apa ada yang terluka?? ada yang sakit? " tanya ku panik membolak balikkan badan kecilnya itu.

anak itu mengeleng pelan, lalu melihat ke arah pergelangan tangan ku yang sedikit lecet karna terkena aspal.

"tante, apakah itu sakit??" tanya anak itu sambil menunjuk lengannku, aku melihat ke arah yang di tunjukakan, akupun tersenyum ke aranya.

"tidak, ini hanya luka kecil jadi tidak apa apa"

"tapi, tangan tante berdarah" ujar anak itu dengan wajah sedihnya.

"engga apa apa,.. oh ya, siapa nama kamu sayang?? lalu kamu kenpa sendiri di sini orang tua kamu mana heem??" tanya ku lembut mencubit gemes pipi gembilnya itu.

"nama ku syifa tante, aku tidak tau, tante jangan di cubit pipinya syifa sakit..." jawab anak itu cemberut karna pipinya di cubit dia memegang pipinya dengan dua tangan nya, membuat bibirnya yang kecil monyong kedepan.

aku terkekeh melihat tingkahnya, "mengemaskan sekali, ingin ku cubit lagi pipinya itu" batinku.

saat ingin bertanya lagi ada seseorang yang berlari ke arah kami memanggil nama syifa, dia terlihat panik.

"syifaa....sayang kamu gak apa apakan? kenapa kamu keluar gak bilang dulu sama papa, gak ada yang luka kan??" tanya pria ini kembali ia memutar tubuh syifa untuk memeriksa ke adaanya.

"syifa baik baik aja pa..." ujarnya.

pria itu terlihat lega, aku berdiri hendak pergi dari sana.

"tante.. mau kemana?" suara kecil syifa menghentikan langkahku.

sepertinya pria itu baru menyadari kalau aku ada di sini, ia mengendong syifa lalu melihat ke arahku.

"papa, tante cantik ini yang nolongin syufa tadi." syifa tersenyum ke arahku.

"Oh benarkah..?? kalau begitu terimakasih karna nona sudah menyelamatkan putri saya..maaf belumnya karna terlalu panik saya tidak menyadari anda ada di sini" ujar pria yang ternyata orang tua syifa.

"iya.. sama sama pak, baiklah kalau begitu saya permisi pak, syifa tante pa...?.!"

sebelum ku menghabiskan kata kataku, syifa sudah duluan bicara.

"papa, tangan tante itu terluka saat nolongin syifa" tunjuk gadis kecil itu ke arah lengan ku.

pria itu melihat ke arah yang di tunjuk anaknya, memang lengan ku lecet di beberapa bagian karna tadi ku gunakan menutup kepala syifa agar tak terbentur aspal sampai lengan bajuku robek di beberapa bagian.

"nona,, lebih baik kita ke rumah sakit dulu, saya lihat luka anda cukup parah"

"Eh..ah tidak apa apa pak, nanti di rumah saya akan mengobati sendiri" jawab ku canggung, "kalau begitu saya pamit, assalamu'alaikum"

"Tapi....Ah baiklah lah, wa'alaikumsalam, sekali lagi terimakasih"

aku mengguk kecil kepalaku, lalu pergi dari sana, sebelum pulang aku singgah di salah satu apotik terdekat untuk membersihkan luka ku, karna kalau terlalu lama di biarkan akam insfeksi, setelah itu baru aku pulang kerumah.

rubby pov off

**********

"rasanya semua badanku dan tanganku sakit, padahal kejadian itu sudah lewat dua hari yang lalu" batin ruby.

ruby berjalan menuruni tangga menuju dapur, saat melewati ruang tamu terdengar suara bel, ruby berjalan kearah pintu dan membuknya.

dengan lengan yang sedikit sakit ruby membuka pintu "sia......" suara ruby terhenti saat melihat orang yang ada di hadapannya.

"mas...." gumam ruby lirih.

vano datang tidak hanya sendiri, di sana juga ada manda namun yang menarik perhatian ruby adalah koper besar yang ada di tangan vano, ruby mengerutkan keningnya dan melihat ke arah vano seakan meminta penjelasan dari suaminya ini.

vano menyuruh manda untuk lebih dulu naik ke atas, setelah manda masuk kamar vano kembali menatap ruby tak ada ekpresi dari wajahnya.

belum sempat ruby bertanya, jawaban yang di berikan vano memekakkan telinga ruby.

"aku sudah menikah dengannya.."

jedeeeeeeerrrrr...bak di sambar petir, mata ruby melebar tak percaya apa yang ia dengar sekarang,ruby menutup mulut dengan kedua tanganya, hampir dua minggu vano tidak pulang kerumah tapi saat dia kembali dia membawa madunya, apa apaan itu...

"mas... kamu...." ruby tak bisa mengeluarkan kata katanya lagi.

"maaf.. ini sudah jadi pilihanku, jadi sebaiknya kamu berbaik hati pada manda" ujar vano lalu pergi menuju kamarnya.

Sakiit...?? tentu saja.., tentu saja ruby tau kalau seorang lelaki do perbolehkan berpoligami sampai empat namun harus adil pada semua istrinya , sedangkan suaminya..??? aahh,, entahlah.. ruby tidak bisa berbuat apa apa, karna sekarang vano sudah menikahi manda tanpa sepengetahuannya bahkan dia membawa madunya itu untuk tinggal satu atap dengannya..? yang benar saja.

ruby masih mematung di depan pintu,tak terasa beberapa air jatuh dari kelopak matanya, yaa..ruby menangis dalam diam, ia tak menyangka kalau vano akan mempoligaminya tanpa sepengetahuannya.

dengan tertatih ruby berjalan menaiki tangga menuju kamarnya.

setelah menutup pintu kamar, ruby merosot kebawah di sana ruby menunpahkan kemabli semua air matanya, sesekli ruby memukul pelan dadanya yang terasa sangat sesak.

tak tersa adzan mangrib berkumandang, ruby bagun dari duduk nya masuk ke dalam kamar mandi untuk menggambil wudhu, selepas sholat ruby mulai tenang lalu ia meraih kerudungnya untuk turun ke bawah, ia akan menerima manda sebagai madunya dengan ikhlas.

saat sudah di dapur di sana sudah ada vano yang sedang makan bersama manda, manda tersenyum cangung ke arah ruby, namun ruby terus berjalan tanpa menghiraukan mereka, ia langsung menuju peralatan memasak ia ingin membuat nasik goreng.

setelah selesai satu piring nasik goreng dan dadar telur, ruby membawa nasiknya dan sebotol air mineral menuju ruang keluarga, ia akan makan malam di sana, setelah makan ruby memeriksa email di laptopnya.

sedangkan vano setalah makan mereka berdua langsung kekamar untuk istirahat, ruby melirik ke arah jam yang ada di dinding.

"sudah pukul 9 ??" ruby bangun dari duduknya setelah beberes ruby langsung kekamarnya, saat ia melewati kamar suaminya, ia mendengar suara suara yang tak pantas untuk di dengar.

ruby mematung tepat di depan kamar vano, ia hanya mendengar dengan hati yang menjerit, ia tak mungkin melarang karna sekarang manda juga istrinya.

tak ingin berlama lama di sana, yang ada membuat telingnya sakit, ruby langsung kemarnya, kembali ia menumpahkan air matanya tanpa ada orang yang tau.

"Ya allah, sesakit ini kah ujian yang kau berikan, mereka melakukan itu tanpa memikirkan perasaanku, jangankan ia memberiku nafkah batin, memberiku nafkah lahir saja tidak, aku sudah tak sanggup lagi, aku sudah tak kuat lagi atas ujian yang enggkau beri Ya allah" batin ruby menjerit.

karna terlalu lama menangis, akhirnya ruby terlelap dalam tidurnya.

Bersambung......

Terpopuler

Comments

Defi Danny Firmansyah

Defi Danny Firmansyah

di perbolehkan bkn do perbolehkan

2022-10-08

0

Defi Danny Firmansyah

Defi Danny Firmansyah

Syifa bkn Syufa

2022-10-08

0

amalia

amalia

paling benci sm cewek lemah dan cengeng macam ruby ini gk bs teges bgt mau aja hrga diri nya di injak2 suami nya

2022-07-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!