Eps 20

Entah kenapa, hati Zara tiba-tiba saja terasa begitu teriris saat mengetahui jika sejak kecil Vir sudah di tinggalkan oleh ibunya untuk selamanya.

"Seperti aku yang merasa dunia begitu berat ketika tidak memiliki sosok ayah dalam hidupku, tapi bersyukur aku masih memiliki seorang ibu. Tapi Vir, aku bahkan tidak bisa membayangkan bagaimana kacaunya hidupnya tanpa ada sosok ibu di hidupnya." Gumam Zara dalam hati yang kembali melamun.

"Zara." Panggil Ken lagi sembari menyentuh jemarinya.

Hal itu sontak membuat Zara tersentak dan spontan langsung menarik tangannya yang baru saja di sentuh oleh Ken.

"Oh maaf, aku sungguh tidak bermaksud." Ucap Ken yang nampak mulai panik.

"Tidak apa, harusnya aku yang minta maaf, aku sungguh masih belum terbiasa." Ucap Zara dengan nada begitu pelan dan terdengar lirih.

Ken pun kembali tersenyum.

"Zara"

"Ya?"

"Boleh aku bertanya?"

"Tentu."

"Emm begini, hampir seluruh orang di kampus di buat bertanya-tanya dengan sikapmu yang sangat tertutup dan seolah begitu takut dengan laki-laki. Apa aku boleh tau apa penyebabnya?" Tanya Ken dengan sangat hati-hati karena takut pertanyaannya akan menyinggung Zara.

"Apa,, aku boleh untuk tidak menjawab pertanyaanmu yang ini?"

Ken yang takut membuat Zara tersinggung dan merasa tak nyaman pun langsung mengangguk cepat. Ia lebih memilih mengubur dalam-dalam rasa penasarannya terhadap perubahan sikap Zara yang jadi begitu aneh, di banding harus merusak moment bahagianya hari itu.

"Maaf karena sudah bertanya hal yang sangat sensitif, aku tidak akan mempertanyakannya lagi, aku janji."

"Ya, sebaiknya begitu."

Tak ingin larut dalam pembahasan itu, Ken pun mencoba menghibur Zara dengan mengajaknya makan es krim.

"Di ujung jalan sana, ada cafe yang khusus menjual berbagai model dan jenis es krim, mau ke sana?"

"Boleh." Zara pun mengangguk.

Mereka pun bangkit dan mulai beranjak dari taman, perlu menyebrang jalan untuk bisa sampai di cafe tujuan, Ken yang lagi-lagi lupa, bermaksud ingin membantu Zara menyebrang jalan dengan menggandeng tangannya, tapi Zara yang menyadari hal itu dengan segera menghindar.

"Aku bisa sendiri." Ucap Zara pelan.

"Maaf, lagi-lagi aku lupa."

Sesampai di cafe, Ken menyuruh Zara untuk memesan es krim yang ia inginkan, tapi Zara yang sejak awal sudah tak bersemangat seolah kehilangan minatnya dalam hal apapun yang di tawarkan oleh Ken, hingga membuatnya menyerahkan segala pilihan pada Ken.

"Kamu saja yang pilihkan, aku akan memakannya."

Ken pun lagi-lagi mengangguk patuh dan memesankan Zara es krim yang sama dengannya. Zara terlihat semakin gelisah namun tetap dengan mode diamnya, hingga membuat Ken semakin kesini, semakin merasa jika Zara sama sekali tidak menikmati suasana.

"Zara" panggilnya pelan.

"Apa kamu tidak bahagia pergi bersamaku hari ini? Aku melihat wajahnya seolah seperti begitu tertekan."

"Oh hehe tidak. Jangan khawatir." Zara akhirnya kembali memunculkan senyumannya demi menjaga perasaan Ken yang sudah baik padanya.

Di sisi lain, Vir yang kini berada di bengkel, terlihat terus melamun. Hari semakin beranjak petang, namun Ken masih belum juga memunculkan diri di bengkel hingga membuat Vir mulai gelisah.

"Sudah sesore ini, tapi kenapa anak itu masih belum juga muncul? Apa pesona Zara sungguh membuatnya jadi lupa waktu?" Gumam Vir dalam hati.

"Hei Vir, aku ada membeli makanan lebih, ini makan lah." Seorang lelaki paruh baya terlihat tiba-tiba datang menghampiri Vir sembari memberikan semangkuk mie pangsit untuknya.

Lelaki paruh baya itu tak lain ialah Roy, yang merupakan pemilik bengkel tempat dimana Vir bekerja paruh waktu dan sekaligus ayah dari Ken.

"Terima kasih paman."

Mata Vir mulai berbinar memandangi makanan yang ada di hadapannya. Bagaimana tidak, hidup sendiri dengan hanya mengandalkan gaji dari kerjaan paruh waktu dan sesekali mendapat uang dari hasil memenangkan pertandingan balap liar membuat Vir benar-benar harus berhemat hingga membuatnya jarang makan. Di tambah seharian otaknya seolah dibuat untuk terus memikirkan Ken dan Zara yang mulai pendekatan, cukup menguras energi hingga membuat kembali lapar.

"Tidak akan kenyang jika hanya terus dipandangi, ayo makan lah." Celetuk paman Roy lagi.

"Hehehe iya." Vir tersenyum lebar dan bergegas menyantap makananya dengan begitu lahap.

"Apa kamu masih berhemat dengan cara jarang membeli makanan Vir?" Tanya paman Roy.

"Mau bagaimana lagi paman, itu satu-satunya cara agar aku bisa tetap bertahan hidup." Jawab Vir santai sembari terus mengunyah makanannya tanpa jeda.

"Haissh kau ini, kenapa kau tidak pulang saja ke rumah ayahmu yang sudah jelas-jelas memiliki segalanya?!"

"Tinggal bersamanya hanya akan membuatku gila paman."

"Hahaha, bukankah kau memang sudah gila Vir? Lelaki waras mana yang sanggup mengencani lima wanita sekaligus dalam satu hari?" Paman Roy pun terkekeh sembari mulai bangkit dari duduknya.

Vir pun terdiam sejenak dan tersenyum.

"Benar juga." Jawabnya kemudian.

Vir yang begitu lahap, hampir menghabiskan seluruh makanannya, tapi entah kenapa, tiba-tiba saja ia kembali teringat pada Ken dan Zara hingga membuat aktivitas makannya jadi terhenti sejenak.

"Masih belum pulang juga, kemana mereka?" Tanya Vir dalam hati.

Namun Vir memilih untuk segera menepis pikiran yang cukup mengganggunya sejak tadi, ia pun menghela nafas kasar dan kembali melanjutkan makannya.

"Sudah lah, mereka yang berkencan, kenapa aku yang harus repot-repot memikirkannya." Gumamnya lagi.

Tanpa terasa kini waktu sudah menunjukkan pukul 17:20 sore, Zara dan Ken bersiap untuk pulang. Tapi saat berada di tepi jalan yang berada tak jauh dari halte bis, Zara tiba-tiba saja menghentikan langkahnya, hal itu pun membuat Ken kembali menoleh ke arahnya dengan perasaan bingung.

"Kenapa berhenti disini? Bukankah mobilnya terparkir disana?"

"Ken." Panggil Zara lembut.

"Bolehkah aku pulang naik bis saja?"

"Hah?! Ta,, tapi kenapa? Biarkan aku yang mengantarmu saja ya."

"Tidak usah Ken, ini sudah terlalu sore, sebaiknya kamu langsung pulang saja." Tolak Zara secara halus.

Entah kenapa, Zara seperti sangat tidak ingin Ken mengantarnya pulang ke rumah yang nantinya akan membuat Ken jadi tau dimana Zara tinggal. Padahal, tanpa sepengetahuan Zara, Ken dulu sering mengikutinya saat pulang sekolah dan sudah tau rumah Zara sejak lama.

"Apa kamu yakin?"

Zara pun mengangguk, membuat Ken mau tau mau harus menerima keputusan Zara yang lebih memilih pulang sendiri dengan menggunakan bis.

"Baiklah, tapi biarkan aku menemanimu di halte sampai bis nya datang."

Lagi-lagi Zara hanya mengangguk dan tersenyum tipis. Tak lama, bis pun berhenti tepat di depan Zara, Zara pun mulai menaiki tangga bis dan sejenak kembali menoleh ke arah Ken.

"Ken."

"Ya?"

"Terima kasih untuk hari ini."

Ken pun tersenyum manis dan mengangguk pelan.

"Pulang dan beristirahat lah, hati-hati di jalan."

"Iya, terima kasih untuk perhatiannya."

"Bye, bye." Zara pun akhirnya naik ke bis.

Bis kembali melaju, meninggalkan Ken yang masih berdiri sembari memandang sendu ke arah bis yang perlahan semakin jauh meninggalkannya.

...Bersambung......

Terpopuler

Comments

Nila Sari

Nila Sari

kasian kenn

2021-11-18

0

M.azril maulana

M.azril maulana

bingung juga ya kalau jadi vir, antara sahabat yang selalu ada dan pesona istimewa Zara, sungguh pilihan yang sulit.
klo ngaku suka sama zara berarti persahabatan nya sama ken akan hancur,jadi lebih memilih berkorban perasaan dari pada persahabatan.
bingung 😕, harusnya sih si Ken yang mengalah untuk dua orang yang saling menyukai

2021-11-08

1

Nur Sy

Nur Sy

terus semangat kak 🤗,,,, lanjut 🙏

2021-11-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!